Hukum Membagikan Hewan Kurban yang Sudah Disembelih

 
Hukum Membagikan Hewan Kurban yang Sudah Disembelih

Menyembelih Kurban Tidak Dibagikan

Pertanyaan :

Bagaimanakah pendapat Muktamar mengenai menyembelih kurban tidak dibagikan, tetapi dibiarkan; yang membutuhkan silahkan mengambil sendiri ?.

Jawab :

Kurbannya sah. Adapun mengenai membiarkan kurban (tidak membagikannya), maka jikalau kurban tersebut qurban mandub, maka menurut qaul ashah ‘inda al-Syafi’iyyah adalah meninggalkan kewajiban; dan jika kurban tersebut qurban wajib maka hukumnya menurut al-Syafi’iyyah adalah meninggalkan kewajiban, dan menurut al-Hanafiyah meninggalkan kesunahan.

Keterangan, dari kitab :

  1. Nihayah al-Muhtaj ila Syarh al-Minhaj [1]

وَيَكْفِيْ فِيْ الثَّوَابِ إِرَاقَةُ الدَّمِّ بِنِيَّةِ الْقُرْبَةِ

Dalam memperoleh pahala, maka cukup dengan sekedar pengaliran darah (penyembelihan) disertai niat mendekatkan diri kepada Allah Swt. 2. Bughyah al-Mustarsyidin [2]

(مَسْأَلَةٌ)

وَيَجِبُ التَّصَدُّقُ فِيْ اْلأُضْحِيَّةِ الْمُتَطَوَّعِ بِهَا بِمَا يَنْطَلِقُ عَلَيْهِ اْلاسْمُ مِنَ اللَّحْمِ

Dalam kurban sunah wajib menyedekahkan daging dengan kadar yang bisa disebut daging. Fath al-Qarib dan Hasyiyah al-Bajuri [3]

(وَيُطْعِمُ)

حَتْمًا مِنَ الْأُضْحِيَةِ الْمُتَطَوَّعِ بِهَا الْفُقَرَاءَ وَالْمَسَاكِينَ

(قَوْلُهُ الْفُقَرَاءَ وَالْمَسَاكِينَ)

أَيْ جِنْسِهِمْ وَلَوْ وَاحِدًا فَيَكْتَفِي الصَّرْفُ لِوَاحِدٍ مِنَ الْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ

(Dan memberi makan) hukumnya wajib dari kurban sunnah kepada orang-orang fakir dan miskin. Pernyataan Ibn Qasim al-Ghazi: “Orang-orang fakir dan miskin.” maksudnya adalah sejenis mereka, meskipun hanya seorang. Maka kewajiban itu bisa dicukupkan dengan mentasarufkan daging kurban kepada salah seorang fuqara’ dan masakin. 4. Minhaj al-Qawim [4]

وَيَجِبُ فِيْ أُضْحِيَّةِ التَّطَوُّعِ (التَّصَدُّقُ) بِشَيْءٍ يَقَعُ عَلَيْهِ اْلاسْمُ

(قَوْلُهُ التَّصَدُّقُ بِشَيْءٍ) اْلاِعْطَاءُ بِهِ وَلَوْ بِغَيْرِ لَفْظِ مُمْلِكٍ

Dalam kurban sunah, maka harus menyedekahkan kadar yang bisa disebut daging ... pengertian menyedekahkan tersebut adalah memberikan walaupun tanpa disertai dengan ucapan kepemilikan.

[1] Muhammad bin Syihabuddin al-Ramli, Nihayah al-Muhtaj ila Syarh al-Minhaj, (Mesir: al-Maktabah al-Islamiyah, t. th.), Juz VIII, h. 134.

[2] Abdurrahman bin Muhammad Ba’lawi, Bughyah al-Musytarsyidin, (Indonesia: al-Haramain, t. th.), h. 258.

[3] Ibn Qasim al-Ghazi dan Ibrahim al-Bajuri, Fath al-Qarib dan Hasyiyah al-Bajuri, (Singapura: Sulaiman Mar’i, t. th.), Jilid II, h. 301-302.

[4]  Ibn Hajar al-Haitami, Minhaj al-Qawim pada Mauhibah Dzi al-Fadhl, (Mesir: Al-Amirah al-Syarafiyah, 1326 H), Jilid IV, h. 695.

Sumber: Ahkamul Fuqaha no. 349 KEPUTUSAN MUKTAMAR NAHDLATUL ULAMA KE-27 Di Situbondo Pada Tanggal 8-12 Desember 1984