Seputar Peristiwa Perang Badar

 
Seputar Peristiwa Perang Badar
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Dalam rekam sejarah, pada bulan suci Ramadhan umat muslim akan selalu mengingat peristiwa besar yang pernah terjadi, yaitu perang besar antara kaum Muslimin dan kaum Musyrikin. Perang ini kemudian dikenal dengan nama Perang Badar.

Perang Badar terjadi pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke-2 Hijriyah atau bertepatan dengan tanggal 13 Maret 624 Masehi. Perang Badar juga terjadi pada tahun pertama umat Islam diwajibkan puasa pada bulan Ramadhan.

Namun ada perbedaan pendapat antara para ulama terkait tanggal terjadinya Perang Badar. Di dalam Kitab Tarikh At-Thabari: Tarikh Al-Umam wa Al-Muluk dijelaskan bahwa ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa Perang Badar terjadi pada tanggal 19 Ramadhan, sebagaimana kutipan dalam riwayat berikut:

عن عبد الله قال كانت بدر صبيحة تسع عشرة من رمضان 

“Dari Abdullah, berkata bahwa Perang Badar terjadi di hari ke sembilan belas bulan Ramadhan.”

Sedangkan Imam Abu Umar Yusuf Al-Qurthubi dalam Al-Isti’ab fi Ma’rifatil Ashhab mengatakan bahwa Perang Badar terjadi pada hari Jumat pagi tanggal 17 Ramadhan.

وكانت بدر في السنة الثانية من الهجرة لسبع عشرة من رمضان صبيحة يوم الجمعة

“Perang Badar terjadi pada tahun ke-2 Hijriyah tanggal 17 Ramadhan di hari Jumat pagi.”

Perang Badar sebenarnya merupakan penyergapan pada kafilah pimpinan Abu Sufyan yang pulang dari ekspedisi dagang dari Suriah. Penyergapan tersebut penting karena menjadi simbol politik dari pengaruh Islam di tanah Arab.

Dalam Buku Muhammad: Prophet for Our Time, Karen Amstrong menulis bahwa Abu Sufyan kemudian mendengar kabar, kaum Muslimin bermaksud menyerang kafilahnya. Karena itu, Abu Sufyan mengambil rute berbeda, bertolak menjauhi jalur pantai Laut Merah dan mengirim utusan untuk berangkat duluan ke Makkah demi meminta bantuan.

Mendengar bahwa umat Islam akan menyerang kafilah Abu Sufyan, kaum Musyrik Quraisy Makkah menjadi berang. Rencana penyergapan oleh pasukan Muslim Madinah itu dinilai menodai kehormatan kaum Quraisy. Maka itu, kabilah-kabilah di Makkah segera memasok bala tentara dengan jumlah total 1000 orang guna menghadapi pasukan Islam yang jumlahnya jauh lebih sedikit. Di antara pasukan Musyrik Quraisy itu, bahkan terdapat kerabat Rasulullah SAW dari kabilah bani Hasyim, seperti paman nabi, Abbas bin Abdul Muthallib, Hakim (sepupu Khadijah), dan sebagainya.

Pertempuran besar dalam perang Badar sebenarnya di luar perkiraan umat Islam. Sejak awal, Nabi Muhammad SAW merencanakan pengerahan pasukan Muslim buat penyergapan biasa, bukan demi perang besar. Karena itulah, pasukan Islam saat itu tidak banyak, hanya 313 orang.

Tariq Ramadan, dalam buku Footsteps of the Prophet: Lessons from the Life of Muhammad menuliskan bahwa ketika kedua pasukan berkemah di Badar, tampak sekali perbedaan kekuatan antara tentara Musyrik Quraisy dan pasukan Muslim.

Dengan strategi yang rapi dan penuh perhitungan, setelah tengah hari, 50 pemimpin suku Quraisy tewas, termasuk Abu Jahal. Sementara sisanya banyak yang kabur. Di sisi lain, korban dari kubu pasukan Muslim hanya 14 orang.

Di akhir perang Badar, selain berhasil memukul mundur 1000 tentara Musyrik Quraisy, pasukan Muslim pun mengambil rampasan 600 pesenjataan lengkap, 700 unta, 300 kuda, serta peniagaan kafilah Abu Sufyan.

Ada fakta lain yang harus kita ketahui, bahwa selama Perang Badar berlangsung, Rasulullah SAW dan Para Sahabat tidak menjalankan ibadah puasa ketika berperang. Keterangan ini disampaikan oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam Kitab Zadul Ma’ad sebagaimana mengutip Hadis yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi berikut:

عَنْ ابْنِ الْمُسَيِّبِ أَنَّهُ سَأَلَهُ عَنْ الصَّوْمِ فِي السَّفَرِ فَحَدَّثَ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ قَالَ غَزَوْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ غَزْوَتَيْنِ يَوْمَ بَدْرٍ وَالْفَتْحِ فَأَفْطَرْنَا فِيهِمَا

“Dari (Sa’id) bin Musayyab, sesungguhnya ia ditanya soal puasa di waktu perjalanan, lalu ia menceritakan (sebuah riwayat) bahwa Umar bin Khattab berkata: “Kami berperang bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallah di bulan Ramadhan sebanyak dua kali, yakni perang Badar dan pembebasan Makkah, dan kami berbuka (tidak berpuasa) di kedua peperangan tersebut.”

Sementara dalam keterangan lain, dikatakan hanya sebagian sahabat yang tidak puasa ketika berperang, sebagaimana dalam riwayat Imam Muslim berikut:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ غَزَوْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِسِتَّ عَشْرَةَ مَضَتْ مِنْ رَمَضَانَ فَمِنَّا مَنْ صَامَ وَمِنَّا مَنْ أَفْطَرَ فَلَمْ يَعِبْ الصَّائِمُ عَلَى الْمُفْطِرِ وَلَا الْمُفْطِرُ عَلَى الصَّائِمِ

“Dari Abu Sa’id al-Khudri RA, ia berkata: “Kami berperang bersama Rasulullah SAW pada tanggal enam belas Ramadhan. Di antara kami ada yang berpuasa, ada pula yang berbuka. Orang yang berpuasa tidak mencela orang yang berbuka, dan orang yang berbuka tidak mencela orang yang berpuasa.” (Imam Ibnu Mulaqqin, Al-Badr Al-Munir fi Takhrij Al-Ahadits wa Al-Atsar Al-Waqi’ah fi As-Syarh Al-Kabir, juz 5, hlm. 716)

Perang Badar merupakan peristiwa besar yang tercatat dalam sejarah Islam. Peristiwa ini menunjukkan loyalitas dan keimanan kuat para pejuang Perang Badar, yang berjuang sampai titik penghabisan dalam membela Rasulullah SAW. Dan ternyata kemenangan itu memang bukan karena jumlah pasukan atau kekuatan materi, melainkan atas izin dari Allah SWT.

كَمْ مِّنْ فِئَةٍ قَلِيْلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيْرَةً ۢبِاِذْنِ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ

“Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah.” Allah bersama orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 249). []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 18 April 2022. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Editor: Hakim