Menuang Gagasan Pesantren 4.0

 
Menuang Gagasan Pesantren 4.0

LADUNI.ID, Bandung - Suatu hari saya mengunjungi sebuah pesantren Nahdlatul Ulama lewat tengah siang. Terlihat para santri yang rata-rata santri menengah tengah lesehan di teras masjid, masing-masing asyik memelototi layar notebook masing-masing. Saya mendekati salah seorang darinya, rupanya tengah membuka Android Studio, setelah unjuk salam saya bertanya, "Sedang bikin apa nih ?" Kitab Fathul Muin dan oret-oret kertas berserakkan di sekitarnya. "Anu, sedang bikin aplikasi buat itung zakat Kang. Kalau udah jadi nanti saya upload ke Playstore", jawabnya ringkas setelah membalas salam sambil meneruskan kerjaannya.

Saya tidak ingin menggangu keasyikannya, beralih melangkah menghampiri santri lain yang sepertinya tengah mengetikkan baris-baris kode PHP. Sepertinya menggunakan framework, entah Code Igniter, Laravel atau Yii. Bahasa PHP-nya ngga karuan campur aduk ala framework. "Lagi bikin aplikasi web ya ?", saya lontarkan pertanyaan. "Iya Kang, ditugasi Kiai bikin database santri, administrasi santri dan aktifitas santri, biar Ibu-bapak nya bisa mantau anak-anaknya dari jauh. Nanti kan tinggal cek di web atau dibuatkan aplikasi Android-nya sekalian".

Berbeda dengan santri lain, ada dua santri yang mojok tengah asik dengan notebooknya lengkap dengan headset menutupi kedua telinganya. Saya mendekatinya, sambil mengetuk layar monitornya saya bertanya, "Sedang apa nih ?". Santri itu spontan membuka headset nya diikuti temannya yang juga tengah asik menekuni notebooknya. "Gimana Kang ? Tanyanya. "Sedang Apa ?" Saya ulangi. "Oh.. Ini, sedang motong-motong video rekaman Kiai kemarin Kang. Nanti potongannya saya upload ke Youtube. Kan asik, kalau rame yang subscribe dan iklannya juga banyak. Kiai yang ceramah, saya yang dapet duit dolarnya." Katanya sambil terkekeh. Saya ikut nyengir, terdengar sedikit tengil. "Kalau kawan saya ini sedang transcript ceramah Kiai, nanti diposting di website Wordpress Pesantren Kang. Kalau dia jurusannya jadi jurnalis." Sambil kembali terkekeh. "Maksudnya pesantren ini hosting web pake CMS Wordpress, gitu ya ?" Saya kembali bertanya. "Iya Kang, Wordpress kan gratis dan gampang makenya. Hosting juga sekarang udah murah." Saya mengamini semua jawabannya sambil menambahkan untuk bermain di media sosial. "Oh, medsos ? Udah ada yang megang Kang. Pokoknya dakwah online sudah lengkap, ada yang mengurusnya. " Lagi-lagi saya mengamininya, Indonesia bakal lebih adem dan tangguh kalau santri NU yang berilmu mumpuni dan berakhlak menguasai dakwah dunia maya.

Banyak lagi yang bisa saya bayangkan tentang pesantren dimana para santrinya bukan saja mendalam dalam ilmu agama, bersanad jelas, berakhlak santun dan mulia, sekaligus menguasai teknologi yang mengarah pada pola industri 4.0. Tidak mustahil Unicorn selanjutnya datang dari pesantren. Wawasan teknologi informasi tidak sebatas pada pengenalan atau penggunaan perangkat teknologi informasi yang biasa saja, tapi melangkah lebih jauh untuk menghasilkan produk yang bisa dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat sekaligus memiliki nilai ekonomis.

Apakah pesantren 4.0 akan bisa diwujudkan ? Saya pikir bisa. Sulitkah ? Mungkin cuma perlu sedikit waktu. Saya pikir lembaga yang berkecimpung dalam dunia teknologi informasi, start-up dan sejenisnya mungkin tengah menunggu menjadi mitra untuk menggarap pesantren 4.0 percontohan. (dna)