Gempa Dahsyat, Kiamatkah telah Tiba? #3

 
Gempa Dahsyat, Kiamatkah telah Tiba? #3

 

LADUNI.ID, CERITA- Hari Minggu pagi 26 Desember 2004, entah kenapa pagi saat gempa yang melanda Aceh kala itu, tepintas imajinasi kiamat, semakin kuat terpikirkan “Kiamat “?  Tidak ,tidak mungkin kiamat, teringatku dari berbagai referensi bacaan dan ceramah khutbah jum’at kiamat akan terjadi pada hari Jum’at bukannya minggu. Bahwa sebuah tulisan agama yang masih sempat teringat hadist kiamat itu hari jumat dan itu diriwayatkan oleh Imam Muslim  berbunyi:

“Sebaik-baik hari dimana matahari terbit adalah hari Jum’at. Pada hari Jum’at Adam diciptakan, pada hari itu dia dimasukkan ke dalam surga dan pada hari Jum’at itu juga dia dikeluarkan dari Surga. Hari Kiamat tidaklah terjadi kecuali pada hari Jum’at.”

Untaian hadist itu membuka hati dan terdeletenya keraguan di tengah kegaulauan dan kepanikan gempa dahsyat itu, bumi juga belum berhenti melampiaskan kemarahannya. Beberapa menit kemudian goncangan maha dahsyat yang belum pernah dirasakan itu berhenti seketika. Semua orang saling memandang binar tatapan kosong terpaku membisu tak berkutik.

Pasca itu,  baru tersadar akan keberadaan  ibunda, kak lela dan bidadari kecil berada di ruang rawatan dan amanah ayahanda untuk menjaga dan menghiraukannya, tanpa mempedulikan, apa yang barusan terjadi, kaki terus mengayungkan dengan cepat dan berlari menghampiri ibunda dan keluarga di rumah sakit.

Hati makin galau dan risau, apakah mereka selamat dan masih hidup. Untaian air mata dan doa berharap terus menggelora, kiri kanan bangunan jatuh, nafas terisak, maklum jarang berolahrga, terpaksa hari itu harus menjelma menjadi sosok pelari maraton dengan gaya Ulee Glee. Kaki semakin cepat mengayuh, keringat bercucuran tidak peduli, sesekali mata memandang terlihat bangunan yang baru saja roboh dari jarak pandangan yang dekat, orang sibuk mencari anak dan saudara.

Semua orang panik, laksana hari kiamat, tidak lagi menghiraukannya orang disekeliling, tidak lama sampailah di tempat tujuan. Betapa bahagia dan terharu, rupanya ibunda dan keluarga disana selamat dan Allah masih memberi umur panjang dan keselamatan untuknya. Kembali memastikan kondisi mereka, walaupun aura wajah mereka sangat terlihat cemas dan gundah, namun alhamdulillah semuanya baik-baik saja.

Melihat suasana yang tidak pasti terlebih gempa dahsyat tersebut, IIbunda meminta untuk tetap bersamanya. “Di bek kajak sahoe inoe ka duek ka pengen kak lela nyoe han tatuoh kadang cit n lom gempa, bang jol keh pih mantong di rumoh tengoh gecok barang² yang penteng“, katanya dengan penuh berharap dan wajah yang cemas. Tentunya tanpa diperintahpun, tetap tidak akan kemana-kemana teringat amanah Ayahanda, apalagi ini sudah ada dua perintah yang merupakan dua kewajiban, ayah dan ibunda. Konsekuensinya, apabila melanggar terdapat dua dosa, teringat nasehat guree.

Rupanya tidak lama kemudian bang Jol (suami kak lela) dan dek Inad (anak pertama) pun datang bergabung bersama di halaman depan rawat inap RS Bayangkara. Merekapun juga merasakan apa kami rasakan, bahkan cemas tentang keselamatan dan keberadaan ibunda, bidadari kecil dan ibunya.  Tentunya itu sirna kala sampai ke rumah sakit dan bertemu dengannya.

Tidak lama setelah itu, selang beberapa menit terdengar suara gemuruh, teriakan air laut naik air laut naik dari orang orang yang berlarian dari arah Lam Jamee Peukan Bada membuat kami bingung  penasaran dan bertanya tanya, signal hp pun mendadak hilang tapi bisa digunakan untuk menanyakan kebenaran issu yang beredar.

Hingga terucap “Ie laot di ek