Bolehkah Seorang Perempuan Bepergian Tanpa Mahram?

 
Bolehkah Seorang Perempuan Bepergian Tanpa Mahram?
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Dalam konteks budaya dan agama tertentu, isu perempuan bepergian tanpa mahram seringkali menjadi topik kontroversial. Dalam Islam, terdapat pandangan yang beragam terkait masalah ini. Bagi beberapa ulama, perjalanan seorang perempuan tanpa mahram dapat dianggap tidak disyariatkan karena masalah keselamatan dan perlindungan. Namun, pendapat lain menekankan pada prinsip keadilan dan kemampuan perempuan untuk menjaga diri sendiri, yang memperbolehkan mereka untuk melakukan perjalanan tanpa mahram dalam situasi-situasi tertentu.

Di beberapa negara, regulasi terkait perempuan bepergian tanpa mahram dapat bervariasi. Beberapa negara mungkin memiliki aturan yang membatasi perempuan untuk bepergian tanpa mahram, sementara yang lain mungkin lebih longgar dalam penafsiran hukum tersebut. Namun, semakin banyak negara yang mengakui hak-hak perempuan untuk bebas bergerak dan membuat keputusan sendiri, termasuk dalam hal perjalanan.

Perempuan yang memilih untuk bepergian tanpa mahram seringkali menghadapi tantangan dan risiko tertentu. Meskipun demikian, banyak di antara mereka yang melakukan perjalanan sendiri dengan berhasil dan dengan memperhatikan langkah-langkah keamanan yang diperlukan. Mereka mungkin mengandalkan teknologi modern seperti ponsel pintar dan aplikasi keamanan untuk memantau perjalanan mereka dan tetap terhubung dengan orang-orang terdekat.

Pentingnya memberikan ruang bagi perempuan untuk membuat keputusan sendiri tentang perjalanan mereka, dengan mempertimbangkan konteks budaya, agama, dan keamanan, merupakan bagian dari perjuangan menuju kesetaraan gender yang lebih besar. Ini juga memicu diskusi yang lebih luas tentang hak asasi manusia dan kebebasan individu, serta menyoroti pentingnya menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif bagi semua orang, tanpa memandang gender atau latar belakang mereka.

Akan tetapi secara hukum Islam bagaimana hukumnya seorang perempuan yang pergi sendirian mengikuti kopdar yang mendapat izin ortunya? Apakah dia diperbolehkan untuk membatalkan puasa dan menjama' qoshor? Menurut pendapat yang shohih dalam madzhab Syafi'i tidak diperbolehkan seorang perempuan yang pergi sendirian mengikuti kopdar, kecuali bersama mahram. Sedang menurut sebagian Ashab Syafi'iyah boleh jika aman dalam perjalanan.
- Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab VIII / 343 Syamilah:

فرع: قد ذكرنا تفصيل مذهبنا في حج المرأة. وذكرنا أن الصحيح أنه يجوز لها في سفر حج الفرض أن تخرج مع نسوة ثقات. أو امرأة ثقة، ولا يشترط المحرم ولا يجوز في التطوع وسفر التجارة والزيارة ونحوهما إلا بمحرم. وقال بعض أصحابنا: يجوز بغير نساء ولا امرأة إذا كان الطريق أمناً. وبهذا قال الحسن البصري وداود، وقال مالك : لا يجوز بامرأة ثقة: وإنما يجوز بمحرم أو نسوة ثقات. وقال أبو حنيفة وأحمد : لا يجوز إلا مع زوج أو محرم، قال الشيخ أبو حامد : والمسافة التي يشترط أبو حنيفة فيها المحرم ثلاثة أيام فإن كان أقل لم يشترط

[Sub Bahasan] Kami telah merinci hukum wanita pergi haji dalam madzhab kita (Syafi'iyah):

  1. Menurut pendapat yang shohih diperbolehkan wanita pergi haji wajib jika ditemani olah satu atau lebih perempuan yang tsiqoh (dapat dipercaya), tidak disyaratkan mahram dalam hal ini. Tidak diperbolehkan jika bepergian dalam rangka haji sunah, berdagang, ziarah, dan sebagainya kecuali didampingi oleh mahram;
  2. Menurut sebagian Ashab Syafi'iyah diperbolehkan wanita bepergian sendiri jika aman dalam perjalanan, pendapat ini didukung oleh Al-Hasan Al-Bashri dan Dawud Adh-Dhohiri;
  3. Menurut Imam Malik tidak diperbolehkan walaupun beserta satu perempuan tsiqoh, yang diperbolehkan adalah beserta mahram atau beberapa perempuan tsiqoh;
  4. Menurut Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad, wanita tidak diperbolehkan bepergian keluar kecuali bersama suami atau mahramnya.

Asy-Syaikh Abu Hamid berkata: "Perjalanan yang disyaratkan oleh Imam Abu Hanifah dengan bersama mahram adalah perjalanan selama tiga hari, apabila kurang dari tiga hari maka tidak disyaratkan bersama mahram".
- Al-Hawi Al-Kabir IV/363:

فَأَمَّا إِنْ كَانَ الْحَجُّ تَطَوُّعًا، لَمْ يَجُزْ أَنْ تَخْرُجَ إِلَّا مَعَ ذِي مَحْرَمٍ، وَكَذَلِكَ فِي السَّفَرِ الْمُبَاحِ، كَسَفَرِ الزِّيَارَةِ وَالتِّجَارَةِ، لَا يَجُوزُ أَنْ تَخْرُجَ فِي شيءٍ مِنْهَا إِلَّا مَعَ ذِي مَحْرَمٍ، وَمِنْ أَصْحَابِنَا مَنْ قَالَ: يَجُوزُ أَنْ تَخْرُجَ مَعَ نِسَاءٍ ثِقَاتٍ، كَسَفَرِ الْحَجِّ الْوَاجِبِ، وَهُوَ خِلَافُ نَصِّ الشَّافِعِيِّ، وَقَالَ مالك: يجوز أن تخرج من الْفَرْضِ مَعَ نِسَاءٍ ثِقَاتٍ، لَكِنْ لَا يَجُوزُ أَنْ تَخْرُجَ مَعَ امْرَأَةٍ وَاحِدَةٍ، وَقَالَ أبو حنيفة: لَا يَجُوزُ أَنْ تَخْرُجَ فِي الْفَرْضِ وَالتَّطَوُّعِ إِلَّا مَعَ ذِي مَحْرَمٍ،الحاوي الكبير ج ٤ ص ٣٦٣

Kalau mengikuti pendapat ini maka boleh wanita bepergian jauh asal aman dari fitnah dan amannya perjalanan.
- Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab VIII/342 :

ﻭﺫﻫﺐ ﺁﺧﺮﻭﻥ ﺇﻟﻰ ﺟﻮﺍﺯ ﺍﻟﺴﻔﺮ ﺑﺪﻭﻥ ﻣﺤﺮﻡ ﺑﺸﺮﻭﻁ ﻳﻤﻜﻦ ﻣﻌﻬﺎ ﺃﻣﻦ ﺍﻟﻔﺘﻨﺔ ﻭﺍﻟﻀﺮﺭ، ﻛﺮﻓﻘﺔ ﻧﺴـــﺎﺀ ﻭﺃﻣﻦ ﺍﻟﻄﺮﻳﻖ ﻭﻏﻴﺮ ﺫﻟﻚ ﻭﻫﻮ ﻣﺮﻭﻱ ﻋﻦ ﺍﻟﺤﺴــــﻦ ﺍﻟﺒﺼـــﺮﻱ ﻭﻳـــﺮﻭﻯ ﻋﻦ ﺍﻷﻭﺯﺍﻋﻲ ﻭﺩﺍﻭﺩ ﺍﻟﻈﺎﻫﺮﻱ وقول عند الشافعية ـ اهـ مجموع شرح المهذب ج ٨ ص ٣٤٢

"Ulama lain (dalam madzhab Syafi'i) berpendapat tentang bolehnya perempuan bepergian tanpa mahram dengan syarat aman dari fitnah dan bahaya, seperti banyak wanita yang menyertainya, maupun aman dari bahaya, dan sebagainya. Pendapat ini diriwayatkan dari Al-Hasan Al-Bashri, dari Al-Awza'i dan Dawud Adh-Dhohiri" .
- Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab VIII/342 :

قال أبوحامد : ومن أصحابنا من قال: لها الخروج بغير محرم في أي سفر كان واجباً كان أو غيره

- Kitab Majmu' VIII/342:

ـ (وأما) حج التطوع وسفر الزيارة والتجارة وكل سفر ليس بواجب فلا يجوز على المذهب الصحيح المنصوص الا مع زوج أو محرم وقيل يجوز مع نسوة أو امرأة ثقة كالحج الواجب

"Adapun untuk haji tathowwu', pergi ziarah, pergi berdagang, dan segala bepergian yang tidak bersiat wajib maka perempuan tidak diperbolehkan pergi sendirian menurut pendapat madzhab yang benar, yang sesuai nash kecuali bersama suami atau mahramnya, menurut pendapat lain boleh bila bersama satu atau lebih perempuan yang tsiqoh seperti halnya haji wajib".
Kesimpulan:

  1. Menurut pendapat yang shohih dalam madzhab Syafi'i perempuan yang bersangkutan tidak diperbolehkan bepergian sendirian kecuali disertai mahram;
  2. Menurut sebagian Ashab Syafi'iyah, Hasan Al-Bashri, Al-Awza'i, dan Dawud Adh-Dhohiri diperbolehkan dengan syarat aman dari fitnah dan bahaya seperti: banyak wanita yang menemani, dan aman perjalanannya. Wallahu A'lam. []

Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 14 Februari 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.
__________________
Editor: Kholaf Al Muntadar