Sosok Kiai Ma'ruf Amin di Kancah Perpolitikan Indonesia

 
Sosok Kiai Ma'ruf Amin di Kancah Perpolitikan Indonesia

LADUNI.ID, Jakarta - Kiai Ma'ruf bukan pendatang baru dalam dunia perpolitikan Indonesia, usianya sudah 75 tahun pada 11 Maret 2018 lalu. Bicara pengalaman, ia sudah malang melintang di dunia politik. Ia pernah menjadi anggota DPRD DKI dua periode saat zaman Gubernur Ali Sadikin, anggota DPR RI 1998-2004, Anggota MPR, dan pernah menjabat Wantimpres dua periode di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Ia juga pernah masuk sejumlah partai politik. Seperti PPP dan PKB.

Di dunia pendidikan, Kiai Ma'ruf cukup banyak makan bangku sekolahan. Ia alumnus SR Kresek, Tangerang (1955), Madrasah Ibtidaiyah Kresek, Tangerang (1955), Madrasah Tsanawiyah Pesantren Tebuireng, Jombang (1958), Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang (1961), dan terakhir Fakultas Ushuluddin Universitas Ibnu Chaldun, Bogor (1967).

Akar organisasi di NU juga sangat kental. Kiai Ma'ruf masuk dalam 'jajaran elite'. Sejumlah jabatan pernah diemban, seperti Ketua Ansor, Ketua NU, Katib Aam Syuriah PBNU, dan sejumlah jabatan lain. Catatan itulah yang menjadi modal mendampingi Jokowi pada pilpres 2019.

Kiai Ma'ruf pernah mengakui tidak menyangka dipilih Joko Widodo menjadi calon wakil presiden. Sebab, ia saat ini sudah memasuki dunia kultural, NU dan MUI. Namun, sekarang ia siap hijrah ke dunia struktural jika terpilih jadi wakil presiden RI.

Kiai Ma'ruf mengaku hanya ingin membantu Presiden Jokowi menuntaskan apa yang telah dilakukan. Dalam menata patok-patok, dalam rangka membuat Indonesia lebih sejahtera.

"Saya juga ingin membantu Pak Jokowi untuk mencapai Indonesia lebih sejahtera. Saya berharap lima tahun ini menyiapkan landasan supaya tahun 2024 nanti Indonesia sudah bisa tinggal landas, sudah bisa take off," ujar ketua MUI ini.

Bijaksana Memilih

Kiai Ma'ruf menyebutkan berbeda pandangan politik tidak harus membuat perpecahan. Sebaliknya, hal tersebut justru harus tetap jadi penyemangat untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa selama ini sudah terbina dengan baik.

Sikap dewasanya dalam berpolitik ditunjukkan dengan seruan kepada masyarakat untuk tidak bertengkar meski pilihan di pilpres 2019. Rasulullah selalu mengajarkan kita untuk saling mencintai, kata Kiai Ma'ruf. Sebuah pesan yang sangat menyejukan di tengah gesekan sesama anak bangsa.

    "Bagimu capresmu, bagi kami capres kami. Beda capres tapi kita harus tetap saling toleransi," katanya.

Sikap bijaksana juga ditunjukkan Kiai Ma'ruf. Sepanjang pengetahuannya, bangsa Indonesia adalah bangsa besar yang semuanya saling berkaitan dalam berbagai perbedaan. Namun, perbedaan tersebut selama ini justru sudah menjadi harmoni yang terbina dengan baik dengan menjunjung tinggi rasa toleransi.

Ibarat tubuh kalau satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain juga akan merasakan sakit. Demikian juga dengan bangsa ini meski berbeda suku, agama, tetapi tetap saling menjaga, saling menyayangi dan saling melindungi satu sama lain.

Kita kembangkan terus ukhuwah Islamiah, karena saudara sesama bangsa dan negara serta sesama umat manusia. Kita diciptakan Allah SWT yang saling berpasangan dan berkembang menjadi bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling menyayangi. Mudah-mudahan itu tetap bisa kita jaga selamanya. Lagi-lagi pesan itu memperkuat posisi Kiai Ma'ruf sebagai tokoh, ulama, dan politikus bijaksana dengan segudang pengalaman.

 

 

Sumber: Republika