Bagaimanakah Puisi Fadli Zon?

 
Bagaimanakah Puisi Fadli Zon?

LADUNI.ID - Puisi bagai pisau, ia bisa membunuh lawan-lawannya dengan ketajaman kata-katanya. Bisa pula meninabobokkan, dengan belaian kalimatnya, berbunga-bunga.

Entah, siapalah ia, pisau itu tergantung pemiliknya. Bila Ramai dengan Puisi "Doa Yang Ditukar" Fadli Zon-, biarkan ia berteriak-teriak, memecah hening, bukankan ada penyair hebat Musailamah Al-Kadzab dengan syairnya yang membara. Ada Hasan Bin Sabit, penyair Nabi, dengan pujian-pujian yang dirindukan.

Biarkan puisi menggila, bila kau marah, tulislah puisi. Bila kau memerah, marahlah pada kata-kata itu, bakar ia dengan kalimatmu.

Puisi selalu bermuatan ideologi, kalau puisi tak ber-ideologi, ia hanya semacam anyaman senyap, haru-biru, dan bunga semata. Walau keindahan tetaplah menjadi bagian dari puisi, tetapi, apakah hanya cantik, tapi tak sholehah.

Ideologi, semacam pesan kuat untuk memberikan suatu perubahan, apakah itu ideologi kemanusiaan, ketuhanan, nasionalisme, atau apapun.

Dan puisi selalu hadir dalam situasi dan kondisinya. Ketika masa penjajah, ia datang dengan puisi perlawanan. Ketika banyak orang dikoyak, hadir sastra humanisme. Maka, ia hadir sesuai dengan konteksnya, tidak pernah cukup melihat teks sebuah teks, tanpa kehadirannya yang menyertainya.
Menurut Maman, puisi yang baik adalah puisi yang ditulis dengan baik, bukan puisi toilet. Puisi baik, puisi yang benar-benar hadir, bukan hanya diawang-awang, memoles kata, tapi tak punya makna.

Seperti Hamzah Fansuri, dengan metafor yang hangat, pesan yang kuat. Maka, kata Maman, selain Hamzah membawakan puisi indah, dengan pesannya penuh hikmah, ia juga datang sebagai seorang intelek.

Seperti kehadiran Islam, ia tidak hanya datang bertandang dari pedagang, dan tidak hanya untuk transaksi ekonomi, tapi mereka juga membawa sastra (puisi), seperti Hamzah Fansuri yang mengubah bahasa Parsi dan bahasa Arab dengan bahasa melayu (pegon), apakah Hamzah Fansuri biasa-biasa?

Tapi, bagaimana pendapat anda dengan puisi Fadli Zon?

Oleh: Halimi Zuhdy

Dosen Bahasa dan Sastra Arab UIN Malang