Embrio Radikalisme Mengintai Dayah?

 
Embrio Radikalisme Mengintai Dayah?

 

LADUNI. ID, KOLOM-Dayah sebagai benteng terakhir  dari segalanya termasuk hingga akhir zaman ini, baik dari keilmuan dan talaqqi, akhlak, moral hingga benteng melawan radikalisme. Nuansa dayah dengan tipe masih kuat dengan nilai syariat berbasis kearifan lokal ditambah dengan pengembangan nilai sufisme lewat realisasi tarekat tentunya itu sudah menjadi benteng yang kokoh membendung embrio radikalisme.

Namun dunia selalu berubah dan seribu cara sel embrio radikalisme oleh mereka yang punya afiliasi dengan ini terus dilakukan. Salah satu diantara mempekuat keamanan dari dalam dalam bahasa singkatnya BID (Badan Intel Dayah) harus dihidupkan untuk mencegah  kemungkinan berbagai embrio yang bersifat menggagu bisa di deteksi termasuk radikalisme itu sendiri.

Hemat berdasarkan pandangan kasar sejenisnya intelijen dayah yang khusus mengamati berbagai fenomena yang melahirkan sesuatu yang buruk di dayah belum sepenuhnya menjadi prioritas dayah. Walaupun  keberadaan BID ini ada selnya tersendiri dari bagian keamanan dan humas dayah. Namun dunia intelijen masih bersifat alamiah tanpa proses keilmuan sesuai dengan tifoksinya. 

Saat ini setidaknya ada dua musuh yang masih yang masih mengancam generasi muda,  sabu-sabu dan radikalisme. Dunia dayah dalam pandangan masyarakat masih suci dan terbebas dari nilai negatif ternasuk dwi musuh bebuyutan itu, namun apakah para gangster dan gembong kedua musuh itu apakah tidak menjadikan dayah sebagai target?

Kita berharap sangat dayah harus tetap suci dan terbebas dari itu, namun mereka tentunya seriring waktu tentunya "sutradara" dan pemain belakang layar tidak tinggal diam menjadikan dayah target utama terlebih kini dayah benteng terakhir melahirkan generasi religius bangsa. 

Kembali ke pembahasan ini disini embrio radikalisme dan narkoba. Kedua musuh ini, narkoba khususnya Sabu-sabu seperti sudah ada "kemenangan" dari sang aktor dimana kini tidak sedikit pemuda dan remaja yang telah terpengaruh dengan Sabu-sabu, diantara motifnya dengan faktor finansial.

Lantas radikalisme setelah tidak bisa mencari celah lewat perang pemahaman terlebih didikan syariat berbasis kearifan lokal begitu kental diterpa, apakah finansial juga akan menjadi peluru pamungkas? 

Dayah dengan aturan dan intelijensi yang kuat tentunya akan mudah mendeteksi "virus" itu masuk dan mengembangkan embrionya, namun dayah tanpa pengawas yang kuat bisa jadi dengan kucuran finasial yang berlimpah terlebih dengan jaringan mereka yang bermain bawah tanah tidakkah dayah dijadikan embrio dan menciptakan jaringannya baik afiliasi lokal maupun nonlokal (internasional).

Ini hanyalah sebuah pandangan menyikapi fenomena dan kerisauan zaman dan ini tidak harus di jadikan pembahasan yang serius, namun kewaspadaan dari internal dayah mencoba membentengi embrio radikalisme itu jangan dianggap sepele, siapa tahu itu menjadi bom waktu dan embrio itu lahir dalam waktu tidak terduga dan terencana.

Oh betapa terkejut apabila ternyata "bayi" itu lahir disekitar kita dan tempat yang tidak pernah kita bayangkan. Benarkah ?Ingat, Kemustahilan itu tidak mustahil di dunia ini.

***Abi Sahal Arsyad al-Yacob, Penggiat Masalah Sosial Kemasyarakatan dan Keagamaan asal Aceh