Syekh H. Ibrahim BUDI Lamno #2:  Kiprahnya dan Keunikan Tradisi Pendidikan Dayah BUDI Lamno

 
Syekh H. Ibrahim BUDI Lamno #2:  Kiprahnya dan Keunikan Tradisi Pendidikan Dayah BUDI Lamno
Sumber Gambar: Koleksi Laduni.ID

Laduni.ID, Aceh -  Sosok Abu BUDI Lamno sejak kecil telah nampak beliau ulama kharismatik, ketekunan dan kedisiplinannya, Abu BUDI menyelesaikan pendidikan di sekolah ini pada tahun 1949. Walaupun pendidikan dasarnya pada lembaga pendidikan umum, namun orang tuanya melihat putranya ini memiliki bakat dan minat pada pendidikan agama.

Baca juga: Santri Harus Tahu Sejarah, Para Pejuang itu Adalah Santri

Teungku Ibrahim Ishak selanjutnya dikirim ke Labuhan Haji untuk belajar di Dayah Darussalam yang dipimpin oleh Abuya Muda Waly. Lama beliau belajar di dayah ini hingga tahun 1958. Seiring dengan kepulangan guru beliau Teungku Abdul Aziz (Abon Samalanga) dari Labuhan Haji ke Samalanga pada tahun 1958 untuk memimpin Dayah MUDI MESRA (Ma'hadal Ulum Diniyah Islamiyah Mesjid Raya).

Teungku Ibrahim Ishak (Abu BUDI) juga ikut serta ke Samalanga guna untuk menambah ilmu yang dirasakan belum cukup serta untuk membantu Abon Samalanga mengajar di MUDI MESRA. Abu BUDI lamno belajar dan mengabdi di Samalanga hingga tahun 1963. Kehausan terhadap ilmu agama tidak pernah membuat Teungku Ibrahim Ishak merasa puas sehingga dari Samalanga beliau berangkat ke Sumatera Barat untuk belajar di sana hingga tahun 1966.

Baca juga: Mengingat Sejarah Hidup Hadratus Syaikh KH Hasyim Asyary

Pada tahun 1967 atau sekembali dari memperdalam ilmu agama di Sumatera Barat, Teungku Ibrahim Ishak membuka lembaga pengajian di kampung halamannya. Lembaga pengajian ini bernama Dayah Bahrul Ulum Diniyah Islamiyah, dayah ini disingkat dan lebih dikenal oleh masyarakat dengan dayah BUDI, maka terkenallah beliau dengan panggilan Abu Budi.

Semenjak beliau mendirikan Dayah BUDI hingga akhir hayatnya, beliau selalu memimpin lembaga pendidikan ini dan membina santri – santri yang berdatangan dari seluruh wilayah Aceh serta ada beberapa santri dari luar propinsi Aceh.  Beliau seolah – olah tidak mempunyai perasaan bosan dan jenuh untuk membina dan memberi semangat kepada para guru dan santri untuk selalu giat belajar. Abu Budi berpandangan bahwa ilmu akan mudah didapat apabila para pelajar agresif, maka Abu Budi menganjurkan agar dihidupkan Munazharah (berdebat Hukum agama) di setiap pengajian. 

Alasan itu dayah BUDI Lamno dalam perjalanannya terkenal dengan ciri khasnya yaitu diadakannya munazharah disetiap pengajian.

 

____________________________________________________________
Helmi Abu Bakar El-Langkawi Penggiat Literasi Asal Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga
Referensi: Sumber Utara buku "Biografi Ulama Aceh Abad XX Jilid II dan lainnya.