Karomah Syekh Abdullah Mudzakkir: Makamnya Terapung di Laut

 
Karomah Syekh Abdullah Mudzakkir: Makamnya Terapung di Laut
Sumber Gambar: Jepretan kang Hamid, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Makam Syekh Abdullah Mudzakkir di Dusun Tambaksari, Demak, Jawa Tengah, adalah tempat yang penuh dengan mitos dan sejarah yang kaya. Dahulunya, tempat ini adalah daratan, namun karena sering terkena banjir rob air laut, akhirnya daratan tersebut mengalami abrasi dan makam Mbah Mudzakkir berada di tengah laut.

Syekh Abdullah Mudzakkir, atau yang akrab dipanggil Mbah Mudzakkir, adalah salah satu ulama besar yang sangat dihormati di kalangan santri di wilayah Demak dan sekitarnya. Beliau lahir di Dusun Jago, Desa Wringinjajar, Kecamatan Mranggen pada tahun 1869 dan dikenal sebagai pencetak kader para kyai muda di Demak.

Sebelum mencapai ketenaran, beliau belajar dari berbagai ulama, termasuk dari Syekh Soleh Darat. Pada sekitar tahun 1900, beliau menetap di Tambaksari, Bedono. Salah satu karomah yang diberikan Allah kepada beliau adalah makamnya yang tidak pernah terendam air laut, meskipun berada di Pantai Sayung, Demak. Bahkan makam anggota keluarganya juga tidak pernah terendam air laut, sehingga dianggap keramat karena tidak terkikis oleh air laut yang pasang surut. Peziarah yang hendak berziarah ke makam Mbah Mudzakkir harus berjalan sepanjang 700 meter di antara air laut.

Meskipun secara jasad beliau telah tiada, tapi secara hakikat beliau masih ada, di antaranya terlihat dari masyarakat yang selalu taat menjalankan agamanya, serta mampu memberikan kehidupan dan menggerakkan roda perekonomian masyarakat desa Tambaksari yang terkena abrasi. Dijelaskan dalam Al-Qur’an, QS.Ali ‘Imran 3:169.
Allah SWT berfirman:

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتًا ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَۙ (١٦٩)

“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” (QS. Ali Imron 3:169)

Beliau, yang sehari-hari menjadi petani tambak, juga dikenal menguasai ilmu kanuragan dan kebal dari berbagai macam senjata,dan sering dimintai orang untuk menyembuhkan berbagai penyakit, namun tidak pernah mengharapkan imbalan atas pertolongannya. Keahlian dan keikhlasannya membuat nama Syekh Mudzakir semakin dikenal dan sangat mendukung upayanya dalam melakukan syiar Islam. Pada tahun 1950, Mbah Mudzakir wafat dalam usia 81 tahun.

Mitologi yang berkembang di masyarakat sekitar makam tersebut menyatakan bahwa makam Syekh Abdullah Mudzakkir "mengapung" dan tidak akan tenggelam meskipun air laut pasang tinggi. Hal ini diyakini karena kebaikan hati dan keluhuran budi  semasa hidupnya. Beliau melakukan syiar di wilayah tersebut dan sangat berjasa dalam pembangunan akhlak warga setempat, baik dalam hal ilmu agama maupun tradisi yang diajarkan.

Tak heran bila banyak santri yang datang untuk berziarah ke makam tersebut. Mereka datang tidak hanya dari Demak, tetapi juga dari luar daerah seperti Kudus,Bojonegoro,Wonosobo,Bogor,Bandung, bahkan Kalimantan. Keberadaan makam ini juga menjadi daya tarik wisata spiritual bagi masyarakat sekitar maupun wisatawan dari luar daerah. Mereka datang untuk mencari ketenangan dan keberkahan di tengah keindahan alam laut yang mempesona. Makam terapung Syekh Mudzakir juga menjadi bagian dari warisan budaya dan sejarah yang patut dilestarikan dan dijaga keberadaannya.

Dengan segala karomah dan jasanya, Syekh Abdullah Mudzakkir tetap diingat dan dihormati oleh banyak orang, bahkan setelah beliau tiada. Makamnya yang tidak pernah terendam air laut menjadi bukti akan keberkahan dan keistimewaan beliau di mata umat Islam. Semoga keteladanan beliau dapat terus menginspirasi dan menjadi teladan bagi generasi-generasi selanjutnya.

Para Ulama yang mendapat karomah selalu menunjukkan kepribadian baik dan meniru jejak Rasulullah SAW dengan bekal syariah dan baik secara ideologi serta perilakunya. Karomah yang dimiliki oleh wali itu tidak hanya nampak ketika hidup saja,tetapi setelah wafat, waliyullah masih diberi karomah.

Semoga kita senantiasa menjadi pribadi yang mampu meneladani apa yang telah dicontohkan para salafush sholih dan orang-orang baik terdahulu. Sehingga menjadi masyarakat yang selalu diliputi rasa aman, tenteram, dan penuh kedamaian. Wallahu a’lam. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 20 Juli 2018. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

 

___________

Editor: Lisantono
Sumber: Sejarah Demak