Menanti Tokoh Agamawan Penyejuk

 
Menanti Tokoh Agamawan Penyejuk

LADUNI.ID, KOLOM-Peran tokoh agama, seperti ulama, pendeta, pastor, biksu maupun pemuka agama lainnya begitu berarti. Apalagi saat ini kita baru selesai melaksanakan pesta demokrasi pada 17 April lalu dan sekarang kita menyambut Ramadan.

 Suasana panas dalam tahun politik masih terasa. Klaim-klaim kemenangan dilakukan dan agenda politik yang melibatkan ulama pun kita lihat. Jadi, untuk meredam panasnya tensi politik pasca-pemilu, maka tokoh agama dihimbau mengambil peran penting.

Jangan sampai kita terus ribut di bulan suci ini. Hal itu akan menciderai arti mendalam dari bulan Ramadan. Setiap pihak dihimbau untuk menjaga diri dan berpuasa dari segala kebencian, kemarahan dan keangkuhan. 

Maka, tokoh agama diminta sebagai penyejuk. Tokoh agama sangat dekat dengan umatnya dan dapat untuk mengajarkan sebuah kebaikan dan kesejukan dalam hidup berbangsa dan bernegara. 

Untuk mendinginkan suasana pasca-pemilu ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengambil peran melalui Rapat Pleno Komisi Fatwa MUI yang menyerukan untuk menghormati lembaga negara yang diberikan tugas dan kewenangan oleh konstitusi, memercayakan kepada lembaga yang memiliki kewenangan dan kompetensi untuk menjalankan tugas secara baik terkait dengan proses pemilu hingga tuntas.

Seruan Komisi Fatwa MUI sangat relevan dan ampuh untuk menangkis tudingan sepihak bahwa telah terjadi berbagai kecurangan dan kejahatan yang bersifat terstruktur, sistematis dan masif dalam proses penyelenggaraan pemilu 2019 (mediaindonesia.com, 6/5/2019).

Menahan Amarah

Menahan amarah adalah bagian penting agar kita tidak gaduh. Pasca-pemilu ini amarah itu bisa saja muncul akibat ketidakpatuhan pada konstitusi yang ada. 

Maksudnya adalah dengan dugaan kecurangan pemilu yang banyak berhembus saat ini, dapat memicu terjadi konflik antar pendukung.

Apalagi ditambah penanganan yang lambat makin memicu amarah yang memuncak. Maka, tokoh agama menjadi realistis meredam amarah itu di bulan suci Ramadan ini.

Tokoh agama bisa mengajarkan bahwa agama itu mengajarkan perdamaian dan kasih kepada sesamanya. Agama tidak suka namanya kericuhan, tetapi damai dan persatuan.

***Juandi Manullang, Alumnus FH Unika ST Thomas Sumut,analisa