Maraknya Hoaks karena Tradisi Filsafat yang Tidak Kuat

 
Maraknya Hoaks karena Tradisi Filsafat yang Tidak Kuat

LADUNI.ID, Jakarta - Banyaknya hoaks yang menimpa masyarakat melalui berbagai media sosial (Medsos) adalah terjadi karena masyarakat tidak memiliki tradisi filsafat yang kuat. Hal ini disampaikan langsung oleh Direktur Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag), Prof Arskal Salim. Menurutnya, dengan berfilsafat maka hoaks akan dapat ditangkal.

Prof Arskal menyampaikan hal itu saat menjadi pembicara dalam acara International Conference of Islamic Philosophy (ICIPH) yang diadakan oleh Asosiasi Aqidah dan Filsafat Islam (AAFI) dan Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) di komplek DPR/MPR RI, Jakarta, Sabtu (19/1).

“Inilah pentingnya filsafat bagi proses-proses sosial politik yang sebenarnya hari ini. Banyak sekali terjadi hoaks-hoaks karena mereka tidak memiliki tradisi berpikir kritis. Filsafat itu kan cara untuk berpikir kritis. Berfilsafat itu adalah modalnya bertanya,” terang Prof Arskal.

Selain itu, Prof. Arskal juga berpendapat bahwa, dengan filsafat masyarakat akan memiliki daya berpikir kritis dan akan terhindar dari korban hoaks. “Dengan fisafat, masyarakat akan terbiasa menanyakan atau melakukan verifikasi terhadap informasi yang belum jelas tentang kebenarannya,” terangnya.

Sementara itu, Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Islam Sadra, Kholid Al-Walid juga mengatakan tradisi berpikir kritis dalam filsafat tidak hanya akan mampu menangkal berita hoaks, tapi juga akan mencegah radikalisme dan ekstremisme. Sebab itu, seharusnya cara berpikir kritis  sudah diajarkan sejak di level pendidikan dasar dan menengah.

“Masyarakat sejak remaja harusnya sudah terbiasa untuk berpikir kritis, mendalam, rasional dan substansial dalam menghadapi berbagai persoalan, sehingga tidak terjebak pada problem radikalisme dan ekstrimisme,” pungkas Kholid, seperti dilansir dari laman liputanislam.com.