Wahdatul Wujud#9: Mengarungi Kebenaran Wahdatul Wujud

 
Wahdatul Wujud#9: Mengarungi Kebenaran Wahdatul Wujud

LADUNI.ID, TASAWUF- Pemahaman Wahdatul Wujud apabila dipahami dengan ilmu dan syarahan para ulama muktabarah, tentunya kita bisa membedakan esensi yang benar berkaitan dengan Wahdatul Wujud itu sendiri. Sebagian ulama menyebutkan intepretasi berkaitan dengan Wahdatul Wujud yang benar.

Dalam pemahamannya Wahdatul Wujud yang benar adalah seluruh mahluk yang wujud (lebih tepatnya maujud), pada mulanya tidak wujud (‘adam). Mereka akhirnya wujud karena Allah SWT mewujudkan mereka. Maka, seluruh makhluk pada hakikatnya wujud dengan sebab wujudnya Allah s.w.t., karena tanpa wujudnya Allah s.w.t, tanpa izin Allah s.w.t., niscaya tiada satu mahluk pun yang wujud ataupun SWT meneruskan ke-wujud-an-Nya.

 Inilah maksud sebenarnya Wahdatul-wujud yang dihayati oleh orang-orang arif dari kalangan para sufi. Mereka menghayati dan merasakan (dzauq), ke-wujud-an mereka, bahkan seluruh ke-wujud-an makhluk Allah SWT adalah dari Allah SWT yang telah menciptakan mereka dari tiada menjadi ada, dari tidak wujud (‘adam) menjadi wujud. Jadi, mereka tidak merasakan wujud mereka secara mandiri (mustaqil), tetapi ke-wujud-an mereka dengan-Nya (dengan kekuasaan dan  izin-Nya).

Berdasarkan pemahaman ini, tidak seorang pun yang berakidah lurus, yang mampu menafikannya. Kalau ada orang yang menafikan Wahdatul-wujud dengan makna seperti ini, maka pada hakikatnya dialah orang yang sesat, karena tak ada yang wujud secaramustaqil (tersendiri), kecuali Allah SWT dan hanya Dia saja yang bersifat dengan qiyamuhu binafsihi (berdiri dengan dzatNya sendiri) sedangkan seluruh makhluk berdiri dengan Allah SWT(dengan kuasa dan izin Allah SWT

 Orang-orang yang mengingkari bahkan menganggap sesat golongan arif billah / para sufi (seperti Syekh  Ibn 'Arabi, Syekh Al-Jili, Syekh Al-Hallaj, Syekh Siti Jenar dan lainnya) yang mengetengahkan Wahdatul-wujud, hanya karena tidak tahu dengan konsep Wahdatul-wujud di sisi para sufi itu sendiri, lalu salah paham dengan memahami Wahdatul-wujudsebagai hulul dan ittihad. Maka, mereka sebenarnya bermain-main dengan khayalan/anggapan mereka sendiri terhadap kaum sufi, padahal kaum sufi berlepas diri dari pengingkaran mereka dan khayalan orang-orang yang mengingkarinya.

Hakikat Wahdatul-wujud ialah, apabila seseorang sudah menghayati rasa ke-wujud-an dirinya dan seluruh perbuatan dirinya serta semua yang terjadi dialam ini adalah dari Allah SWT Maka, seluruh gerak-gerik makhluk, termasuk perbuatan manusia, sebenarnya dengan Allah SWT ( dengan wujud, kekuasaan dan izin Allah SWT Kalau hal ini dianggap bukan aqidah Islam, lalu yang seperti apakah aqidah Islam itu? Apakah setiap makhluk punya kuasa terhadap dirinya sendiri secara mutlak? Tidak sama sekali!

 

Helmi Abu Bakar El-Langkawi

Penggiat Literasi dan Sosial Agama serta Dewan Guru Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga, Bireun

Sumber: Abu Basit, Kontroversi Tentang Wahdatul Wujud, 2011