Biografi Syaikh H. Abdul Aziz Samalanga (Abon Aziz)

 
Biografi Syaikh H. Abdul Aziz Samalanga (Abon Aziz)
Sumber Gambar: foto istimewa

Daftar Isi Profil Syekh H. Abdul Aziz Samalanga (Abon Aziz)

  1. Kelahiran
  2. Keluarga
  3. Pendidikan
  4. Mengajar di Dayah
  5. Karomah
  6. Chart Silsilah Sanad

 

Kelahiran

Syekh H. Abdul Aziz Samalanga atau yang kerap disapa dengan panggilan Abon Aziz dilahirkan pada bulan Ramadhan tahun 1351 H atau bertepatan dengan 1930 M, di sebuah gampong bernama Kandang di Kecamatan Samalanga, dulunya dalam Kabupaten Aceh Utara. Namun, setelah pemekaran, Samalanga menjadi bagian dari Kabupaten Bireuen.

Dalam perjalanan hidupnya, Abon Aziz dibesarkan dan diasuh di Jeunieb. Kondisi ini disebabkan ayahanda beliau pernah menjabat Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Jeunieb. Ayahnda Abon juga tokoh agama yang berperan penting dan banyak berjasa dalam memajukan pendidikan agama khususnya dayah.

Salah satu buktinya Dayah Darul Atik Jeunib, pendirinya ayahanda Abon Aziz Al-Mantiqi. Abon Aziz masa kecil menghabiskan waktu di Jeunieb dan juga belajar ilmu agama di dayah tersebut.

Keluarga

Saat  itu dayah dipimpin Tgk. Haji Hanafiah (Tengku Abi) lebih kurang selama dua tahun. Namun, usia Abon telah matang. Abon menikahi seorang gadis di Gampong Mideun Jok Samalanga yang merupakan putri gurunya sendiri yang adalah pimpinan Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Dayah Ma’hadal Ulum Diniyah Islamiyah Mesjid Raya (MUDI Mesra) Samalanga pada waktu itu. Abon dikaruniai empat anak, yaitu (almarhumah) Hj. Suaibah, Hj Shalihah, (almarhum) Tgk. H .Thaillah dan Hj Masyitah.

Pendidikan

Abon memulai pendidikannya dengan belajar di sekolah SR (Sekolah Rakyat) pada tahun 1937. Tidak lama setelah itu, beliau menamatkan pendidikan dasarnya pada tahun 1944. Pendidikan formal Abon hanya menamatkan SR.

Abon sejak tahun 1944 belajar pada ayahandanya selama dua tahun. Keinginan beliau untuk menuntut ilmu yang lebih mendalam, tahun 1946 pindah belajar ke Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga.

Ilmu itu apabila terus ditekuni, semakin terasa masih kurang. Akhirnya Abon Aziz pada tahun 1948 melanjutkan pendidikannya ke salah satu dayah yang dipimpin Teungku Ben (Teungku Tanjongan) di Matangkuli Kabupaten Aceh Utara. Di dayah tersebut Abon belajar pada Teungku Idris Tanjongan sampai 1949. Pada tahun tersebut beliau kembali ke Dayah LPI MUDI Mesjid Raya Samalanga untuk mengabdikan diri menjadi guru di dayah tersebut.

Mengajar di Dayah

Setelah sekian lama Abon Aziz Al-Mantiqi menuntut ilmu di Dayah Darussalam Labuhan Haji, Aceh Selatan. Di bawah bimbingan Al-Mukarram al-Mujaddid Al-Mursyid Abuya Muda Waly Al-Khalidy yang dikenal sangat alim dan telah teruji kealimannya dalam khazanah keilmuan di kalangan ahli ilmu pada masa itu.

Atas petunjuk dan izin Abuya Muda Waly, akhirnya Abon tepatnya pada tahun 1958 kembali lagi ke Samalanga untuk mengabdi di Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga dalam mengembangkan ilmunya.

Dalam catatan tertulis disebutkan pada tahun tersebut pimpinan Dayah LPI MUDI Mesjid Raya Samalanga meninggal dunia dan estafet kepemimpinan dayah diserahkan kepada Abon Aziz Al-Mantiqi.

Pada awal kepemimpinan Abon, dayah MUDI telah melakukan reformasi terhadap kurikulum dengan penambahan beberapa disiplin ilmu seperti mantiq, ushul fiqh dan lainnya, padahal ini belum dilakukan pada kepemimpinan sebelumnya. Tentu saja kurikulum ini juga mengadopsi dari dDyah Labuhan Haji tempat Abon menunutut ilmu dahulunya.

Kelebihan yang dimiliki oleh Abon dan tentu saja ini berkat didikan Abuya salah satunya, beliau sangat disiplin dan memiliki semangat luar biasa yang terpatri dan mengalir dalam jiwa sosok “purnama” di tengah umat itu dalam dunia “seumeubeut” (mengajar ilmu agama). Ini dibuktikan walaupun beliau kurang sehat namun saat berhadapan dengan “seumeubeut” kembali sehat.

Ini sebuah ilustrasi semangat dan keseriusan serta antusiasnya al-Mukarram Abon Aziz Al-Mantiqi dalam menempatkan dunia “semebut” sebagai nomor wahid dan proritas utama. Kesungguhan dan keseriusan Abon itu menjadi petuah dan pusaka Abon yang ditanamakan dan didoktrin kepada muridnya untuk tidak meninggalkan dua permata yang dibingkai dengan “Beut-Seumeubeut” (belajar dan mengajar) ke mana pun pergi dan status apa pun dalam masyarakat. Itu harus di prioritaskan dan dalam konteks apa pun.

Berkat kepemimpinan Abon dengan menekankan kepada “Beut Semeubeut” telah banyak melahirkan kader ulama dan cendekiawan serta tokoh di bawah kepemimpinan Abon. Melihat pemahaman pesan tersebut secara kontekstual, tidak harus para alumni itu mendirikan dayah atau balai pengajian, mereka yang mampu seumebeut, memulainya dengan seumeubeut minimal istri, anak atau keluarga sendiri. Seumebeut tidak mesti di atas balee atau balai, namun di mana pun ruhul tarbiyah “beut seumeubeut” itu harus dihidupkan dan dalam konteks apa pun. Apakah di dunia akademis, aparatur pemerintahan, pasar dan lainnya.

Begitu juga mereka yang tidak mampu seumeubuet (mengajar) untuk tidak malas dan berbesar hati mengikuti pengajian (jak beut) walaupun tidak rutin. Dalam pengajarannya, Abon sangat membenci faham menyimpang dari manhaj Aswaja seperti Wahabiyyah. Sehingga beliau tidak pernah bosan mengurai kesesatan faham tersebut. Bahkan hampir setiap hari Abon menyinggung tentang kesesatan faham tersebut untuk memberikan pemahaman kepada muridnya bahwa itu faham yang sesat.

Karomah

Di antara karamah yang Allah berikan kepada Abon Abon Abdul Aziz Samalanga adalah seorang Ulama besar Aceh yang haul beliau baru saja diperingati beberapa hari yang lalu oleh seluruh murid-muridnya di komplek adalah banyaknya firasat Abon yang terbukti kebenarannya di kemudian hari. Banyak kisah-kisah yang memperlihatkan kebenaran firasat Abon, terutama dengan para murid-muridnya.

Rasulullah pernah mengingatkan akan firasat seorang mukmin.

اتقوا فراسة المؤمن فإنه ينظر بنور الله

Artinya; Takutlah kamu kepada firasat orang mukmin, karena ia melihat dengan nur Allah (H.R. Turmizi)

Di antara kisah-kisah tersebut adalah :

Pada suatu hari datang dua santri baru di Dayah Mudi. Pada saat menghadap Abon, salah satu dari santri baru tersebut dipandang oleh Abon dengan cukup lama, setelah ke dua santri tersebut keluar, ketika di tanyakan hal tersebut, Abon menjawab “esok hari ia akan pergi meninggalkan dayah”. Sedangkan yang seorang lagi akan bertahan di dayah selama beberapa saat. Esok harinya hal ini terbukti, santri yang dipandang oleh Abon tersebut langsung hengkang dari dayah, sedangkan yang satu lagi tetap bertahan sampai beberapa tahun.

Abon pernah ditanyakan oleh salah satu murid mengapa Abon tidak membentuk ikatan alumni sebagaimana dilakukan oleh Abu Tepin Raya pada Dayah beliau, Darus Sa`adah. Abon menjawab: itu tidak perlu saya pikirkan, suatu saat akan dipikirkan oleh mereka sendiri. Hal ini tersebukti, saat ini alumni Mudi telah memiliki satu ikatan organisasi yang tergabung dalam Yayasan al-Aziziyah.

Salah satu murid Abon Abu Manan Alue Lhoek mengeluh kepada Abon tentang anaknya yang paling tua yang memiliki kekurangan mental, bahwa anaknya ini susah untuk diajarkan ilmu agama. Abon mengatakan supaya beliau jangan bersedih karena kelak anak beliau tersebutlah yang akan menjadi tulang punggung keluarga beliau dalam hal nafkah. Hal ini terbukti setelah Abu Manan meninggal dunia sebagaimana yang Abon katakan.

Chart Silsilah Sanad

Berikut ini chart silsilah sanad murid Syekh H. Abdul Aziz Samalanga (Abon Aziz) dapat dilihat DI SINI.


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 03 Desember 2020, dan terakhir diedit tanggal 15 September 2022.

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya