Biografi KH. Abdul Mujib Abbas

 
Biografi KH. Abdul Mujib Abbas
Sumber Gambar: foto istimewa

Daftar Isi Biografi Biografi KH. Abdul Mujib Abbas

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat
2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Guru-guru
3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.    Karya-karya Beliau
5.    Referensi
6.    Chart Silsilah Sanad

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
KH. Abdul Mujib Abbas lahir pada hari Jumat tanggal 1 Syawal 1352  H atau bertepatan pada 10 Oktober 1932 M  di Buduran Sidoarjo. Beliau merupakan putra dari pasangan KH. Moh. Abbas bin Moh. Khozin bin Khoiruddin bin Ghozali bin R. Musthofa (Mbah Jarot), dengan Khodijah, putri dari KH. Mas Ali bin KH. Wahab Tawangsari Sepanjang Sidoarjo.

Jika dilihat lebih lanjut Nyai Khodijah adalah saudara sepupu dari KH. Wahab Chasbullah (salah  satu pendiri  NU), sebab ibundanya yang bernama Nyai  Lathifah  adalah  adik  dari KH. Mas Ali. KH. Abdul Mujib Abbas merupakan anak keenam dari delapan bersaudara, yakni:

  1. Nyai Aisyah
  2. Nyai  Nuroniyyah
  3. Nyai Fatimah
  4. KH. Abdul Wahid
  5. Nyai Hanifah
  6. KH. Abdul Mujib
  7. Nyai Nur Maslahah (meninggal umur 16 tahun)
  8. Nyai Nur Azizah  (meninggal umur 4 tahun).

1.2 Riwayat Keluarga
Setelah sekian lama melakukan pengembaraan dalam mencari ilmu dari berbagai pesantren, KH. Abdul Mujib menginjak pada fase selanjutnya dalam kehidupan, yakni fase pernikahan. Dengan kealiman, kepandaian serta kebaikan budi pekerti beliau, tidak heran bila banyak orang yang terpikat pada sosok KH. Abdul Mujib untuk dijadikan menantu. Salah satunya adalah lamaran dari saudagar kaya raya dari daerah Gondang Legi Malang.

Sekilas tawaran ini menggiurkan apalagi bagi sosok KH. Abdul Mujib yang sejatinya bukan turunan Kyai yang kaya raya sekalipun juga tidak terlalu miskin. Akan tetapi lamaran tersebut tidak diterima oleh KH. Moh. Abbas ayah beliau. Karena KH. Moh. Abbas tidak tergiur dengan tawaran untuk menikahkan putra beliau dengan putri saudagar kaya raya.  Pada akhirnya pilihan KH. Abdul Mujib jatuh hati pada sosok seorang putri dari Pasuruan yang bernama Nyai Mudawwamah yang dikenal sebagai Hafidhah (penghafal al quran). Dari pernikahan tersebut KH. Abdul Mujib dan Nyai Mudawwawamah dikaruniai dua belas putra-putri, di antaranya:

  1. Abdul Salam
  2. Abdul Mu’id
  3. Nur Khodijah
  4. Maimunah
  5. Abdul Mughni
  6. Nur Hinda
  7. Farihah
  8. Muhammad Ubaidillah
  9. Abdul Jalil
  10. Muhammad Ali
  11. Hj Naila
  12. Hj. Atiqoh

1.3 Wafat

Semua perjalanan hidup seseorang pasti akan mengalami sebuah fase yang disebut dengan kematian. Kenyataan ini sebenarnya telah ditegaskan dalam Al-Qur’an bahwa kehidupan dan kematian adalah keniscayaan bagi semua makhluk hidup. Hanya saja kematian seseorang terjadi karena beberapa sebab, salah satunya adalah karena sebuah penyakit.

Akan tetapi kesemuanya tidak bisa dilepaskan dari kehendak dan kepastian Allah. Sebelum meninggal, KH. Abdul Mujib telah mengidap penyakit diabetes meskipun tidak semua orang mengetahui kondisi beliau tersebut. KH. Abdul Mujib tidak pernah mengeluhkan penyakitnya tersebut baik dihadapan keluarga maupun santri beliau.

Beliau menjalani aktifitas yang begitu padat di pondok pesantren dengan tegar tanpa memperlihatkan rasa sakitnya. Seiring dengan perjalanan waktu penyakit diabetes semakin menggerogoti tubuh KH. Abdul Mujib hingga akhirnya beliau dirujuk ke rumah sakit dengan penanganan yang cukup serius di Rumah Sakit Graha Amerta Surabaya.

Semangat beliau dalam memperjuangkan dan mengabdikan diri bagi perkembangan Pondok Pesantren Al Khoziny. tidak pernah kendur, hal tersebut dilakukan sebagai tanggung jawab beliau melahirkan santri-santri yang kelak bermanfaat dikemudian hari. Totalitas inilah yang kemudian membekas bagi para santri di akhir-akhir kepemimpinan KH. Abdul Mujib di Pondok Pesantren Al Khoziny. Tepat pada hari selasa 5 Oktober 2010 bertepatan dengan 26 Syawal 1431 H, KH. Abdul Mujib pulang ke rahmatullah dalam usia 77 tahun di rumah sakit Graha Amerta Surabaya.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau

Di masa kecil KH. Abdul Mujib hidup seperti halnya anak-anak seusianya, yang memiliki waktu untuk bermain dan bersenda gurau. Ketulusan sang  ayah, KH. Moh. Abbas dalam mendidik, membimbing sekaligus doa yang dipanjatkan pada waktu malam hari secara istiqomah turut membentuk kepribadian KH. Abdul Mujib hingga dapat melanjutkan tradisi kepemimpinan di Pondok Pesantren Al Khoziny. KH. Moh. Abbas dikenal sebagai sosok pendidik yang demokratis, tidak mengembangkan pola-pola otoriter terhadap para anak beliau.

Pendidikan yang diterapkan kepada anak beliau lebih berorientasi pada sesuatu yang sangat mendasar terkait dengan prinsip-prinsip ajaran agama Islam. Oleh karenanya kesan bebas itu cukup  dirasakan, meskipun putra-putrinya juga dituntut harus taat pada prinsip-prinsip agama, misalnya dalam hal kewajiban shalat. KH. Abdul Mujib dibimbing secara intensif oleh kedua orang tuanya KH. Moh. Abbas dan Nyai Khodijah, baik pengajaran Al-Qur’an dan pembelajaran kitab kuning seperti Sullam at Taufiq, Safinatun Najah dan beberapa kitab salaf lainnya.

Usaha yang dilakukan oleh KH. Moh. Abbas dalam membimbing serta mendidik putranya terkait dengan pendidikan dasar dilakukan secara intensif  dan  istiqomah. Dari sini terlihat bahwa KH. Moh. Abbas cukup respek terhadap pendidikan dan bimbingan kepada anak-anaknya terlebih lagi dalam pendidikan yang berkaitan dengan penguatan karakter. Persoalan dasar-dasar ajaran Islam merupakan pokok dalam sebuah kehidupan. Dasar-dasar  ajaran Islam diibaratkan sebagai pondasi sebuah bangunan. Jika pondasi dasar itu kuat diyakini bangunan itupun akan kokoh walau dihantam badai.

Dengan adanya pembekalan dasar-dasar agama sejak dini sekaligus keteladanan perilaku dan kesalehan yang dicontohkan oleh KH. Moh. Abbas tersebut, maka mampu menghantarkan pembentukan karakter pada diri putra-putrinya khususnya pada diri KH. Abdul Mujib. Selain dalam hal pendidikan karakter dan membekali dengan pengetahuan keagamaan, KH. Moh. Abbas juga mendidik anak-anaknya untuk cinta terhadap negara. Hal tersebut terlihat ketika KH. Abdul Mujib masih berusia 13 tahun ikut bersama kakaknya KH. Abdul Wahid berperang melawan penjajah dengan bergabung barisan Hizbullah.

Pada usia tersebut, KH. Abdul Mujib belum ikut mengangkat senjata, akan tetapi beliau hanya menjadi pelayan para tentara Hizbullah, di mana ketika para tentara Hizbullah usai perang KH. Abdul Mujib membantu membersihkan peralatan senjata dan kendaraan perang. Hingga umur 17 tahun KH. Abdul Mujib digembleng sendiri oleh ayah beliau. Sebuah kerja serius yang dilakukan KH. Moh. Abbas dalam mendidik, mengawasi dan membimbing putranya tersebut sejak kecil hingga remaja diyakini turut mempengaruhi dalam proses pendidikan selanjutnya.

Untuk mewujudkan ghirah beliau kepada ilmu pengetahuan dan atas izin ayahandanya, KH. Abdul Mujib Abbas pada tahun 1950 memulai pengembaraannya mencari ilmu ke beberapa pesantren di Jawa Timur dan Jawa Tengah, di antaranya:

  1. Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang
  2. Pondok Pesantren Bata-bata Pamekasan
  3. Pondok Pesantren MUS Sarang Rembang

2.1 Guru-guru Beliau

  1. KH. Moh. Abbas (Ayah KH. Abdul Mujib Abbas)
  2. Nyai Khodijah (Ibunda KH. Abdul Mujib Abbas)
  3. KH. Dahlan Kholil Rejoso
  4. RKH.Abdul Majid Bata-bata Pamekasan
  5. KH. Ahmad Syua’ib MUS Sarang Rembang
  6. KH. Zubair Sarang Rembang

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah Beliau

Pesantren adalah medan jihad yang dipilih KH Abdul Mujib Abbas, bukan mengangkat senjata tapi dengan mencurahkan tenaga dan pikiran sebagai wujud pelestarian agama Allah dengan mendidik para santri dengan literatur salaf. Hingga lahirlah generasi-generasi Al Khoziny yang ikhlas, berakhlakul karimah disertai bekal ilmu agama secara utuh dalam mengawal Islam. Paling tidak, lulusan pesantren dapat memberikan kemanfaatan dan pengajaran yang benar tentang esensi Islam.

“Salah satu keberhasilan KH. Abdul Mujib Abbas memimpin Al-Khoziny adalah menjaga nilai tradisional. Kyai Mujib selalu merawat tradisi pesantren sejak awal hingga akhir kepemimpinannya. Kyai Mujib selalu terlibat langsung dalam pengajian kitab kuning dan selalu mendorong agar pengajian-pengajian serupa dilaksanakan dalam berbagai forum, baik kepada santri senior maupun kepada putra-putri beliau.

Sejenak kita terkesima dengan metode thariqah Al-Khoziny yang konon warisan dari sesepuh pesantren. Tentang riyadhoh santri yang kemudian menjadi simbol dan mengakar di Al-Khoziny untuk diorientasikan dalam seluruh keseharian mereka. Namun, dalam buku Biografi Kyai Abdul Mujib Abbas dikatakan bahwa, Lima Tarekat itu tidak bisa dilepaskan dari sosok KH. Abdul Mujib Abbas, karena dari sosok beliaulah lima tarikat ini bisa dilihat, ibarat KH Abdul Mujib Abbas adalah cermin dari lima tarekat ini, di samping beliau sering menyampaikan dalam berbagai forum atau kepada para santri dan alumni betapa pentingnya praktik langsung dari Lima Tarekat ini. yaitu :

Pertama: Belajar atau Mengajar
Dalam hal ini beliau sering berkomentar:

كن عالما او متعلما او مستمعا او محبا ولا تكن خامسا غادرا فتهلك

“Jadilah kamu seorang yang alim, orang yang belajar, orang yang mendengar, orang yang cinta kepada hal tersebut. Janganlah kamu menjadi orang yang ke lima, yang selalu melanggar, maka dengan itu kamu akan rusak.”

Kedua: Salat berjamaah
Kyai Mujib dikenal sangat istiqamah dalam berjamaah di langgar pesantren bersama santri. Bahkan waktu sakit pun beliau tidak meninggalkan shalat berjamaah. Di Al-Khoziny juga menjadi kewajiban bagi seluruh santri untuk ikut berjamaah. Saking pentingnya jamaah, menurut cerita yang berkembang di Al-Khoziny, pada masa Kyai Abbas para santri yang melanggar tidak berjamaah akan mendapatkan sangsi batin, yakni sulit menerima ilmu yang disampaikan oleh Kyai Abbas, walaupun santri yang melanggar itu mengikuti pengajian di dekat Kyai Abbas.
Ketiga: Membaca al-Qur’an.
Kyai Abdul Mujib selalu mengawal santrinya setiap salat subuh untuk mengaji al-Qur’an kepada beliau dengan pembekalan ilmu tajwid Ini menjadi magnet santri Al-Khoziny untuk mengisi hari-harinya dengan Al-Qur’an.
Keempat : Shalat Witir
Kelima : Istiqomah.
Amaliah sunah Nabi dan keistiqamahan Kyai Mujib sudah menjadi pemandangan keseharian di pesantren bahkan sakit tidak menghalangi ketekunan beliau dalam mengajar dan mengaji.

4. Karya-karya Beliau

Ketika masih belajar di pondok, KH. Abdul Mujib tidak hanya aktif dalam mengikuti dan mendengarkan pelajaran dari sang guru. Akan tetapi beliau juga mulai aktif menulis. Keinginan KH. Abdul Mujib untuk menulis itu muncul ketika beliau sedang belajar di Pondok Pesantren MUS Sarang.

Sebelum nyantri di Pondok Pesantren Sarang, beliau sudah menguasai beberapa kitab. Nyantri beliau di Pondok Pesantren MUS Sarang tersebut semata-mata memantapkan keilmuan beliu serta ngalap (mengharap) berkah kepada KH. Zubair Sarang Rembang. Di antara karya-karya KH. Abdul Mujib adalah sebagai berikut:

1. Sharah Qowaid Al-Fiqhiyah, adalah sebuah kitab yang berbentuk nadhoman (syair) yang berisi tentang kaidah-kaidah dasar ilmu fiqih. KH. Abdul Mujib mensharahkan (meringkas) kitab Qowaid Al-Fiqhiyah dengan bahasa yang lebih mudah dipahami.

Dalam kitab tersebut, KH. Abdul Mujib menjelaskan mengenai kaidah-kaidah fikih, seperti tentang niat dalam beribadah, keyakinan dan lain-lain. Kitab ini disusun sekitar tahun 1955 saat KH. Abdul Mujib sedang belajar di Pondok Pesantren MUS Sarang. Kitab ini ditulis dengan menggunakan bahasa Arab, yang terdiri dari 128 halaman yang mana di dalamnya terdapat 40 kaidah-kaidah fikih.

Pada kitab Sharah Qowaid Al-Fiqhiyah ini telah mengalami penyempurnaan yang dilakukan oleh KH Abdus Salam selaku putra pertama dari KH Abdul Mujib pada tahun 2010. Sampai saat ini kitab Sharah Qowaid Al Fiqhiyah masih ada dan menjadi bacaan wajib bagi santri di Pondok Pesantren Al Khoziny, khususnya bagi santri kelas tiga Madrasah Tsanawiyah.

2. Taqrir Al-Fiyah Ibn Malik Kitab Al Fiyah Ibnu Malik, adalah kitab karangan dari Shekh Muhammad bin Abdullah bin Malik Al-Andalusy yang bersisi tentang ilmu gramatikal arab atau yang sering disebut dengan ilmu Nahwu Shorof.

Di kalangan pondok pesantren di Indonesia, kitab ini merupakan kitab yang sudah tidak asing lagi bahkan hampir seluruh pesantren menyertakan kitab Al-Fiyah Ibn Malik sebagai salah satu bacaan wajib dan menjadi tolak ukur sejauh mana kepandaian seorang santri dalam ilmu gramatikal arab.

Kitab Al-Fiyah Ibn Malik adalah salah satu kitab favorit dari KH Abdul Mujib. Ketika beliau sedang belajar di Pondok Pesantren Bata-bata Pamekasan beliau sudah hafal nadhoman Al-Fiyah yang terdiri dari 1000 bait.

Karena hal tersebutlah KH. Abdul Mujib ketika nyantri di Pondok Pesantren MUS Sarang mulai menaqrirkan kitab tersebut ke dalam penjelasan yang lebih ringkas yakni dengan hanya memaparkan atau menjelaskan kalimat-kalimat yang dianggap perlu dipaparkan secara naratif. Pada taqriran kitab Al-Fiyah ibn Malik ini, KH. Abdul Mujib membaginya menjadi dua jilid.

3. Hizb Badr, Selain itu beliau juga menulis sebuah kitab yang berisi syair-syair arab, kitab tersebut bernama Hizb Badr. .Hizb Badr ini adalah kumpulan syair-syair Arab yang di dalamnya terkandung kalimat yang memuji dan mengesakan Allah. Kitab ini ditulis oleh KH. Abdul Mujib sebagai salah satu usaha ruhaniyah untuk mencapai hajat dengan cara mendekatkan diri kepada Allah melalui pembacaan zikir dan sholawat.

Dinukil dari KH. Abdul Mujib, bahwasannya Hizb Badr ini memiliki khasiat apabila dibaca secara istiqomah. Adapun khasiat dari Hizb Badr ini antara lain: cita-citanya akan tercapai, terjaga dari para musuh, doanya segera terkabul, cepat memperoleh kemenangan dan akan diampuni dosa-dosanya.

Melihat banyaknya khasiat yang diperoleh setelah mengamalkan Hizb Badr ini, maka sampai saat ini amalan dzikir Hizb Badr masih tetap menjadi amalan andalan Pondok Pesantren Al Khoziny, khususnya bagi para santrinya.

Itulah beberapa karya yang dihasilkan dari pemikiran KH. Abdul Mujib yang hingga saat ini masih digunakan di kalangan pondok pesantren khususnya di Pondok Pesantren Al Khoziny.

Semoga apa yang beliau kerjakan menjadi amal baik yang tak akan pernah terputus dan Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau.

5. Referensi

  1. Biografi Kiai Abdul Mujib Abbas, Teladan Pecinta Ilmu yang Konsisten, Pustaka Idea Juni 2012

6. Chart Silsilah Sanad

Berikut ini chart silsilah sanad murid KH. Abdul Mujib Abbas dapat dilihat DI SINI.

 

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya