Jangan Mendahului Nasib

 
Jangan Mendahului Nasib

LADUNI.ID, Jakarta - Jadi ingat satu hal bahwa yang sangat berpeluang membahayakan bagi anak adalah obsesi orang tuanya sendiri.

"Duh mbakk… Anakku gak pernah mau disuruh belajar.. Maeeeen terus.. Gimana yo mbak.. di sekolah gak tau nggenah.. Dibilangin alus gak nurut di kasarin tambah jarang di rumah… Mau jadi apa dia itu nantinya?" Sambat panjang seorang ibu sambil bolak-balek ngelus dada.

"Aku sih Pak.. Udah jelas.. Anakku pulang sekolah udah ada jamnya.. Les matematika sore jam tiga sampai jam lima, les bahasa Inggris kalau hari selasa.. Aku gak mau dia kengangguren kayak anak laen yang gak jelas maennya.. Anak-anak harus digituin biar kalau besar jelas dia jelas mau jadi apa.." tutur seorang papa yang selalu menjaga aktivitas anak lelakinya agar selalu on the track menurut versinya.

***

Cerita tentang anak-anak mau jadi apa ini mengingatkan saya pada beberapa sosok teman semasa sekolah. Ada beberapa yang dari mereka tak pernah hadir di urutan rengking. Terkadang mereka ini dapat sebutan berkonotasi miring.

Sebut saja Ratu, telinganya tindikan dua, tampilannya berbeda dengan perempuan seumuran, selalu PD dengan penampilan, jarang sekali dapat pujian dari guru sekolahan.

Sekalinya ketemu setelah terlewat puluhan tahun berlalu, Ratu bermetamorfosis menjadi seorang perempuan entrepreneur, di sebuah galeri batik dia adalah owner, melanglang buana menjejak kaki hingga ke luar negeri membawa nama batik kebanggaan negeri. Jangan ditanya kisahnya hingga sampai begitu, cerita panjang yang mengharu-biru.

Yang satu lagi saat seorang teman sebut saja Raja, mengirim gambar unik dari bawah laut, cantik banget baik warna dan bentuk. Raja tadi ternyata mendalami penelitian tentang binatang laut dengan spesifikasi yang saya ndak ngerti. (helloww...saya ke mana pas kelas biologi ya).

Dan terekam betul dalam ingatan, Raja ini dulu langganan di-bully. Ada saja yang bisa jadi bahan bully-an bagi teman-teman. Bahkan aksi Raja mengatakan cinta dengan setangkai mawar dengan dibelain hujan-hujanan untuk salah satu teman perempuan sekelas pun jadi bahan ketawaan bagi teman yang lainnya.

Jyan tega benar orang yang suka mem-bully itu ya.

Lama tak berjumpa akhirnya Raja hadir di WAG, sharing tentang kerjaannya di LIPI neliti moluska dan sekarang tinggal di Papua, namun sesekali presentasi di Jakarta.

Wuih sangar ya...

***

Tahukah Pak Buk... Anak-anak yang tak pernah bisa kita tebak nasibnya ini punya kesempatan yang besar untuk menjadi manusia yang bersinar menebar kemanfaatan. Pada diri mereka sudah ada nasib tersemat dari Tuhan.

Seperti yang pernah kita baca pada kitab panduan sepanjang jaman, bahwa tak pernah ada yang sia-sia dari proses penciptaan oleh Yang Maha Kuasa.

Anak-anak...

Merekalah contoh sang pembelajar..

Pada diri mereka ada semangat yang berkobar-kobar..

Ide-ide orisinal memancar dari wajahnya yang berbinar...

Kita kadang merasakan kekhawatiran yang berlebihan pada anak-anak saat menjalani masa depan, hingga bisa jadi gupuh, latah dan menjejal demi standard kesuksesan yang dijadikan patokan.

Kalau hendak koreksi, bolehlah kita tengok diri sendiri. Seberapa siapkah kita dititipi?

Seberapa tangguhkah kita berjalan dalam hal-hal yang tidak pasti?

Seberapa besarkah usaha diri meraih kepantasan sebagai manusia bergelar orang tua?

Tuhan tidak pernah salah menitipkan anak-anak pada orang tuanya..

Dia tidak pernah luput memasangkan seorang anak untuk bapak ibunya..

Anak-anak tidaklah membutuhkan bapak ibu yang sempurna,

Mereka butuh orang tua yang mencintai mereka tanpa syarat dan berkenan terus belajar bersama.

Termasuk pelajaran tentang keberanian menghadapi masa depan dan bangkit pada setiap kegagalan.

Berproseslah dan tumbuhlah bersama anak-anak, tanpa risau jadi apa mereka nantinya.

Raising children, raising ourselves

- Naomi Aldort -

 

With Love,

Marhamah Aljufri