Hasil Kerja dari Pabrik Bir dan Tempat Hiburan Maksiat

 
Hasil Kerja dari Pabrik Bir dan Tempat Hiburan Maksiat

Hasil dari Kerja Pada Pabrik Bir dan Tempat Hiburan Maksiat

Pertanyaan :

Bagaimana hukum hasil kerja pada Pabrik Bir dan tempat hiburan “maksiat”, dan bagaimana pula hukum menjariyahkan/amal untuk tempat ibadah ?.

Jawab :

Hasil dari kerja Pabrik Bir dan tempat hiburan “maksiat”, adalah tidak dibenarkan oleh syariat Islam, dan menjariyahkan/amal untuk tempat ibadah tidak diterima.  

Keterangan, dari kitab:

1. Mughni al-Muhtaj ila Ma’rifah Alfazh al-Minhaj [1]

وَلاَ اسْتِئْجَارٍ لِتَعْلِيْمِ التَّوْرَاةِ وَاْلإِنْجِيْلِ وَالسِّحْرِ وَالْفُحْشِ وَالنُّجُوْمِ وَالرَّمْلِ وَلاَ لِخِتَانِ الصَّغِيْرِ الَّذِيْ لاَ يَحْتَمِلُ وَلاَ لِخِتَانِ الْكَبِيْرِ فِيْ شِدَّةِ الْحَرِّ وَالْبَرَدِ وَلاَ لِتَثْقِيْبِ اْلأُذُنِ وَلَوْ  لِأُنْثَى وَلاَ لِلزَّمْرِ وَالنِّيَاحَةِ وَحَمْلِ الْخَمْرِ غَيْرَ الْمُحْتَرَمَةِ لاَ لِلْإِرَاقَةِ وَلاَ لِتَصْوِيْرِ الْحَيَوَانَاتِ وَسَائِرِ الْمُحَرَّمَاتِ. وَجَعَلَ فِيْ التَّنْبِيْهِ مِنَ الْمُحَرَّمَاتِ الْغِنَاءَ وَفِيْهِ كَلاَمٌ ذَكَرْتُهُ فِيْ شَرْحِهِ وَلاَ يَجُوْزُ أَخْذُ الْعِوَضِ عَلَى شَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ كَبَيْعِ الْمَيْتَةِ

Dan tidak sah menyewa seseorang untuk mengajar Taurat, Injil, sihir, perbuatan mesum, ilmu perbintangan (perdukunan), meramal, mengkhitan anak kecil yang belum kuat dikhitan atau orang dewasa dalam cuaca sangat panas atau dingin, melubangi telinga meski telinga wanita, meniup seruling, meratapi kematian, membawa minuman keras, bukan (sah menyewa orang) untuk menumpahkannya, tidak sah menyewa orang untuk melukis hewan-hewan dan semua yang diharamkan. Dalam kitab al-Tanbih Syaikh Abu Ishaq al-Syairazi menilai nyanyian termasuk perkara yang diharamkan. Dan hal itu perlu dikaji ulang yang telah aku sebutkan dalam kitab Syarhnya. Dan tidak boleh mengambil upah untuk semuanya itu seperti mengambil uang dari penjualan bangkai.  

2. Ihya ‘Ulum al-Din [2]

: قَالَ رَسُوْلُ الله

مَنْ أَصَابَ مَالاً مِنْ مَأْثَمٍ فَوَصَلَ بِهِ رَحِمًا أَوْ تَصَدَّقَ بِهِ أَوْ أَنْفَقَهُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ جَمَعَ اللهُ جَمِيْعًا ثُمَّ قَذَفَهُ فِيْ النَّارِ

Rasulullah Saw. bersabda: “Barangsiapa memperoleh harta dari pekerjaan dosa, lalu ia pergunakan untuk menyambung kerabat, meyedekahkannya, atau membelanjakannya di jalan Allah Swt., maka Allah Swt. akan menghimpun semua itu, lalu melemparkannya ke neraka.”

[1]  Muhammad al-Khatib al-Syirbini, Mughni al-Muhtaj ila Ma’rifah Alfazh al-Minhaj, (Mesir: al-Tijariyah al-Kubra, 1957), Jilid II, h. 337.

[2] Abu Hamid al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum al-Din, (Beirut: Dar al-Fikr, 1995), Jilid II, h. 81.

Sumber : Ahkamul Fuqaha no. 391 KEPUTUSAN MUKTAMAR NAHDLATUL ULAMA KE-28 Di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta Pada Tanggal 26 - 29 Rabiul Akhir 1410 H. / 25 - 28 Nopember 1989 M.