Tarekat Naqsyabandiah #2: Syekh Muhammad Bahauddinsyah Naqsyabandi  Sang Pelopornya

 
Tarekat Naqsyabandiah #2: Syekh Muhammad Bahauddinsyah Naqsyabandi  Sang Pelopornya

LADUNI.ID, TASAWUF- Tarekat ini mengutamakan pada pemahaman hakikat dan tasauf yang mengandung unsur-unsur pemahaman rohani yang spesifik, seperti tentang rasa atau "zok". Di dalam pemahaman yang meng"isbat"kan zat ketuhanan dan "isbat" akan sifat "maanawiyah" yang maktub di dalam "roh" anak-anak adam maupun pengakuan di dalam "fanabillah" mahupun berkekalan dlam "bakabillah" yang melibatkan zikir-zikir hati (hudurun kalbu).

Syekh Muhammad bin Muhammad Bahauddin al-Syekh Naqsyabandiyah dalam catatan sejarahnya, beliau bekerja pada Sultan Khalid yang menurut riwayat sangat terkenal pada masa pemerintahanya dan termasyhur disebabakan oleh Bahauddin Naqsyabandi. Ketika sultan mangkat, maka Naqsyabandi pulang ke desanya dan di sana beliau menjalankan hidup sufi dan zuhud dengan memperoleh  pengikut yang banyak. Di sana pula beliau meninggal dunia, pada tahun 791 H / 1389 M, dalam usia 72 tahun akibat tertular penyakit ta’un. Naqsyabandi menulis banyak kitab-kitab dalam ilmu Balaghah, Usul Fiqh, dan Teologi. Kitab-kitabnya ini  kemudian dikumpulkan oleh seorang pengikutnya, As’ad dalam satu buku kumpulan yang berjudul Baghiyah al-Wajid fi Kilaabatin Maulana Qalidin.

Berkat dari kedua guru utamanya, Baba al-Sammasi dan Amir Kulal, membuat beliau mendapat mandat estafet sebagai pewaris tarekat ini. Tarekat Naqsyabandiyah mula-mula populer di Asia Tengah dan telah banyak menarik minat orang dari bebagai lapisan masyarakat. Walaupun beliau mempunyai jalinan dan hubungan dengan kalangan penguasa dan bangsawan, namun beliau membatasi diri dalam pergaulannya dengan mereka, dalam kondisi demikian beliau tetap dihormati oleh para penguasa.

Dalam perjalanan sufinya, Syekh Bahauddin mengatakan bahwa beliau berpegang teguh pada jalan yang ditempuh Nabi dan sahabatnya. Salah satu ungkapan beliau mengatakan bahwa sangatlah mudah mencapai puncak pengetahuan tertinggi tentang monoteisme (tauhid), tetapi sangat sulit mencapai makrifat yang menunjukkan perbedaan halus antara pengetahuan dan pengalaman spiritual.

Sebagai tarekat yang muktabar, tarekat Naqsyabandi ini yang dinisbahkan kepada oleh beliau sendiri Syekh Bahauddin, ajarannya berasal dari Nabi Muhammad, dengan penurunan atau pewarisan secara  tarqqi (berantai) seperti yang telah ditulis oleh Muhammad Nazimuddin Amin al-Qurdi di dalam kitabnya, Tanwiru al-Qulub. Di dalam kitab tersebut tertulis secara jelas susunan silsilah  Tarekat Naqsyabandiyah mulai dari Nabi Muhammad hingga sampai kepada Bahauddin Naqsyabandi

           

***Helmi Abu Bakar El-Langkawi

Penggiat Liaterasi dan Pecinta Tasawuf Asal Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga, Aceh.