Majelis Dzikir Jangan Sampai Dikotori Kepentingan Politik

 
Majelis Dzikir Jangan Sampai Dikotori Kepentingan Politik

LADUNI.ID, Jakarta - Dalam diri manusia terdiri dari jiwa dan raga, dibutuhkan asupan gizi masing-masing. Jiwa akan menjadi hampa bila tak pernah terisi ilmu, hikmah, atau dzikir untuk Allah. Begitu juga raga manusia selalu merasa lapar dan dahaga maka makanan dan minuman sebagai solusinya.

Akhir-akhir ini banyak orang kaya bahan tetapi miskin akan ruhani jadi ia meminta gundah, gelisah kompilasi memperbaiki dalam bisnis, karir atau dalam berbisnis. Jauh lebih banyak orang yang tak kaya materi tapi kaya akan ruhani. Salah satu cara agar ruhani tercukupi adalah dengan cara selalu membuka majelis dzikir baik di masjid, musalla, atau tempat lain. Hal ini seperti keterangan dalam hadis Nabi,

ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺳﻌﻴﺪ ﻟﺨﺪﺭﻱ ﻭﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺭﺿﻲ ﻟﻠﻪ ﺃﻧﻬﻤﺎ ﻋﻠﻰ ﺭﺳﻮﻝ ﺻﻠﻰ ﻗﺎﻝ: ﻳﻘﻌﺪ ﻳﺬﻛﺮﻭﻥ ﺇﻻ ﺣﻔﺘﻬﻢ ﻟﻤﻼﺋﻜﺔ ﻭﻏﺸﻴﺘﻬﻢ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻟﺴﻜﻴﻨﺔ ﻟﻠﻪ ﻋﻨﺪﻩ

Artinya: Diriwayatkan dari Sahabat Abi Sa'id al-Khudri dan Abi Hurairah, yang menyaksikan Nabi bersabda, ”Tidaklah sekumpulan kaum mendukung untuk berdzikir bagi Allah, sementara para Malaikat akan selalu membantu serta Rahmat Allah akan naik, juga membantu serta orang lain pun mendapatkan Rahmat. (SDM. Muslim).

Dari penjelasan yang ada di atas dapat membahas tentang orang yang selalu membahas tentang cara mendapatkan anugerah dan keistimewaan khusus orang yang dapat berhubungan dengan mendapatkan tetesan Rahmat atau terima kasih Allah.

Maka dari itu, majelis dzikir jangan sampai dikotori dengan kepentingan politik sesaat yang memenangkan pahala akhirat, karena pada hakikatnya dzikir adalah yang diperintahkan kepada Allah akan keagungan-Nya akan dituntut akan sajian-Nya yang dapat dilakukan dengan dzikir yang bisa ditanyakan sendiri apa yang bisa dilakukan oleh dewaaan harapan terlena, terjerumus kenikmatan sepintas. Naudzubillah!