Memilih Nama yang Baik bagi Anak

 
Memilih Nama yang Baik bagi Anak
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - "Apalah arti sebuah nama", kata-kata ini bisa dianggap tidak relevan dalam satu sisi, namun bisa juga dianggap relevan dalam konteks lainnya, misal bila dikaitkan dengan sifat tawadhu (rendah hati) atau dalam hal menghilangkan nama diri untuk menghindari kesombongan, atau menjadi baik bagi orang yang cenderung mencari "nama".

Pernyataan di atas menjadi tidak tepat, bahkan bisa saja dianggap tidak ikut sunnah bila tidak mempedulikan arti sebuah nama, misalkan bagi nama anaknya. Jika seseorang memberikan nama pada anaknya tanpa memperhatikan maknanya dan hanya asal saja, maka hal itu bisa dianggap menafikan perintah Rasulullah SAW yang menganjurkan agar memberi nama yang baik bagi anak.

Dalam Kitab Al-Jami' As-Shoghir karya Jalaluddin As-Suyuthi, terdapat sebuah Hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah yang menjelaskan tentang hak-hak seorang anak kepada orang tuanya. Rasulullah SAW bersabda:

إنّ مِنْ حقِّ الوَلَدِ على وَالِدِهِ أنْ يُعَلِّمَهُ الكِتابَةَ وأنْ يُحَسِّنَ اسْمَهُ وأنْ يُزَوِّجَهُ إِذا بَلَغَ

 "Sesungguhnya hak seorang anak atas orang tuanya adalah diajari menulis (membaca untuk memahami sesuatu/mendapatkan pendidikan), diberi nama yang bagus, dan dinikahkah ketika sudah dewasa."

Bila kemudian hanya sekedar memberi nama, dan tidak dipahami artinya, bahkan nama tersebut tidak memiliki arti yang baik, maka hal tersebut menjadi tanggung jawab orang tuanya yang bisa dianggap tidak memberikan hak kepada anaknya.

Nama itu bukan hanya pembeda, di dalam nama tersebut ada sebuah harapan besar, bahkan nanti di Hari Kiamat, nama itu menjadi sebuah penanda kebanggaan bagi dirinya, seseorang akan dipanggil dengan namanya. Jangan sampai kelak malu akan nama itu sendiri. 

Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّكُمْ تُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَسْمَائِكُمْ وَأَسْمَاءِ آبَائِكُمْ، فَحَسِّنُوْا أَسْمَاءَكُمْ

"Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada Hari Kiamat dengan nama kalian dan nama orang tua kalian, karena itu baguskanlah nama kalian." (HR. Abu Dawud)

Nama adalah sebuah identitas, cita-cita, doa, harapan besar orang tua, dan hal itu juga akan menjadi kebanggan diri seseorang dengan penyematan nama itu. Dan nama itu terkadang juga bisa menjadi pembeda aqidah, identitas keluarga, dan keturunan nantinya, yang dimaksudkan agar dapat menjaga kebaikan-kebaikan keluarga.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberiaan nama, sebagaimana dalam Kitab Tarbiyatul Aulad yang ditulis oleh Dr. Nasih 'Ulwan, di antaranya adalah: 1) Tidak menggunakan nama Allah, kecuali diberi kata Abdul sebelumnya. Dan ini sangat dianjurkan, karena bersanding langsung dengan nama Allah SWT, yang tentu mengharapkan keberkahan nama itu, misalnya Abdurrahman, Abdullah, dll. 2) Nama yang tidak memiliki arti ketundukan kepada selain Allah SWT, seperti Abdulmal (Hamba Harta), Abdulfulus (Hamba Uang), dll. 3). Nama yang artinya tidak mudah hilang, lekang, dan sirna.

Pemberian nama seorang anak itu dianjurkan pada hari ketujuh. Kebiasaan tersebut sebagaimana Hadis Shahih berikut ini:

كُلُّ غُلَامٍ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيْقَتِهِ، تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ السَّابِعِ، وَيُحْلَقُ رَأْسُهُ، وَيُسَمَّى

"Setiap orang tergadai dengan aqiqahnya yang disembelih pada hari ketujuh (kelahirannya), dicukur rambutnya dan diberi nama." (HR. Abu Daud)

Pemberian nama pada seorang anak juga bisa dilakukan langsung ketika ia dilahirkan. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW ketika kelahiran anak laki-lakinya (hidup hanya beberapa tahun, dan tidak lama kemudian meninggal dunia)

وُلِدَ لِيَ اللَّيْلَةَ غُلَامٌ، فَسَمَّيْتُهُ بِاسْمِ أَبِيْ إِبْرَاهِيْمَ

 "Pada suatu malam, aku dianugerahi seorang bayi dan aku namai ia dengan nama ayahku, yakni Ibrahim." (HR. Muslim)

Lalu terkait pencarian nama itu bisa dilakukan kapan pun, bisa saja sebelum memiliki anak, bahkan boleh saja disiapkan ketika belum memiliki istri. Hal ini sebagai motivasi untuk mendapatkan seorang anak sholeh dengan calon istri yang juga sholehah. Atau ketika, ia berada pada malam pertama, dan membayangkan seorang ulama hebat, dengan namanya, sebagai tafaulan (berharap untuk dianugerahi yang diinginkan, dengan melakukan suatu hal yang mengarah pada keinginannya). Atau mendiskusikan dengan istri, atau meminta kepada seorang alim dengan harapan anaknya diberikan nama terbaik sesuai dengan karakternya. Pencarian tersebut oleh ulama tidak dibatasi. Namun, yang jelas disunnahkan memberikan nama pada anaknya pada hari pertama dilahirkannya atau pada hari ketujuh.

Berdasarkan pengalaman penulis dalam mencari nama, ada yang kadang terinspirasi dari, misalnya pengarang kitab, keunikan nama, sultan, pengalaman, makna yang dimiliki, yang kemudian dicari di kamus bahasa Arab, serta kekhasan kalimatnya dan sejarah yang mengitari kelahirannya.

Artinya, ketika ditanya oleh anak suatu saat, maka segudang jawaban sudah termaktub dan bisa dijelaskan hal-hal yang terkait dengan nama tersebut. Misalnya seperti anak saya, saya memberinya nama Mohammad Nayif Azmi, Mohammad Najid Al-Izzi, Athifah Muhibatullah, Athirah Rahmatillah. Kedua anak pertama dan keempat menggunakan ism Fa'il dengan awalan yang sama "Mim dan Nun", (Moh. Nayif dan Moh. Najid) demikian dua putri, kedua dan ketiga Athifah dan Athirah. Yang semuanya bersajak. Sedangkan arti dan sejarahnya sangatlah panjang. Yang jelas sangat bermakna dan mengandung harapan serta rasa syukur yang besar.

Sekilas, bolehlah penulis membahas arti anak yang keempat, Mohammad Najid Al-Izzi. Dalam tulisan bahasa Arab: محمد ناجد العزي. Kata Mohammad, sudah sangat mafhum, sebuah tafaul kepada Sang Nabi Allah, terkait akhlak dan kepribadiannya, serta aqidah yang dianutnya. Bagaimana perintah dan sunnah Rasulullah SAW, bagi anak saya itu, suatu saat diharapkan menjadi napaknya.

Sedangkan kata "Najid" memiliki banyak arti, dan bagus, yakni pemberani, ketinggian akhlak, terdidik, intelek, penyuka keunggulan dan lainnya. Mengapa nama ini dipilih? Alasannya adalah karena beberapa hal berikut ini; 1) maknanya yang bagus, 2) berawalan "Nun" untuk menyamakan dengan kakaknya, juga menggunakan awalan "Nun" dan dalam bahasa Arab merupakan Isim Fa'il, 3) jarang digunakan di Indonesia, beda dengan Najib dan beberapa alasan lainnya, yang tentu diharapkan menjadi kebaikan baginya. Berikut maknanya jika dilihat dalam kamus Bahasa Arab:

ناجد : أصل الاسم، عربي، اسم عربي يطلق على الذكور، وهو من الفعل نجد أي إرتفع، ويدل على السمو ورفعة الشأن، كما يعني الغالب، الواضح، الشجاع، ويمكن أن يصبح اسم مؤنث "ناجدة". وصاحب اسم ناجد يتميز بشخصية مهذبة، مثقف وكثير الإطلاع والتعلم، يحب أن يكون متفوق ومميز في العمل، ويساند من يحتاج الدعم

Lalu makna kata "Al-Izzi" selain maknanya yang baik, dan sebuah tafaul akan memperoleh "kemuliaan", juga menyamakan dengan kakaknya "'Azmi" yang diawali "Ain", namun ditambah "Al". Bisa juga "Najid Izza, atau Najid Izzi".

Demikian sekilas tentang pemilihan nama yang bagus bagi seorang anak yang baru lahir. Nama itu mengandung arti dan harapan yang kelak dicapai atau melekat pada seorang anak tersebut. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 02 April 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Halimi Zuhdy

Editor: Hakim