Makna Ungkapan Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu

 
Makna Ungkapan Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Ungkapan "surga di bawah telapak kaki ibu" merangkum secara indah makna pentingnya kasih sayang dan pengabdian seorang ibu dalam kehidupan kita. Ungkapan ini bukanlah sekadar frasa yang manis, melainkan sebuah representasi mendalam tentang pengorbanan dan kebaikan yang diberikan oleh seorang ibu kepada anak-anaknya.

Pertama, makna ungkapan ini menyoroti bagaimana seorang ibu menjadi sumber kebahagiaan dan ketenangan bagi keluarganya. Ibu adalah sosok yang selalu siap membantu dan memberikan dukungan tanpa pamrih. Di bawah telapak kakinya, anak-anaknya merasa aman dan nyaman, seolah berada di surga yang penuh dengan cinta dan kasih sayang.

Kedua, ungkapan ini mencerminkan betapa besar pengaruh seorang ibu dalam membentuk karakter dan kepribadian anak-anaknya. Di bawah bimbingan dan kasih sayang seorang ibu, anak-anak dapat tumbuh menjadi individu yang berbudi luhur, berempati, dan bertanggung jawab. Ibu tidak hanya memberikan perlindungan fisik, tetapi juga membentuk kekuatan batin yang memungkinkan anak-anak untuk menghadapi tantangan hidup dengan tegar.

Ketiga, ungkapan ini juga mengingatkan kita akan pentingnya menghargai peran seorang ibu dalam kehidupan kita. Terkadang, dalam kesibukan dan rutinitas sehari-hari, kita mungkin lupa akan segala pengorbanan dan pengabdian yang telah diberikan oleh seorang ibu. Ungkapan ini menjadi pengingat bagi kita untuk selalu bersyukur atas kasih sayang dan perhatian yang tak kenal lelah yang telah diberikan oleh ibu kepada kita.

Terakhir, ungkapan "surga di bawah telapak kaki ibu" mengajarkan kita untuk memperlakukan ibu dengan penuh penghargaan dan kebaikan. Melalui tindakan-tindakan kecil seperti mengucapkan terima kasih, mendengarkan cerita-cerita ibu, atau sekadar memberikan pelukan hangat, kita dapat menghormati dan membalas segala kebaikan yang telah diberikan oleh seorang ibu. Dengan demikian, kita dapat merasakan keberadaan surga yang nyata di bawah telapak kaki ibu, tempat di mana cinta dan kasih sayang selalu mengalir tanpa henti.

Di dalam Islam, surga di bawah telapak kaki ibu merupakan perumpamaan bahwasannya seorang ibu wajib dihormati 3x lebih baik ketimbang bapak/ayah. Surga di telapak kaki ibu, itu perumpamaan untuk kita sebagai anak jangan pernah melawan, membantah, membentak, menyakiti hatinya. Kenapa surga tidak di telapak kaki bapak. Karena ibu lebih besar jasa dan kasih sayangnya.

Maksud “Surga itu di bawah telapak kaki ibu” adalah kata kiasan betapa kita wajib mentaati dan berbakti pada ibu, mendahulukan kepentingan beliau mengalahkan kepentingan pribadi hingga diibaratkan letak diri kita bagaikan debu yang ada dibawah telapak kakinya bila kita ingin meraih surga.

الْجَنَّة تَحْت أَقْدَام الْأُمَّهَات قَالَ رَوَاهُ أَحْمَد وَالنَّسَائِيّ وَابْن مَاجَهْ وَالْحَاكِم

“Surga itu dibawah telapak kaki ibu”. (HR. Ahmad, An-Nasaai, Ibn Majah, dan Al-Hakim).

(الجنة تحت أقدام الأمهات) يعني لزوم طاعتهن سبب قريب لدخول الجنة

“Surga itu dibawah telapak kaki ibu”. Artinya selalu mentaatinya menjadikan sebab akan dekatnya seseorang memasuki surga. [ At-Taysir bi Syarh Al-Jami’ As-Shaghiir I/996 ].

«الجنة تحت أقدام الأمهات» ويعني: أن من بر أمه وقام بحقها دخل الجنة

“Surga itu dibawah telapak kaki ibu”. Artinya barangsiapa yang berbkti dan memenuhi hak-hak ibunya miscaya masuk surga. [Dalil Al-Falichin I/245].

3642

(الجنة تحت أقدام الأمهات) يعني التواضع لهن وترضيهن سبب لدخول الجنة ....وقال العامري المراد أنه يكون في برها وخدمتها كالتراب تحت قدميها مقدما لها على هواه مؤثرا برها على بر كل عباد الله لتحملها شدائد حمله ورضاعه وتربيته وقال بعض الصوفية : هذا الحديث له ظاهر وباطن وحق وحقيقة لأن المصطفى صلى الله عليه وسلم أوتي جوامعالكلم فقوله الجنة إلخ ظاهره أن الأمهات يلتمس رضاهن المبلغ إلى الجنة بالتواضع لهن وإلقاء النفس تحت أقدامهن والتذلل لهن والحقيقة فيه أن أمهات المؤمنين هن معه عليه السلام أزواجه في أعلى درجة في الجنة والخلق كلهم تحت تلك الدرجة فانتهاء زوس الخلق في رفعة درجاتهم في الجنة وآخر مقام لهم في الرفعة أول مقام أقدام أمهات المؤمنين فحيث انتهى الخلق فهن ثم ابتداء درجاتهن فالجنة كلها تحت أقدامهن وهذا قاله لمن أراد الغزو معه وله أم تمنعه

“Surga itu dibawah telapak kaki ibu”. Artinya patuh dan ridhanya menjadi sebab masuknya seseorang ke dalam surga. Al-Amiri berkata “maksudnya ukuran dalam berbakti dan khidmah pada para ibu bagaikan debu yang berada di bawah telapak kaki mereka, mendahulukan kepentingan mereka atas kepentingan sendiri dan memilih berbakti pada mereka ketimbang berbakti pada setiap hamba-hamba Allah lainnya karena merekalah yang rela menanggung beban penderitaan kala mengandung, menyusui serta mendidik anak-anak mereka”.

Sebagian Ulama Tasawuf menyatakan "Hadits ini memiliki arti secara dhahir, batin, hak dan hakikat karena baginda nabi Muhammad SAW mampu menguasai segala kesempurnaan bahasa. Maka arti “Surga itu dibawah telapak kaki ibu” arti dhahirnya adalah para ibu keridhaannya yang mampu menghantarkan ke dalam surga harus diraih dengan berprilaku rendah diri, patuh bagaikan meletakkan diri kita dibawah telapak kakinya.

Arti hakikatnya bahwa para ibu-ibu orang mukmin kelak di surga berada di tempat tertinggi bersama dengan Nabi Muhammad SAW dan setiap makhluk berada di bawah derajat tersebut, Maka puncak derajat para makhluk di surga berada kedudukannya berada di bawah telapak kaki para ibu, dengan demikian semua derajat yang terdapat di dalam surga yang kelak dihuni orang-orang mukmin kesemuanya berada di bawah telapak kaki para ibu sebab keluhuran derajat mereka di alam surga. [ Faidh Al-Qadiir III/477 ].

الجنة تحت أقدام الأمهات قال الطيبي قوله عند رجلها كناية عن غايةالخضوع ونهاية التذلل كما في قوله تعالى واخفض لهما جناح الذل من الرحمة الإسراء

“Surga itu dibawah telapak kaki ibu”. At-Thiby berkata, “Ungkapan nabi ‘di bawah telapak kakinya’ adalah kata kiasan dari bersikap patuh dan taat padanya secara totalitas sebagaimana keterangan dalam firman Allah SWT: Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (QS. 17: 24). [Marqah Al-Mafaatiih Syarh Al-Misykaah XIV/224 ].

أن اشكر لي ولوالديك إلي المصير (3) . فالشكر لله على نعمة الإيمان ، وللوالدين على نعمة التربية . وقال سفيان بن عيينة : من صلى الصلوات الخمس فقد شكر الله تعالى ، ومن دعا لوالديه في أدبار الصلوات فقد شكرهما .وفي صحيح البخاري عن عبد الله بن مسعود قال : سألت النبي صلى الله عليه وسلم : أي الأعمال أحب إلى الله عز وجل ؟ قال : الصلاة على وقتها قال : ثم أي ؟ قال : بر الوالدين قال : ثم أي ؟ قال : الجهاد في سبيل الله (1) . فأخبر صلى الله عليه وسلم أن بر الوالدين أفضل الأعمال بعد الصلاة التي هي أعظم دعائم الإسلام. (2)

(3) سورة لقمان / 14.

(1) حديث ابن مسعود: " أي الأعمال أحب إلى الله . . . " أخرجه البخاري (الفتح 10 / 400 ـ ط السلفية) ومسلم (1 / 90 ـ ط الحلبي)

(2) الجامع لأحكام القرآن للقرطبي 10 / 237ـ 238.

“Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun (Wasiat Kami,) “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.” Hanya kepada-Ku (kamu) kembali.” (QS. Luqman:14). Dalam ayat di atas syukur pada Allah artinya mensyukuri atas kenikmatan iman, sedang syukur pada kedua orang tua artinya mensyukuri atas jerih payahnya merawat, mendidik dan mengasuh kita semenjak kecil. Tsufyan bin ‘Uyainah berkata, “Barangsiapa telah menjalani shalat lima waktu maka ia telah bersyukur kepada Allah, dan barangsiapa mendoakan kedua orang tuanya seusai shalat maka ia telah bersyukur pada keduanya”.

Dalam Shahih Al-Bukhari diriwayatkan dari Ibn Mas’ud, ia berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah, ‘Apakah amal yang paling dicintai oleh Allah?", Beliau bersabda, "Sholat pada waktunya", Saya bertanya, "Kemudian apa lagi?", Beliau bersabda, "Berbakti kepada kedua orang tua", Saya bertanya lagi, "Kemudian apa lagi?", Beliau bersabda, "Berjihad (berjuang) di jalan Allah". Kemudian Rasulullah mengabarkan bahwa berbakti kepada orang tua adalah amalan yang paling disukai oleh Allah setelah shalat yang merupakan paling agungnya tiang-tiang agama Islam. “ (HR. Bukhari dan Muslim). [Al-Mausuah Al-Fiqhiyyah VIII/65]. Berbaktilah padanya, bila ia telah meninggal minimal doakan keduanya selepas shalat. Wallaahu A'lamu Bis Showaab. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 7 April 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.
__________________
Editor: Kholaf Al Muntadar