Rasa Penasaran Aisyah Terjawab saat Rasulullah SAW Tidak Memberi Air Minumnya

 
Rasa Penasaran Aisyah Terjawab saat Rasulullah SAW Tidak Memberi Air Minumnya
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Sebagaimana diketahui, Rasulullah SAW adalah seorang suami yang sangat meninggikan kedudukan dan  menghormati para istrinya. Namun, ketika berselisih, beliau tidak pernah melibatkan emosi. Terlebih ketika sedang marah kepada Aisyah, beliau justru berkata, “Tutuplah matamu!” Kemudian Aisyah menutup matanya dengan perasaan cemas, khawatir akan dimarahi Rasulullah SAW.

Lalu Rasulullah SAW berkata, “Mendekatlah!” Tatkala  Aisyah mendekat, beliau  kemudian memeluk Aisyah sambil berkata, “Humaira'ku, telah pergi marahku setelah memelukmu.”

Suatu hari Rasulullah SAW pulang dari perjalanan jihad fi sabilillah diiringi para sahabat. Sementara itu di pintu gerbang kota Madinah, Aisyah menunggu dengan rasa rindu. Akhirnya Rasulullah SAW tiba di kota Madinah dan Aisyah r.ha bahagia menyambut suami tercinta. Setibanya di rumah, Rasulullah SAW beristirahat melepas lelah. Kemudian Aisyah pun beranjak ke dapur, membuat minuman untuk Rasulullah SAW.

Minuman yang telah dibuat disuguhkan kepada Rasulullah SAW. Beliau pun meminumnya perlahan hingga hampir menghabiskan minuman tersebut. Tiba-tiba Aisyah berkata, "Ya Rasulallah biasanya engkau memberikan sebagian minuman kepadaku tapi kenapa pada hari ini tidak kau berikan gelas itu?"

Rasulullah SAW diam dan hendak melanjutkan meminum habis air di gelas itu. Dan Aisyah bertanya lagi, "Ya Rasulallah biasanya engkau memberikan sebagian minuman kepadaku tapi kenapa pada hari ini tidak kau berikan gelas itu ?"

Akhirnya Rasulullah SAW memberikan sebagian air yang tersisa digelas itu. Aisyah meminumnya dan ia langsung kaget terus memuntahkan air itu. Ternyata minuman tersebut terasa asin bukan manis. Mungkin saking tergesa-gesanya Aisyah baru tersadar bahwa minuman yang ia buat salah memasukkan campuran, yang seharusnya manis akan tetapi yang dimasukkan adalah garam. Mengetahui hal itu, Sayyidah Aisyah kemudian langsung meminta maaf kepada Rasulullah SAW. Semuanya baik-baik saja. Tidak ada rasa marah ataupun tersinggung. 

Begitulah keseharian kehidupan rumah tangga Rasulullah SAW tidak pernah ada kalimat kasar dan menyakitkan yang keluar.

Kisah di atas sesuai yang diterangkan oleh Rasulullah SAW dalam salah satu Hadisnya,

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا

"Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Lelaki yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya." (HR. Trmidzi)

Dalam Hadis lain yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW juga bersabda,

مَن كانَ يُؤْمِنُ باللَّهِ واليَومِ الآخِرِ فلا يُؤْذِي جارَهُ، واسْتَوْصُوا بالنِّساءِ خَيْرًا؛ فإنَّهُنَّ خُلِقْنَ مِن ضِلَعٍ، وإنَّ أعْوَجَ شَيءٍ في الضِّلَعِ أعْلاهُ، فإنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ، وإنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أعْوَجَ، فاسْتَوْصُوا بالنِّساءِ خَيْرًا

"Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka janganlah menyakiti tetangganya. Saling berpesanlah kalian untuk memperlakukan wanita dengan baik, karena sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk. Dan sesungguhnya yang paling bengkok dari tulang rusuk itu adalah bagian atasnya. Jika engkau bersikeras untuk meluruskannya, niscaya engkau akan mematahkannya. Dan jika engkau biarkan, ia akan tetap bengkok. Karenanya saling berpesanlah (saling menasihati) berkenan dengan wanita tentang kebaikan." (HR. Bukhari)

Sebaik-baik makhluk adalah Rasulullah SAW dan sebaik-baik akhlak seseorang tidak lain adalah akhlak Rasulullah SAW jua. Kepada beliau semua umat Islam patut mencontoh keteladannya. Sebab, kehidupan yang harmonis hanya bisa dibangun dengan akhlak yang baik pula, sebagaimana yang diteladankan oleh Rasulullah SAW. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 12 Juni 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Editor: Hakim