Cermin Pemimpin Ideal

 
Cermin Pemimpin Ideal
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalu berinteraksi dengan sesama, serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.

Hidup di dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati dan menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Sebab hidup yang teratur adalah impian setiap orang. Karenanya, menciptakan dan menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas bersama.

Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi dibanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia dianugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.

Allah SWT menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi, tidak lain adalah untuk menyembah dan beribadah kepada-Nya, mengerjakan segala perintah-Nya, mulai dari shalat, puasa, zakat, dan segala hal yang mendatangkan kemaslahatan bagi diri manusia itu sendiri dan juga harus menjauhi larangan-Nya agar dapat mencegah kerusakan di muka bumi.

Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan sosial manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri.

Dengan berjiwa pemimpin, manusia akan dapat mengelola diri, kelompok dan lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik dan sulit. Di sinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.

Seorang pemimpin itu idealnya adalah individu dengan jiwa yang terlatih dan mampu melatih individu-individu lain untuk mewujudkan visi kebaikan bersama.

Seorang pemimpin diharuskan mampu melibatkan diri dalam unsur keberagaman sifat anggota yang menjadi tanggung jawabnya. Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang mampu membawa misi kelompoknya ke arah yang baik dan tetap teguh merangkul semua anggota kelompok.

Sebagai seorang muslim, karakter kepemimpinan Rasulullah SAW patut untuk menjadi teladani. Bagaimana tidak, hanya dalam waktu yang relatif singkat, Rasulullah telah berhasil menancapkan nilai-nilai islami di Jazirah Arab yang sebelumnya terkenal dengan kejahilahannya.

Jika kita membaca sejarah Rasulullah SAW sebagai seorang pemimpin, kita akan menemukan sifatnya Shiddiq atau jujur, Amanah atau dapat dipercaya, Fathonah atau cerdas dan Tabligh atau aspiratif menyampaikan tugas-tugas yang diembannya.

Allah SWT berfirman di dalam Surat Al-Ahzab ayat 21:

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan Hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”

Jadi, Rasulullah SAW adalah teladan sempurna yang patut untuk senantiasa menjadi rujukan, khususnya teladan Rasulullah SAW sebagai seorang pemimpin.

Karakter Rasulullah SAW sebagai Pemimpin yang Jujur (Shiddiq)

Allah SWT berfirman:

 وَمَآ آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُواْ

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (QS. Al-Hasyr: 7)

Kejujuran dalam diri seseorang tentunya menjadi poin penting yang harus dimiliki oleh seorang manusia, terutama oleh seorang pemimpin.

Pemimpin yang jujur menjanjikan keterbukaan dan keluwesan dalam memberikan segala informasi yang mencakup kepentingan kelompok. Kejujuran yang ada dalam diri seorang pemimpin itu menjadi karakter tersendiri yang mampu diandalkan oleh anggota. Pemimpin ideal dengan tingkat kejujuran tinggi akan mendapatkan kepercayaan yang luas dari kelompoknya. Demikianlah yang tergambar dalam pribadi Rasulullah SAW yang tidak pernah berdusta sama sekali.

Karakter Rasulullah SAW sebagai Pemimpin yang Dapat Dipercaya (Amanah)

Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang berbunyi:

إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ

Sesungguhnya aku adalah seorang rasul yang dapat dipercayakepadamu.” (QS. As-Syu'ara: 143)

Dalam ayat lain kita akan menemukan firman Allah yang berbicara tentang amanah yang diemban oleh setiap manusia, sebagaimana terdapat dalam Surat Al-Ahzab ayat 72:

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ  إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا

“Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan menghianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan bodoh.”

Karakter yang satu ini tentunya timbul dari seberapa berhasilnya seorang pemimpin dalam menggerakkan anggotanya dan bijak dalam mengambil keputusan.

Pemimpin ideal adalah pemimpin yang tanpa perlu berpikir ulang, anggotanya akan dengan kesungguhan hati mampu mempercayai pemimpin tersebut dalam mengambil sebuah keputusan, karena didasari rasa kepercayaan itu.

Pemimpin yang dapat dipercaya akan mampu mendamaikan hati semua anggota. Dengan kepercayaan itu pula, setiap anggota akan merasa lebih terpacu untuk menyatukan hati dan menciptakan keseragaman kelompok demi terciptanya keutuhan. Semua itu tercermin dari Rasulullah SAW yang memang dapat dipercaya dalam berbagai hal. Karena itu, segala hal yang disampaikannya adalah kebenaran belaka dan diterima oleh semua orang beriman.

Karakter Rasulullah SAW sebagai Pemimpin yang Cerdas (Fathonah)

Allah SWT berfiman:

وَتِلْكَ حُجَّتُنَآ آتَيْنَاهَآ إِبْرَاهِيمَ عَلَى قَوْمِهِ

“Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya.” (QS. Al-An’am: 83)

Allah SWT memberikan anugerah kecerdasan kepada setiap utusan-Nya, termasuk Nabi Ibarahim AS. Hal itu tidak lain adalah sebab cerdas adalah syarat utama sebagai seorang pemimpin. Demikian pula sosok Nabi Muhammad SAW yang sangat cerdas dalam menghadapi dan menyelesaikan berbagai hal.

Perlu dicatat, bahwa kecerdasan adalah titik tentu yang idealnya harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Kecerdasan merupakan poin utama yang menentukan seberapa baik langkah yang diambil oleh seorang pemimpin jika dihadapkan oleh suatu masalah. Ia juga harus yang cerdas dalam membawa diri yang didukung dengan keunggulan berpikir dan peka terhadap hal-hal sekitar.

Dalam menjalankan tugasnya, seorang pemimpin yang ideal akan mampu berpikir luwes dan memiliki ide-ide segar untuk keberlangsungan kepentingan umum.

Sejarah mencatat kecerdasan Rasulullah SAW dalam menyelesaikan masalah. Ketika kepala suku di Arab berselisih dan berebut dalam meletakkan batu hitam (hajar aswad) setelah selesai merenovasi Kakbah, terjadilah perselisihan yang cukup sulit ditemukan titik temunya. 

Perselisihan tersebut nyaris menimbulkan peperangan. Beruntung, saat itu ada salah satu penasehat suku Quraisy yang menyarankan, bahwa yang berhak menentukan peletakan batu tersebut adalah orang yang pertama kali masuk Kakbah. Paginya, ternyata Rasulullah SAW adalah orang yang pertama kali masuk. Masyarakat gembira dan cocok dengan Rasulullah. Akhirnya dengan kecerdasan yang dimiliki, belliau membentangkan selendangnya, kemudian meletakkan batu hitam itu di tengah tengah selendangnya. Lantas Rasulullah memerintahkan kepada setiap kepala suku untuk memegang masing-masing ujung selendangnya untuk diangkat bersama sama. Kemudian di penghujung Kakbah, Rasulullah mengambil batu tersebut dan meletakkan ditempatnya.

Saat itu semua masyarakat puas, dan peperangan pun tidak terjadi berkat ide cerdas Rasulullah SAW. Dengan peristiwa itu, semua orang tidak ada yang meragukan kecerdasannya. Kecerdasan tersebut berguna untuk menyelasaikan masalah dengan sebaik-baiknya tanpa ada pihak yang merasa dirugikan.

Karakter Rasulullah SAW sebagai Pemimpin yang Aspiratif Menyampaikan Tugas (Tabligh)

Dalam Surat Al-Ahzab ayat 39, Allah SWT berfirman:

الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَالاَتِ اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلاَ يَخْشَوْنَ أَحَداً إِلاَّ اللَّهَ وَكَفَى بِاللَّهِ حَسِيباً

“(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang (pun) selain Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan.”

Sebagai seorang Nabi dan Rasul, tentu apa yang digambarkan di dalam ayat tersebut terdapat di dalam diri Nabi Muhammad SAW. Beliau telah mengemban tugas kenabian dan kerasulannya dengan sebaik-baiknya. Tidak ada satupun yang terlalaikan. Dan ini juga merupakan hakikat jiwa seorang pemimpin.

Artinya, seorang pemimpin itu memang harus aspiratif, yakni mampu menerima dan menyampaikan amanah yang dibebankan pada dirinya dan mendengarkan aspirasi masyarakat setempat. Ia juga harus bertanggung jawab dan berani untuk menanggung efek dari segala keputusan yang timbul akibat tindakan yang telah dilaksanakan.

Pemimpin yang bertanggung jawab adalah pemimpin yang tetap teguh dan mampu berpikir taktis untuk menerima segala resiko yang timbul dari keputusan yang diambil demi kemaslahatan.

Semua karakter ideal seorang pemimpin itu ada dalam diri Rasulullah SAW, yang memang menjadi syarat seorang nabi dan rasul. Mungkin tidak semua pemimpin dapat persis seperti Nabi Muhammad SAW, tetapi setidaknya ada komitmen yang dibangun untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai seorang pemimpin dengan sebaik-baiknya dengan meneladani karakter nabi.

Sebagai seorang Muslim yang baik, kita akan senantiasa mendokan para pemimpin agar dapat menjalankan tugas dan amanah yang diembannya. Semoga Allah SWT memberikan petunjuk dalam melasanakan semua itu. Amin. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 18 Januari 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Ustadz Fuad Munir (Ketua LBM PCNU Depok)

Editor: Hakim