Malaysia Negosiasi Ulang Proyek Kereta Cepat China

 
Malaysia Negosiasi Ulang Proyek Kereta Cepat China

LADUNI.ID, Malaysia - Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad akhirnya menyetujui proyek kereta cepat yang memiliki nama resmi Jalur Kereta Pesisir Timur (ECRL). Sebelumnya pada bulan Januari yang lalu, Mahathir pernah menyatakan proyek kereta cepat hanya akan membuat negaranya bertambah miskin. lantas, apa sebenarnya alasan Mahathir menyetujui proyek kereta cepat yang dibiayai oleh pinjaman dari China tersebut?

Dalam konferensi pers seperti dilansir The Star Senin (15/4/2019), Mahathir menyatakan terdapat penurunan biaya hingga 32,8 persen terkait proyek yang dibiayai China itu.

"Setelah melalui negosiasi yang panjang dan alot, baik pemerintah Malaysia dan China mendapatkan kata sepakat tentang kontrak ECRL ini," jelas Mahathir.

Dia menjelaskan harga semula proyek yang mencapai 66 miliar ringgit, sekitar Rp 225,6 triliun, kini turun menjadi 44 miliar ringgit, atau Rp 150,4 triliun.Dengan demikian, biaya produksi kereta cepat itu turun dari 98 juta ringgit per km, sekitar Rp 335 miliar, turun cukup banyak hingga 68 juta ringgit, atau Rp 232,5 miliar, per km.

Menurut Mahathir, pemerintahannya memutuskan melakukan negosiasi ulang demi menghindari denda yang mencapai 21,78 miliar ringgit, atau sekitar Rp 74,4 triliun.Mahathir berkata fokus utama koalisi Pakatan Harapan adalah sorotan terhadap kecepatan dan jalur yang dibangun ketika kontrak itu disepakati pada 2016.

"Sangat tidak dibenarkan membebankan kontrak semahal ini tanpa menunjukkan hal teknis seperti spesifikasi, harga, hingga keuntungan ekonomi," ungkapnya.

Dengan kecepatan hingga 160 km per jam, calon penumpang kereta bisa bepergian dari Putrajaya di Kuala Lumpur hingga Kota Baru hanya dalam waktu empat jam.