Gila Cinta

 
Gila Cinta

LADUNI.ID - Salah satu kisah cinta yang fenomenal adalah kisah cinta Laila. Sebagai orang Indonesia saya merasa Iba pada Laila karena di Indonesia dia sering disebut Laila Majnun yang secara harfiah berarti Laila Gila, padahal itu hoax. Yang benar adalah kisah Laila dan Majnun atau Laila dan orang gila.

Si gila di sini adalah Qais yang menjadi pengagum Laila sejak keduanya masih kanak-kanak. Ia cukup gila karena dengan berani telah memuja dan memuji Laila terang-terangan dengan rangkaian kata yang memabukkan, padahal saat itu hal semacam ini sangat tabu. Ia makin gila tatkala al-Mahdi, ayah Laila menolak lamarannya sebab marah pada tingkah Qais itu. Gilanya lebih menjadi-jadi tatkala Laila malah dinikahkan dengan lelaki lain. Makin berkali-kali lipat gilanya tatkala ia tahu bahwa Laila telah mati karena merasa tertekan akibat ayahnya tak menerima Qais untuknya dan malah memaksanya menikahi orang lain.

Semua yang keluar dari mulut Qais adalah tentang Laila. Bahkan ia kerap mengaku sebagai Laila sebab baginya Laila adalah dirinya dan dirinya adalah Laila. (Ucapan-ucapan Qais ini cukup populer dalam dunia tasawuf sebagai representasi cinta para Sufi kepada Allah).

Seorang penyair menggambarkan kecintaan Qais pada Laila sebagai berikut:

"Andai ditanya pada Si Gila, apakah yang kau pilih antara Laila dan dunia dan seisinya?, maka dia akan berkata: Debu di sandal Laila lebih memuaskan jiwa"

Ya begitulah Qais yang gila cinta. Kalau saya ditanya mana yang saya pilih antara Uminya Hilwa (istri saya) dengan dunia dan seisinya? Saya tanpa ragu akan memilih dunia dan seisinya. Kenapa demikian? Karena Uminya Hilwa itu juga bagian dari isi dunia ini yang berarti juga saya dapat. Hehee....

Kalau orang-orang gila bilang: "Demimu lautan api akan kusebrangi", kalau saya nggak. Ngapain juga menyebrangi lautan api yang sudah pasti takkan berhasil. Mending video call saja dulu sampai apinya padam, baru nyebrang. Hehe..

Inilah bedanya gila cinta dan waras cinta. Cinta sih boleh, kalau gila sih jangan.

Oleh: Abdul Wahab Ahmad

ASWAJA NU Center Jawa Timur