Sebenarnya Kita Sangat Dekat dengan Rasulullah SAW

 
Sebenarnya Kita Sangat Dekat dengan Rasulullah SAW

LADUNI.ID, Jakarta - Sepertinya, kita dengan Rasulullah SAW berjarak sangat jauh. Lokasi makam jauh, abad 7 juga sudah jauh, kepribadian welas asih kita juga sangat jauh, apalagi tensi perjuangan untuk menjadi rahmat bagi lingkungan, kita masih sangat jauh.

Tapi kita dipastikan oleh Tuhan bahwa posisi kita sangat dekat dan berhadapan dengan Rasulullah. Karena itu saat shalat kita disuruh berbisik menghaturkan salam, langsung kepada beliau.

"Assalaamualaika ayyuhan Nabiyyu wa Rahmatullahi wa Barokatuh..."

Kalau tidak dekat sekali, mana mungkin harus berbisik. Dan kalau tidak sedang berhadapan, mana mungkin kepada beliau kita gunakan kata ganti "ka" (engkau).

Kesadaran ini penting. Sebab kalau seseorang sedang sadar bahwa sedang dekat dan berhadap-hadapan dengan beliau, maka dia akan menyadari sedang mendapat support beliau, dia tidak sendirian. Kesadaran itu jangan sampai hilang. Untunglah salam tersebut diperintah untuk diulang-ulang, terutama dalam paket tahiyat awal dan akhir shalat.

Dan menariknya, salam itu dijawab langsung oleh beliau. Jadi kalau sehari semalam kita bisikkan 9x salam (9x tahiyat), itu berarti kita mendapatkan 9x jawaban salam, yakni 9x doa support dari beliau. Dan itu terjadi bukan hanya pada diri kita, tetapi pada semua orang yang shalat, didoakan agar dikaruniai kesalamatan dan kedamaian.

Jelas kita sangat intensif dalam hal salam ini. Karena itulah orang yang shalatnya beneran, pasti akan "tanha anil fakhsyai wal munkar", pasti akan tergerak untuk mencegah semua hal yang merusak keselamatan dan kedamaian ummat manusia. Dan jelas tidak masuk akal, bila seseorang itu sehari-harinya terbiasa shalat, tapi ternyata kebiasaannya menebarkan ancaman dan menghasutkan kebencian antar sesama manusia.

Jadi bagi yang sudah intensif berkomunikasi hal salam dengan Rasulullah SAW, pasti akan mudah menugasi dirinya untuk menebarkan salam dan damai itu kepada lingkungannya, kawannya, dan terutama keluarganya.


Artikel ini ditulis oleh Dr. Agus Zainal Arifin