Mempertahankan Totalitas Ibadah Ramadhan

 
Mempertahankan Totalitas Ibadah Ramadhan

LADUNI. ID, AGAMA-Ramadan adalah bulan penuh berkah. Di bulan Ramadan pula segala perbuatan yang mengandung pahala kebaikan dilipatgandakan. Ibadah puasa yang dilaksanakan pada bulan tersebut sangatlah tinggi nilai pahalanya.

Lebih lanjut, di bulan ini juga terdapat lailatul qadar yakni malam yang diyakini jika kita berbuat kebajikan nilainya lebih baik dari kebajikan yang kita lakukan di hari-hari biasa.

Belum lagi dengan ibadah tambahan seperti tadarusan, salat tarawih, salat malam, bersedekah dan berzakat, yang tentu memberi efek baik kepada jasmani dan ruhani seorang hamba.

Hal ini senada dengan kalimat lagu lawas yang sering kita dengar, dimana Ramadan merupakan bulan yang suci, rahmat yang berlimpah turun dari Ilahi, maka perbanyaklah amal di bulan ini, karena de­ngan demikian wajah seorang muslim selalu nampak berseri.

 

Keberkahan bulan Ramadan dapat dirasakan oleh setiap hamba-Nya, seiring dengan banyaknya aktifitas ibadah. Bayangkan, seorang yang dalam keadaan berpuasa, dimana ia menahan lapar dan haus serta hawa nafsu, pada saat yang sama ia melaksanakan ibadah lainnya seperti tarawih dan tadarus.

Tentu banyak orang mengatakan secara logis hal tersebut merupakan kegiatan yang tidak masuk akal dan mempersulit diri. Membayangkan puasa saja dengan menahan lapar dan haus selama ± 13 jam rasanya sudah kewalahan, apalagi harus menam­bah aktifitas lain, tentu sangat tidak masuk akal.

Siapa sangka hanya dengan keyakinan “iman” semua alasan tersebut ditepis. Nyatanya, umat muslim di seluruh dunia malah semakin banyak beribadah di bulan Ramadan ini. Maka dalam hal ini, iman berperan signifikan kepada aktifitas ibadah.

 

Namun yang menjadi masalah, apakah hanya pada saat bulan Ramadan saja, ibadah kita perba­nyak? Bagaimana dengan bulan lainnya?

 

Ramadan harus menjadi tolak ukur dalam rutinitas ibadah seorang hamba setelah ia berlalu. Banyak yang tidak sadar bahwa aktifitas ibadah pasca Ramadan akan menurun drastis.

Puasa sebagai ibadah utama di bulan Ramadan tampaknya tidak memberi banyak efek, meskipun dilaksanakan sebulan penuh bersamaan dengan tarawih dan tadarusan ataupun ibadah lainnya.

Justru yang terjadi dengan ketiadaan ibadah berpuasa, tarawih dan tadarusan di bulan lainnya menyebabkan turunnya intensitas ibadah seseorang.

Hal ini bisa dilihat dengan mulai berkurangnya jumlah jemaah di mesjid, hilangnya suara mengaji dari tadarusan, hingga yang ramai bukan tempat ibadah, melainkan jalanan, taman, food court serta pusat perbelanjaan.

Kalau sudah demikian maka tidak hanya aktivi­tas ibadah saja yang menurun drastis, namun kedudukan dan keutuhan iman seorang hamba juga dipertanyakan.

***Drs. Ahmad Zuhri, MA, dosen Fakultas Syariah dan Hukum UINSU