Putra Mahkota Saudi Perintahkan dan Pantau Pembunuhan Jamal Khashoggi?

 
Putra Mahkota Saudi Perintahkan dan Pantau Pembunuhan Jamal Khashoggi?

LADUNI.ID,INTERNASIONAL- Surat kabar Amerika Serikat, The Wall Street Journal, baru-baru ini mempublikasikan laporan teranyar yang paling menohok seputar kematian jurnalis Arab Saudi, Jamal Khashoggi yang dibunuh di Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018.

Dalam laporannya, yang mengutip dokumen dari Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA), The Journal meyakini bahwa Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, memantau pembunuhan Khashoggi.

The Journal menyebut, Pangeran Salman mengirim sedikitnya 11 pesan kepada seorang figur yang diduga mengawasi tim yang membunuh Jamal Khashoggi pada jam-jam sekitar kematiannya, menurut penilaian yang sangat rahasia dari CIA yang dilihat oleh The Journal, seperti dikutip dari The Independent, Minggu (2/12/2018).

Pesan-pesan yang diduga dikirim oleh putra mahkota itu ditujukan kepada mantan penasihat pengadilan Saudi, Saud al-Qahtani, menurut CIA sebagaimana dilaporkan oleh The Journal. Isi pesan antara putra mahkota dan Qahtani tidak diketahui, kata dokumen itu. Ia juga tidak mengatakan dalam bentuk apa pesan-pesan itu dikirim.

Qahtani adalah salah satu pejabat tinggi pemerintahan Saudi yang dipecat menyusul penyelidikan oleh jaksa penuntut umum Saudi dalam pembunuhan Khashoggi. Kejaksaan Saudi mendakwa belasan orang yang tergabung dalam tim untuk melancarkan operasi pembunuhan terhadap kolumnis The Washington Post itu.

Saud al-Qahtani juga merupakan salah satu dari 17 orang yang dijatuhi sanksi oleh Kementerian Keuangan AS sebagai respons atas kasus tersebut.

Beri Perintah?

Dokumen CIA mengutip penyadapan elektronik dan informasi rahasia lainnya. Salah satu poin laporan menyatakan bahwa pada bulan Agustus 2017, putra mahkota mengatakan kepada rekan-rekan bahwa jika upaya untuk membujuk Khashoggi untuk kembali ke Arab Saudi tidak berhasil, "kita mungkin dapat memancing dia di luar Arab Saudi dan membuat pengaturan."

"Itu tampaknya menjadi pertanda awal dari operasi yang dilancarkan Saudi untuk melawan Khashoggi," The Journal menulis, mengutip dokumen analisis CIA tersebut.

Dokumen itu mengatakan bahwa Qahtani menggunakan Centre for Studies and Media Affairs at the Royal Court (CSMARC), departemen media di bawah pengadilan Saudi, untuk mengatur pembunuhan itu.

The Wall Street Journal mengatakan, kutipan tersebut belum secara jelas menunjukkan apakah komentar pada Agustus 2017 memang benar berasal dari Pangeran Salman langsung, atau dari orang lain yang meniru ucapannya.

Namun, mengutip laporan CIA, The Journal menulis, "Sangat tidak mungkin tim operasi ini ... melaksanakan operasi tanpa perintah dari Mohammed bin Salman."

Menanggapi laporan The Wall Street Journal, seorang pejabat Kedutaan Besar Saudi di Washington, mengatakan: "Putra Mahkota berkomunikasi secara teratur dengan berbagai pejabat senior di Royal Court dalam berbagai hal. Putra Mahkota tidak pernah berkorespondensi dengan pejabat Saudi di lembaga pemerintah mana pun untuk menjerat Jamal Khashoggi, seorang warga negara Saudi. Kami terus menolak setiap tuduhan berdasarkan spekulasi."

Seorang juru bicara CIA menolak berkomentar. Sementara itu, Saud al-Qahtani tidak menanggapi permintaan untuk komentar. Gedung Putih mengatakan tidak menanggapi laporan masalah intelijen. Jamal Khashoggi --seorang kritikus keluarga kerajaan Saudi-- terbunuh pada 2 Oktober tidak lama setelah memasuki Konsulat Saudi di Istanbul.

Arab Saudi telah menghadapi kecaman internasional atas pembunuhan itu, yang menyebut bahwa petinggi Kerajaan Petrodollar itu memberikan otorisasi dan mengetahui pembunuhan Khashoggi. Namun, pihak Saudi membantah tuduhan itu dengan menyebut bahwa Pangeran Salman tidak terlibat. Riyadh juga berdalih bahwa pembunuhan Jamal Khashoggi dilakukan oleh tim beranggotakan figur-figur yang "menyimpang" dari tugasnya.

Sumber: liputan6.com