Bahayakan Keamanan, Pakistan Seharusnya Tidak Ambil Uang Saudi

 
Bahayakan Keamanan, Pakistan Seharusnya Tidak Ambil Uang Saudi

LADUNI.ID, Jakarta - Dalam kunjungannya ke Pakistan, Pangeran Saudi Muhammad bin Salman menyertakan janji investasi sebesar 20 miliar Dollar AS. Kendati Pakistan sangat membutuhkan investasi asing, namun pengamat dan jurnalis asal Pakistan, Taha Siddiqui, menilai bahwa seharusnya Pakistan tidak mengambil uang itu karena akan membahayakan keamanan negara.

Siddiqui, seperti dilansir dari tulisannya di Aljazeera.com menjelaskan, Saudi Arabia memiliki  memiliki kepentingan strategis di Pakistan mengingat kedekatan wilayahnya dengan Iran, yang dimusuhi oleh Riyadh. Saudi menggunakan paket bantuan dan janji investasi untuk membeli kesetiaan pemerintah Pakistan.

Lebih daripada itu, Siddiqui juga menjelaskan bahwa janji-janji bantuan keuangan dari Saudi bukan hal baru dalam hubungan Pakistan-Saudi. Selama beberapa dekade, Riyadh memberi bantuan ke Pakistan dalam berbagai bentuk, mulai dari militer, sipil, hingga sektor agama. Pemerintah Zia-ul-Haq mengizinkan badan amal Saudi untuk mendanai seminari dan masjid, yang mau tidak mau datang dengan ideologi garis kerasnya, terutama ideologi anti-Syiah.

Konsekuensi dari hal tersebut, muncul kelompok-kelompok ekstremis  yang bersikap sangat brutal kepada warga Pakistan yang bermazhab Syiah. Mereka juga telah melakukan serangan teror di Iran.

Tepatnya sekitar lima hari yang lalu (13/2), sebuah kelompok bersenjata bernama Jaish al-Adl (Tentara Keadilan) asal Pakistan telah melakukan serangan bom bunuh diri di provinsi Sistan-Baluchestan Iran (berbatasan dengan Pakista) yang menewaskan 27 anggota korps elit Pengawal Revolusi Islam (IGRC).

Dalam rangka reaksi terhadap serangan ini, Komanda IRGC Iran, Mohammad Ali Jafari, telah memperingatkan Pakistan untuk menghukum kelompok bersenjata Jaish al-Adl. Bila tidak, kata Jafari, Teheran akan melakukan “balas dendam”.

Siddiqui juga menganalisis, akibat dukungan dan dana Saudi kepada kelompok-kelompok ultrakonservatif sebagai pemberdayaan “ekstremisme”, negara Pakistan-lah yang disalahkan oleh dunia internasional.  Organisasi-organisasi hak asasi manusia internasional telah mengkritik tidak adanya tindakan dari negara.

Baru pada minggu ini, Komisi Eropa menambahkan Pakistan (dan Saudi) ke dalam daftar hitam negara-negara yang menimbulkan ancaman karena lemahnya kontrol atas “pendanaan teror dan pencucian uang”.

Oleh sebab itulah, menurut Siddiqui, Pakistan seharusnya tidak membiarkan kawasannya menjadi ‘medan pertempuran di mana Arab Saudi dan Iran menyelesaikan skor mereka’. Yang lebih dibutuhkan Pakistan daripada uang adalah perdamaian di dalam negerinya.