Menjual Barang dengan Dua Macam Harga

 
Menjual Barang dengan Dua Macam Harga

Menjual Barang dengan Dua Macam Harga

Pertanyaan :

Bagaimana hukumnya menjual barang dengan dua macam harga yang berlainan antara cash dan kredit, antara kredit berjangka pendek dan berjangka panjang?.

Jawab :

Menjual barang dengan dua macam harga jika dilakukan dalam suatu akad, hukumnya tidak boleh/tidak sah. Tetapi jika dilakukan dengan akad mustaqil (akad yang terpisah), hukumnya boleh/sah.  

Keterangan, dari kitab:

1. Tuhfah al-Muhtaj [1]

(وَعَنْ بَيْعَتَيْنِ فِي بَيْعَةٍ)

رَوَاهُ التِّرْمِذِيّ وَصَحَّحَهُ (بِأَنْ) أَيْ (كَأَنْ يَقُوْلَ بِعْتُكَ بِأَلْفٍ نَقْدًا أَوْ أَلْفَيْنِ إِلَى سَنَةٍ) فَخُذْ بِأَيِّهِمَا شِئْتَ أَنْتَ وَأَنَا أَوْ شَاءَ فُلاَنٌ لِلْجَهَالَةِ بِخِلاَفِهِ بِأَلْفٍ نَقْدًا وَ بِأَلْفَيْنِ لِسَنَةٍ وَبِخِلاَفِ نِصْفِهِ بِأَلْفٍ وَنِصْفِهِ بِأَلْفَيْنِ

(Dan Rasulullah Saw. melarang dua jual beli dalam satu akad), diriwayatkan al-Tirmidzi dan dishahihkannya. Yaitu bila seseorang berkata: “Aku jual padamu seharga 1000 kontan, dan seharga 2000 kredit setahun. Maka silahkan beli dengan harga yang kamu dan aku kehendaki, atau yang dikehendaki Fulan.”, karena ketidakpastian harga. Berbeda dengan: “ … seharga 1000 kontan atau seharga 2000 kredit setahun.” dan dengan ucapan: “ … separonya seharga 1000 dan separonya lagi seharga 2000.”  

2. Fath al-Wahhab [2]

(وَ)

عَنْ (بَيْعَتَيْنِ فِيْ بَيْعَةٍ) رَوَاهُ التِّرْمِذِيّ وَغَيْرُهُ وَقَالَ حَسَنٌ صَحِيْحٌ (كَبِعْتُكَ) هَذَا (بِأَلْفٍ نَقْدًا أَوْ بِأَلْفَيْنِ لِسَنَةٍ) فَخُذْهَا بِأَيِّهِمَا شِئْتَ أَوْ شَاءَ وَعَدَمُ الصِّحَّةِ فِيْهِ لِلْجَهْلِ بِالْعِوَضِ

(Dan Nabi Saw. melarang dari dua jual beli dalam satu akad), diriwayatkan al-Tirmidzi dan selainnya, ia berkata: “Hadits ini shahih hasan.” Seperti ucapan: “Aku jual padamu barang ini seharga 1000 kontan, atau seharga 2000 kredit setahun. Maka silahkan beli dengan harga yang kamu atau si fulan kehendaki.” Ketidakabsahannya itu karena ketidakpastian harga.  

[1]  Ibn Hajar al-Haitami, Tuhfah al-Muhtaj pada Hasyiyata al-Syirwani wa al-‘Abbadi, (Mesir:  al-Tijariyah al-Kubra, t. th), Jilid IV, h. 294.

[2] Zakaria al-Anshari, Fath al-Wahhab Syarh Manhaj al-Thullab pada Hasyiyah al-Bujairami ‘ala al-Manhaj, (Beirut: Dar al-Fikr, t. th.), Juz I, h. 175-176.

Sumber : Ahkamul Fuqaha no. 385 KEPUTUSAN MUKTAMAR NAHDLATUL ULAMA KE-28 Di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta Pada Tanggal 26 - 29 Rabiul Akhir 1410 H. / 25 - 28 Nopember 1989 M.