Ulama Irak: Indonesia Bisa Menjadi Model Penegakan Moderasi Islam Dunia

 
Ulama Irak: Indonesia Bisa Menjadi Model Penegakan Moderasi Islam Dunia

LADUNI.ID, Lombok - Penyelenggaraan Konferensi Ulama Internasional di Islamic Centre Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Jumat (27/7/2018) dihadiri oleh banyak ulama dari luar negeri diantaranya Penasehat Grand Syaikh Al-Azhar Prof Dr Abdul Daim Nushair dan Al-Azhar As-Syarif Prof Dr Ibrahum Hud Hud (Mantan Rektor Universitas Al-Azhar), Imam Besar Masjid Abdul Qodir Jailani di Baghdad, Irak, Anas Mahmoud Khalaf, Sejumlah ulama dan akademisi dari tanah air juga akan mengisi kegiatan konferensi.

Dalam kesempatan ini Imam Besar Masjid Abdul Qodir Jailani di Baghdad, Irak, Anas Mahmoud Khalaf, menyampaikan kekaguamnnya serta memuji Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Anas menyebut Indonesia bisa menjadi model penerapan moderasi Islam.

"Tentang Islam di Indonesia bahwa saya melihat Islam di Indonesia tegak dan berjaya. Indonesia itu bisa menjadi model penegakan moderasi Islam karena Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Kita melihat di Indonesia aman dan damai dan stabil,"

Anas menyebut Islam tumbuh di Indonesia dengan situasi yang aman dan damai. Menurut dia, kondisi itulah yang tak dirasakan di sebagian negara di Timur Tengah.
"Ini yang tidak ada di negara-negara lain, di sebagian negara Timur Tengah yang dirundung oleh konflik. Kita temukan rasa aman dan damai di sini, (yang) tidak kita temukan di sebagian negara yang terlibat konflik," ujarnya.

Berbicara soal keterkaitan antara politik dan agama. Menurut Imam Besar Masjid Abdul Qodir Jailani di Baghdad, Irak, dua hal itu telah mempunyai ahli masing-masing.

"Saya melihat bahwa politik itu tidak bisa dipisahkan dari agama, tetapi memang masing-masing itu ahlinya dan saya berharap terutama ulama yang konsisten bergerak di masjid dan dakwah, mereka tetap mengembankan ilmu pengetahuan. Begitu juga yang berada di jalur politik. Mereka tetap berpegang teguh kepada etika dan nilai-nilai keislaman," tuturnya.

Beliau menyarankan ulama tetap konsisten memakmurkan masjid. Kata Anas, masjid juga tak boleh disisipi kepentingan-kepentingan yang lain.

"Tetapi saya melihat para dai terutama dapat terus menjaga masjid-masjid itu agar tetap konsisten mengembangkan dakwah dan ilmu pengetahuan dan jangan sampai masjid itu digunakan untuk kepentingan-kepentingan di luar yang merusak nilai-nilai agama," sebutnya.