Pengertian Hadis Nabi tentang Sebuah Golongan

 
Pengertian Hadis Nabi tentang Sebuah Golongan

Pengertian “Al-Sawad al-A’zham” dalam Hadits Nabi

Pertanyaan :

Apakah yang diartikan “al-Sawad al-A’zham” dalam hadits yang memerintahkan supaya mengikuti “Sawad al-A’zham”?, Apakah organisasi yang terbanyak anggotanya?, Walaupun tidak berhaluan Mazhab?, Ataukah organisasi yang terbesar dalam tempat itu?.

Jawab :

Yang diartikan “al-Sawad al-A’zham” dalam hadits, mengingat akhirnya hadits itu, yang artinya, disertai kebenaran dan yang menjalankannya, yaitu golongan yang dalam kebenaran, di antaranya yang menjadi anggota organisasi yang berdasar kebenaran. Adapun yang benar dalam ushuluddin, yaitu yang mengikuti mazhab Asy’ariyyah dan Maturidiyyah, dan dalam furu’iiyah yang mengikuti salah satu di antara empat mazhab.

Keterangan, dari kitab;

  1. Sullam al-Wushul Syarh Nihayah al-Sul [1]

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ r: اِتَّبِعُوْا السَّوَادَ اْلأَعْظَمَ، وَلَمَّا انْدَرَسَتْ الْمَذْهَبُ الْحَقَّةُ بِانْقِرَاضِ أَئِمَّتِنَا إِلاَّ الْمَذَاهِبَ اْلأَرْبَعَةَ الَّتِي انْتَشَرَتْ أَتْبَاعُهَا كَانَ اِتِّبَاعُهَا اِتِّبَاعًا لِلسَّوَادِ اْلأَعْظَمِ وَالْخُرُوْجُ عَنْهَا خُرُوْجًا عَنِ السَّوَادِ اْلأَعْظَمِ.

Rasulullah Saw. bersabda: “Ikutlah kalian kepada al-Sawad al-A’zham”. Ketika mazhab-mazhab yang benar telah punah dengan kematian para imamnya kecuali empat mazhab (Maliki, Hanafi, Syafi’i dan Hanbali) yang pengikutnya tersebar luas, maka mengikuti empat mazhab tersebut berarti mengikuti al-Sawad al-A’zham, dan keluar dari empat mazhab tersebut berarti keluar dari al-Sawad al-A’zham.

  1. Al-Nashaih al-Diniyah [2]

وَلَمْ يَزَلْ أَهْلُ السُّنَّةِ بِحَمْدِ اللهَ تَعَالَى مِنَ الزَّمَانِ اْلأَوَّلِ إِلَى الْيَوْمِ هُمْ السَّوَادُ اْلأَعْظَمُ.

Golongan Ahl al-Sunnah berkat puji Allah Swt. sejak masa pertama sampai sekarang, adalah al-sawad al-a’zham (golongan mayoritas).

  1. Al-Yawaqit wa al-Jawahir [3]

وَاعْلَمْ يَا أَخِيْ أَنَّ الْمُرَادَ بِأَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ فِيْ عُرْفِ النَّاسِ الْيَوْمَ الشَّيْخُ أَبُوْ الْحَسَنِ اْلاَشْعَرِيّ وَمَنْ سَبَقَهُ بِالزَّمَانِ كَالشَّيْخِ أَبُوْ مَنْصُوْرِ الْمَاتُوْرِيْدِيّ .

Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa yang dimaksud dengan Ahl al-Sunnah wa al-Jamaah dalam pemahaman orang-orang sekarang ini adalah, Syaikh Abu al-Hasan al-Asy’ari dan imam sebelumnya seperti Syaikh Abu Manshur al-Maturidi.

[1] Muhammad Bakhit al-Muthi’i, Sullam al-Wushul Syarah Nihayah al-Sul (Mesir: Bahrul Ulum, t.th.), jilid III, h. 921 dan jilid IV h. 580 dan 581. Hadits tersebut tercantum pada kitab ini di jilid III adalah sebagai dasar ijma’. Sedang yang tercantum di jilid IV merupakan kesimpulan tentang al-istifta’. Hadits di atas selengkapnya: إِنَّ أُمَّتِى لاَ تَجْتَمِعُ عَلَى ضَلاَلَةٍ فَإِذَا رَأَيْتُمُ اْلإِخْتِلاَفَ فَعَلَيكُمْ بِالسَّوَادِ اْلأَعْظَمِ. Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat atas kesesatan. Jika kamu melihat suatu perbedaan, maka wajib bagimu mengikuti al-sawad al-a’zham.” (HR. Ibnu Majah dari Anas bin Malik).  Ibarah ini terdapat pula pada kitab ‘Iq al-Jid fi Ahkam al-Ijtihad karya Syaikh Ahmad Waliyullah al-Dahlawi, Cairo: al-Mathba’ah al-Salafiyah, 1965 M, h. 13. Dapat dirujuk pula kepada pendapat Fakhruddin Muhammad al-Razi, al-Mashul  fi ‘Ilm Ushul al-Fiqh, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1408H/1988 M), Cet. Ke-1, Juz II, h. 535-540.

[2] Abdullah Ba’alawi al-Haddad, al-Shaih al-Diniyah, (Semarang: Thoha Putera, t. th.), h. 7

[3] Abdul Wahhab al-Sya’rani, Al-Yawaqit wa al-Jawahir, (Mesir: Musthafa al-Halabi, 1378 H/1959 M), Jilid I, h. 3.

Sumber: Ahkamul Fuqaha no.237 KEPUTUSAN MUKTAMAR NAHDLATUL ULAMA KE-14 Di Magelang Pada Tanggal 14 Jumadil Ulaa 1358 H. / 1 Juli 1939 M.