Kisah Kiai NU yang Jasadnya Utuh Meski sudah Terkubur 31 Tahun

 
Kisah Kiai NU yang Jasadnya Utuh Meski sudah Terkubur 31 Tahun

LADUNI.ID, Blitar – Meski telah terkubur selama 31 tahun, jasad seorang kiai di Blitar ini masih utuh. Jasad tersebut milik Kiai Anwar Sudibyo.

Sekitar hari Kamis (14/3) lalu, kuburan Kiai Anwar digali. Jasad pendiri Pondok Pesantren Tambakan di Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar ini dipindahkan dari makam umum ke makam keluarga.

Keluarga dan masyarakat yang menyaksikan takjub lantaran jenazah yang sudah terkubur 31 tahun itu masih utuh. Menurut keterangan saksi yang kemudian dibenarkan anak kelima Kiai Anwar, Moch Munib, jari kaki hingga kepala sang kiai masih menyatu dan terbungkus kain kafan. Bahkan, pada kain tersebut tidak ditemukan robekan sedikitpun.

Foto jasad utuh tersebut kemudian viral di media sosial setelah akun Santri Ndalem mengunggah cerita proses pemindahan jasad tersebut. "Iya memang benar Kamis itu makam bapak saya dipindah. Dan saya melihat sendiri, jasadnya masih utuh. Utuh," tutur Munib kemarin.

Ketika viral di media sosial, banyak netizen yang penasaran akan sosok Kiai Anwar semasa hidup.

Kiai Anwar bernama lengkap Mochd. Anwar Sudibyo. Ia menjabat sebagai Rais Syuriah PCNU Cabang Blitar pada periode 1982-1987. Sang ulama ini juga dikenal sebagai pendiri Pondok Pesantren Tambakan di Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar.

"Selain pernah sebagai Rais Syuriah PCNU, abah juga Ketua Tarekat Muttabar Amadiyah dan tokoh Tarekat Kodiriah wa Nasyabandiyah Blitar," ujar Munib menambahkan.

Pada 1988, Kiai Anwar meninggal, saat menjadi imam jemaah salat subuh di Masjid Baitul Rauf. Masjid itu merupakan bagian ponpes Tambakan.

Berdasarkan keterangan dari sang putra, keseharian Kiai Anwar semasa hidup tidak pernah lepas dari zikir. "Ya mungkin karena abah itu tak pernah lepas zikir ya jadi jasadnya masih utuh seperti itu," kata Munib.

Beliau ternyata bukan hanya sebagai tokoh yang ahli zikir, Kiai Anwar juga dipercaya memiliki karamah atau kemuliaan dari Sang Pencipta. Ia dipercaya mendapat karamah weruh sak durunge winarah (Tahu sebelum kejadian terjadi) seperti yang diceritakan Munib.

Menurut Munib, semasa hidup sang ayah pernah mengatakan jika dirinya akan memimpin Ponpes Tambakan dan itu menjadi kenyataan. Kemudian, Kiai Anwar dikenal sebagai sosok bersahaja dan diterima semua golongan. Bahkan menurut salah satu santri, Agus Sudibyo, dakwah Kiai Anwar bisa disebut Islam Nusantara.

"Kiai Anwar berhasil menyatukan nilai-nilai Islam diakulturasi dengan kearifan lokal Jawa. Tidak pernah memaksa. Makanya dakwah beliau bisa diterima semua golongan. Baik di golongan NU, Muhammadiyah bahkan partai politik apapun. Islam Nusantara, itulah kalau istilahnya sekarang," terang Agus.

Sementara itu, Humas MUI Kabupaten Blitar, Jamil Mashadi bahwa, Kiai Anwar tergolong orang saleh sehingga jasadnya tidak termakan bumi. Menurut Jamil, di antara bukti keimanan kepada Sang Pencipta yakni keyakinan akan kekuasaan-Nya. Bahwa atas kehendak-Nya semua terjadi di dunia.

"Jika Allah menghendaki maka itu pasti terjadi. Hanya dengan Kun (jadilah). Salah satu di antara kemuliaan yang Allah SWT berikan kepada hamba-hambanya yang saleh adalah bumi tidak memakan jasad mereka di dalam kubur. Sebagaimana diterangkan dalam hadits Rasulullah SAW," terang Jamil, Rabu (20/3).

Mengenai hadist yang dimaksud tersebut adala berbunyi, "Sesungguhnya Allah SWT mengharamkan tanah memakan jasad para nabi," (HR Abu Daud dan An-Nasai).