Penjelasan Talqin Mayat Dinyatakan sebagai Keturunan Nabi Ibrahim

 
Penjelasan Talqin Mayat Dinyatakan sebagai Keturunan Nabi Ibrahim

Sebab-sebab Mayit Dianggap Keturunan Nabi Ibrahim

Pertanyaan :

Mengapa semua mayat itu dianggap keturunan Nabi Ibrahim dalam talqin di mana dinyatakan Nabi Ibrahim itu ayahku bukan Nabi Adam atau Nabi Nuh?

Padahal bukan semua mayat itu keturunan Nabi Ibrahim?

Jawab :

Hal tersebut karena mengikuti firman Allah Swt. yang artinya: Harap kamu mengikuti agama ayahmu Ibrahim.

Keterangan, dari kitab:

  1. Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil[1]

وَفِي قَولِهِ) وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ ( ... وَإِنَّمَا جَعَلَهُ أَبَاهُمْ لِأَنَّهُ أَبُو رَسُولِ اللهِ r وَهُوَ كَالْأَبِّ لِأُمَّتِهِ مِنْ حَيْثُ أَنَّهُ سَبَبٌ لِحَيَاتِهِمِ الْأَبَدِيَّةِ وَوُجُودِهِمْ عَلَى الْوَجْهِ الْمُعْتَدَّ بِهِ فِي الآخِرَةِ أَوْ لِأَنَّ أَكْثَرَ الْعَرَبِ كَانُوا مِنْ ذُرِّيَّتِهِ فَغُلِبُوا عَلَى غَيْرِهِمْ . (أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا) فِي التَّوْحِيدِ وَالدَّعْوَةِ إِلَيْهِ بِالرِّفْقِ وَإِيرَادِ الدَّلَائِلِ مَرَّةً بَعْدَ أُخْرَى وَالْمُجَادَلَةِ مَعَ كُلِّ أَحَدٍ عَلَى حَسْبِ فَهْمِهِ .

Dalam firman Allah Swt.: (Surah al-Hajj 78): “Dan dia sekali-kali tidak menjadikan untuk Anda dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim, sesungguhnya Allah Menjadikan Ibrahim As. ayah mereka, karena ia merupakan ayah Rasulullah Saw., dan seperti ayah bagi umatnya, di mana ia menjadi sebab kehidupan abadi dan adanya merka dalam bentuk yang semestinya di akhirat, atau karena umumnya orang Arab adalah keturunan Ibrahim As. sehingga mereka mendominasi selainnya.

Dalam firman Allah Swt.: (Surah al-Nahl 123): “Hendaknya kamu mengikuti agama Nabi Ibrahim a.s. yang lurus”, yaitu dalam tauhid dan dakwah dengan cara santun menyampaikan dalil-dalil menurut keperluannya dan melalukan dialog terhadap setiap orang sesuai tingkat kecerdasannya.

[1] Nasiruddin al-Baidhawi, Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, (Mesir: Musthafa al-Halabi, 1358 H/1939 M), Cet. Ke-1, Jilid II, h. 80 dan Jilid I, h. 472.

 

Sumber: Ahkamul Fuqaha no. 112

KEPUTUSAN MUKTAMAR NAHDLATUL ULAMA KE-6

Di Pekalongan Pada Tanggal 12 Rabiuts Tsani 1350 H. / 27 Agustus 1931 M.