Tujuh Kenikmatan Kehidupan Manusia di Akhirat Kelak

 
Tujuh Kenikmatan Kehidupan Manusia di Akhirat Kelak

LADUNI.ID, Jakarta - Kenikmatan dunia ada batasnya, baik soal materi, waktu, tempat dan lainnya. Berbeda dengan kehidupan akhirat yang kekal nan abadi. Beruntung orang yang mampu memenejemen semua urusan dunianya sebagai sarana mendapatkan untung diakhirat. Tolak, celaka orang yang menggunakan akhirat yang diminta untuk mencapai kepentingan sesaat baik yang berupa pangkat yang disetujui menjadi rebutan, maupun kekayaan yang tidak akan dibawa sampai ke kuburan.

Dari sini kiranya ayat di bawah ini sebagai bahan renungan agar lebih ringan, tak cepat uring-uringan.

من كان يريد حرث الآخرة نزد له في حرثه ومن كان يريد حرث الدنيا نؤته منها وما له في الآخرة من نصيب

Artinya: “Barang siapa yang menghendaki untung di akhirat akan Kami tambah untung dan barang siapa yang menghasil untung di dunia Kami mendapat untung dari untung dunia dan tidak ada yang membutuhkan bahagianpun di akhirat.” (QS. As-Syura: 20)

Menurut Imam Al-Baidhawi dalam kitab tafsirnya yang berjudul  Anwar at-Tanzil Wa Asrar At-Ta'wil  menjelaskan tentang orang yang ingin mendapatkan pahala akhirat diumpamakan sebagai orang yang meminta bantuan yang membantu walau dengan duniawi, dan juga amalan akhirat akan menjadi amalan dunia karena niatnya yang kurang tepat.

Menurut Abu Al-Lais as-Samarkandi dalam  Tanbih al-Ghafilin   kenikmatan akhirat terbagi menjadi tujuh bagian, penjelasannya sebagai berikut:

  1. Kenikmatan akhirat abadi akan ada kehancuran (فناء).
  2. Memiliki kemampuan (قدرة) serta dijauhkan dari ketidakberdayaan (عجز).
  3. Memiliki pengetahuan (علم) serta dijauhkan dari kebodohan (الجهل).
  4. Bergelimang kekayaan yang melimpah (غني) dan tak akan palsu.
  5. Diberi keamanan, kesentosaan dan juga dijauhkan dari segala tantangan.
  6. Nikmati peristirahatan yang nyaman tanpa ada kesusahan.
  7. Memiliki kedudukan mulia (عز) dan dijauhkan dari segala kehinaan (ذل).

Dari sini dapat diambil kesimpulan dari orang yang ingin mendapatkan pahala yang lebih harus pintar dalam berniat sehingga akan menikmati kesenangan yang abadi.


Artikel ini ditulis oleh Mohammad Afif Sholeh, Alumnus Fakultas Dirasah Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sumber: islami.co