Adakah Masjid Sunnah? (Bagian 2)

 
Adakah Masjid Sunnah? (Bagian 2)

LADUNI.ID - Kriteria yang dijadikan standar masjid Sunnah adalah tidak ada tradisi bersalaman setelah shalat.

Benarkah jika ada kebiasaan salaman setelah shalat kemudian menjadi masjid yang menyalahi Sunnah? Tidak juga.

Berikut adalah fatwa Mufti ulama Salafi, Syekh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin, rahimahullah:

ﻭﺳﺌﻞ ﻓﻀﻴﻠﺔ اﻟﺸﻴﺦ: ﻋﻦ ﺣﻜﻢ اﻟﻤﺼﺎﻓﺤﺔ ﻓﻲ اﻟﻤﺴﺠﺪ ﺣﻴﺚ اﻋﺘﺎﺩ ﻛﺜﻴﺮ ﻣﻦ اﻟﻨﺎﺱ ﺫﻟﻚ ﺑﻌﺪ اﻟﺼﻼﺓ؟

Syekh yang mulia ditanya tentang hukum berjabat tangan (salaman) di masjid yang menjadi kebiasaan banyak umat Islam setelah shalat?

ﻓﺄﺟﺎﺏ ﻓﻀﻴﻠﺘﻪ ﻗﺎﺋﻼ: ﻫﺬﻩ اﻟﻤﺼﺎﻓﺤﺔ ﻻ ﺃﻋﻠﻢ ﻟﻬﺎ ﺃﺻﻼ ﻣﻦ اﻟﺴﻨﺔ ﺃﻭ ﻣﻦ ﻓﻌﻞ اﻟﺼﺤﺎﺑﺔ – ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻢ – ﻭﻟﻜﻦ اﻹﻧﺴﺎﻥ ﺇﺫا ﻓﻌﻠﻬﺎ ﺑﻌﺪ اﻟﺼﻼﺓ ﻻ ﻋﻠﻰ ﺳﺒﻴﻞ ﺃﻧﻬﺎ ﻣﺸﺮﻭﻋﺔ، ﻭﻟﻜﻦ ﻋﻠﻰ ﺳﺒﻴﻞ اﻟﺘﺄﻟﻴﻒ ﻭاﻟﻤﻮﺩﺓ، ﻓﺄﺭﺟﻮ ﺃﻥ ﻻ ﻳﻜﻮﻥ ﺑﻬﺬا ﺑﺄﺱ، ﻷﻥ اﻟﻨﺎﺱ اﻋﺘﺎﺩﻭا ﺫﻟﻚ.

Beliau menjawab: Berjabat tangan ini tidak saya ketahui dasar hadisnya atau perbuatan shahabat, semoga Allah meridhoi mereka.
Namun bila seseorang melakukan salaman setelah shalat tidak meyakini sebagai hal yang disyariatkan, tapi sebagai bentuk rasa senang dan kecintaan, maka saya harap tidak apa-apa. Sebab umat Islam sudah membiasakan hal itu

ﺃﻣﺎ ﻣﻦ ﻓﻌﻠﻬﺎ ﻣﻌﺘﻘﺪا ﺑﺄﻧﻬﺎ ﺳﻨﺔ ﻓﻬﺬا ﻻ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﻭﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﻟﻪ، ﺣﺘﻰ ﻳﺜﺒﺖ ﺃﻧﻬﺎ ﺳﻨﺔ، ﻭﻻ ﺃﻋﻠﻢ ﺃﻧﻬﺎ ﺳﻨﺔ.

Kalau seseorang melakukan jabat tangan / salaman meyakini hal tersebut adalah sunah, maka ini tidak boleh hingga ada dalil yang mengatakan sunah dan tidak saya ketahui dalil bahwa hal itu adalah sunah

Jadi menurut Syekh Utsaimin bersalaman setelah shalat tidak bidah jika bertujuan saling senang dan cinta sesama Muslim. Tentu pula masjid yang melakukan salaman ini bukan masjid yang menyalahi Sunnah.

Sementara menurut ulama Syafi'iyah mengenai salaman setelah shalat adalah boleh, baik menurut Imam Ibnu Hajar Al Haitami maupun Imam Nawawi, keduanya mengutip dari Imam Izzuddin bin Abdussalam.