Tidurnya Para Pecinta, Menggetarkan Rasa

 
Tidurnya Para Pecinta, Menggetarkan Rasa

LADUNI.ID - Kadang kita merasa mulia, setelah kita berbuat banyak kebaikan, sedangkan orang lain melakukan sesuatu yang tidak ada gunanya, bahkan mereka hanya main-main dan lena dengan dunia. Ada suatu kisah yang luar biasa, seorang alim dan anak kecil dengan pandangannya, di luar pengetahuannya.

Suatu hari Imam Syafi'i berkunjung ke kediaman Imam Ahmad bin Hambal, Imam Ahmad mempunyai Putri Sholehah; Ia sering shalat malam, berpuasa dan senang mendengarkan kisah orang-orang Sholeh dan cendekiawan. Putri itu, ingin sekali melihat Imam Syafi'i yang sering diceritakan ayahnya, karena ayahnya sangat memuliakan sang Imam dan selalu bercerita tentang keilmuan dan ibadahnya.

Ketika Imam Syafi'i berkunjung ke rumahnya, putri Imam Hambal sangat gembira sekali, ia ingin sekali melihat apa yang akan dilakukan Imam Syafi'i di rumahnya dan ingin menyimak kisah dan fatwanya.

Setelah makan malam berlalu, Imam Ahmad beranjak untuk shalat malam dan berdzikir, sedangkan Imam Syafi'i menuju tempat tidur, dan putri Imam Ahmad mengawasi setiap gerik geriknya sampai Fajar tiba.

Ketika pagi menyeringai, putri sholehah itu bertanya pada Abahnya (Imam Ahmad), "Wahai Ayahku, benarkah Ia Asyyafi' yang engkau selalu ceritakan padaku?", "Ia, anakku" Jawab Imam Ahmad.

Sang Putri belum puas melihat apa yang terjadi, "Aku selalu mendengar, Betapa Engkau mengagungkan beliau, tetapi nyatanya, aku tidak melihatnya shalat malam, ia juga tidak wirid dan berdzikir? "Sang putri masih tanda tanya besar.
Ia melanjutkan, "Dan, aku perhatikan Imam Syafi'i melakukan tiga hal yang aneh!?".
Ayahnya menimpali, "Apa itu wahai anakku? ".

Sang Putri menjawab dengan serius "Jika kita suguhkan makanan, beliau memakannya dengan lahap, berbeda dengan yang Ayah ceritakan. Apabila beliau masuk kamar, beliau tidak shalat malam. Dan ketika beliau shalat Shubuh bersama kita, beliau tidak berwudu''".

Matahari mulai meninggi, Imam Ahmad dan Imam Syafi'i duduk-duduk sambil bercerita dan bertukar ilmu, Imam Ahmad membuka pembicaraan tentang Imam Syafi'i yang diamati putrinya.

Imam Syafi'i sepeerinya tahu apa yang dikeluhkan putri Imam Ahmad, beliau pun menjawabnya;
"Wahai Aba Muhammad, Aku makan makananmu banyak sekali, karena aku tahu, makananmu terbuat dan berasal dari barang halal. Engkau orang dermawan, dan makanan dari dermawan adalah obat, sedangkan makanan dari orang Bakhil adalah penyakit, dan aku makan banyak, agar ia menjadi obat bagiku" Jawab Imam Syafi'i.

"Mengapa aku tidak shalat malam?, ketika aku mulai meletakkan kepala untuk tidur, aku melihat Al-Quran dan Hadis di depanku, kemudian Allah membukakan 72 masalah fiqih padaku, dan aku susun agar nantinya bisa bermanfaat untuk kaum muslimin, maka disanalah aku di antara menulis dan bangun malam" jawabnya.

Dan yang ketiga, "Mengapa ketika aku shalat Shubuh bersama kalian, aku tidak berwudhu', Demi Allah, mataku tidak bisa terpejam, sehingga aku dapat memperbaharui wudhu', aku semalaman terjaga, maka aku shalat shubuh bersama kalian dengan wudhu' shalat Isyak". Setelah itu, beliau berpamitan kepada Imam Ahmad dan melanjutkan perjalanannya.

Beberap detik berikutnya, Imam Ahmad memanggil putri kesayangannya, "Anakku, begitulah yang dilakukan beliau (Imam Syafi'i) pada malam hari, beliau tidur (berbaring) lebih utama dari apa yang aku kerjakan, sedangkan aku dalam keadaan bangun"( tidurnya lebih baik dari bangunku).

Begitulah kisah inspiratif Imam Syafi'i yang malamnya adalah karya, menulis ilmu untuk umat, sungguh memetiknya adalah keindahan.

Oleh: Halimi Zuhdy

Dosen Bahasa dan Sastra Arab UIN Maliki Malang