Pendidikan untuk Mendidik Generasi Zaman Now

 
Pendidikan untuk Mendidik Generasi Zaman Now

LADUNI. ID, KOLOM-Ketika membaca judul di atas, pembaca mungkin akan me­ngernyitkan dahinya. Bukankah yang namanya pendidikan tentunya bertujuan untuk mendidik para pesertanya?

Tujuan dari sebuah pendidikan pada hakekatnya memang untuk men­didik para pesertanya hingga menjadi insan yang bukan hanya berpengetahuan, tetapi juga berakhlak yang mulia.

Hal inilah yang saat ini dikenal dengan pendi­dikan karakter. Namun jika kita berani jujur dan objektif dalam menilai, apakah anak-anak generasi saat ini memiliki karakter yang lebih baik atau mini­mal menyamai generasi terdahulu?

Beberapa kasus murid me­la­wan guru bahkan sempat menantang berkelahi yang sempat viral di dunia maya, anak di bawah umur yang menjadi pelaku kriminal, dan pernikahan anak yang semakin ma­rak sepertinya dapat menjadi bahan renungan bagi kita untuk menilai betapa kacaunya karakter yang ada pada anak-anak zaman sekarang.

Menilik kasus-kasus di atas, pihak yang pertama kali disa­lahkan biasa­nya adalah pihak sekolah. Karena sekolah meru­pakan lem­baga pendi­dikan, maka sudah sewa­jarnya pihak sekolah ber­tanggung jawab terhadap karakter peserta didiknya.

Jika sam­pai murid mela­wan guru, mung­kin saja guru­nya yang memancing emosi sang murid dan jika guru terpro­vokasi dengan tindakan murid yang diang­gap ke­ter­laluan hingga membe­rikan huku­man fisik, sang guru teran­cam pida­na peng­aniayaan karena diang­gap melakukan perun­dungan terhadap anak.

Demikian juga ketika pelaku kejahatan adalah anak di bawah umur, sekolah dituding kurang me­nanamkan pendidik­an karakter sehingga pemerintah pontang-pan­ting menyisipkan nilai-nilai karak­ter dalam kurikulum yang ada.

Su­paya karakter yang diim­pikan dapat tumbuh, kurikulum di­rancang un­tuk menghasilkan proses pembe­lajaran yang aktif dan karena setiap murid memiliki kemampuan yang berbeda maka hendaknya sis­wa di­be­rikan pengulangan (reme­dial) un­tuk pelajaran yang dianggap lemah.

Hal-hal tersebut sebenarnya me­mang benar dan logis, namun untuk melihat seberapa signifikan penga­ruhnya terhadap karakter siswa tentunya masih perlu diteliti lebih lanjut.

Tanpa menafikan peran sekolah dalam menanamkan dan me­ngem­bangkan karakter siswa, lembaga sosial yang seha­rusnya jauh lebih berperan dalam menanamkan ka­rak­ter siswa adalah keluarga.

Hal ini dikarenakan keluarga meru­pakan sosialisasi primer bagi si anak dan melalui keluargalah anak dapat belajar bagaimana menghar­gai dan menghormati orang-orang di sekitarnya. Orang tua yang ber­sifat arogan biasanya akan mencip­takan anak dengan karakter yang tak jauh berbeda.

Bukankah buah jatuh tidak jauh dari pohon­nya? Dengan demikian, dipaksa sampai bagaimanapun, sekolah akan sulit untuk merubah karakter anak yang telah terbawa dari keluarga.

Untuk merubah karakter anak ke arah yang lebih baik, sekolah juga membu­tuhkan kepercayaan penuh dari pihak keluarga. Tanpa kepercayaan penuh, usaha sekolah dalam mendi­dik tentunya bagaikan menggarami lautan, alias pekerjaan yang sia-sia.

***Wahyuddin SE, MM