Tradisi Ijazah Ilmu dan Tarekat #1

 
Tradisi Ijazah Ilmu dan Tarekat #1

LADUNI. ID,  HIKMAH- Dunia tarekat merupakan perjalanan rohaniah yang tidak terpisahkan dengan transferisasi ilmu yang bersifat metafisika. Salah satunya dengan proses ijazah dari masa ke masa atau sering disebut sanad keilmuan.

Ungkapan Ijazah antara lain diambil dari sebuah ungkapan istajaztuhul ma fa’-ajazani (aku meminta air darinya, lantas dia memberiku air).

Penjelasan tersebut memberi sebuah pedoman bagaimana seseorang yang meminta supaya diberikan curahan ilmu, lalu guru itu mencurahkan ilmu yang dia miliki kepada muridnya itu.

Salah seorang ulama terkemuka bernama Imam As-Suyuthi dalam kitabnya Itqan fi “Ulum al-Qur’an menjelaskan kronologi terbentuknya istilah ijazah dalam kedisiplinan ilmu. Dalam perspektifnya seorang murid yang ingin menuntut suatu ilmu kepada seorang guru pada awalnya tidak mengetahu penguasaan ilmu yang dikuasai oleh sang guru tersebut.

Berdasarkan atas ini, ijazah merupakan sebagai bukti pengakuan dan persaksian dari pihak guru bahwa dia adalah seseorang yang mahir dalam bidang tersebut.

Pada perkembangan belajar dan mengajar berikutnya, ijazah juga menjadi suatu tanda keizinan yang diberikan seorang guru kepada muridnya untuk meriwayatkan apa yang telah dipelajari dan diambil dari guru tersebut.

Lebih lanjut Imam An-Nawawi, sebagaimana dinukil Imam Suyuthi dalam kitab bernama Tadribur Rawi, menyebutkan, langkah tahammul wal ada’ (upaya mengambil suatu sanad pengetahuan dan pemberiannya) disebut ijazah.

***Helmi Abu Bakar El-Langkawi Asal Aceh 

Diantara bentuk ijazah, seorang syaikh (guru) mengatakan kepada muridnya, “Ajaztuka hadza kama ajazani syaikhi”. Artinya, “Aku ijazahkan (ilmu) ini kepadamu, sebagaimana guruku telah mengijazahkan kepadaku”. Itu biasanya berupa cara membaca Al-Qur’an, riwayat-riwayat hadits, kitab-kitab hingga amalan-amalan seperti ratib, wirid dan kumpulan bacaan dzikir lainnya.