Bercampur Laki-laki dan Perempuan di Group Whatsapp

 
Bercampur Laki-laki dan Perempuan di Group Whatsapp

LADUNI.ID - Beberapa waktu lalu beredar viral potongan video ceramah seorang ustadz yang berpesan agar kita menghindari grup WA alumni sekolah yang beranggotakan laki-laki dan perempuan, yang bukan mahram tentunya. Ceramah ini juga ditulis dan dimuat oleh sebuah website keislaman. Sebagian besar netisen menanggapi sebaran berita ini dengan nada bercanda dan mencibir.

Pertama-tama kita perlu merespon anjuran ini secara positif, tidak perlu mem-bully. Namanya juga anjuran... Maksud ustadz ini mugkin memperingatkan kita agar berhati-hati dalam berhubungan dengan lawan jenis melalui telepon pintar di tangan kita, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan menurut ajaran Islam namun diinginkan oleh syetan.

Mari kita bahas soal ini sambil santai.

Komunikasi lewat telepon pintar ini menjadi bagian dari aktifitas kita sekarang. Dalam banyak hal tak akan bisa dihindari terjadinya interaksi antara laki-laki dan perempuan, karena memang manusia diciptakan dalam dua jenis.

Perspektif kita dalam memahami interaksi dengan lawan jenis di dunia maya, sangat dipengaruhi bagaimana kita memahami interaksi di dunia nyata meskipun dalam beberapa aspek pasti berbeda. Anjuran tadi yang merupakan langkah preventif tentu didasarkan pada perspektif dan pengalaman pribadi sang ustadz yang juga dipengaruhi dengan kultur dan budaya yang dihayatinya.

Jangankan berinteraksi lain jenis, beberapa orang menganjurkan kaki perempuan ditutup kaos kaki agar tidak menyebabkan fitnah. Sebagian kita mungkin berpikir, kurang kerjaan amat memerhatikan kaki perempuan, tapi begitulah... Beberapa orang juga menganjurkan wajah perempuan ditutup rapat, padahal batasan umum untuk aurat jelas bahwa muka dan telapak tangan perempuan boleh terlihat.

Jika ditanyakan lebih lanjut kepada sang ustadz, apakah boleh anak-laki dan perempuan yang sudah akil baligh melajar di satu ruang kelas? Kira-kira jawabannya tidak boleh.

Pembicaraan mengenai interaksi lawan jenis ini juga terkait dengan pendapat sang ustadz mengenai kebolehan perempuan aktif di ruang publik, atau ruang yang memungkinkan perempuan berinteraksi dengan lawan jenis atau minimal dapat disaksikan oleh lelaki yang bukan mahramnya.

Agar tidak terlalu meluas kita kembali ke interaksi lawan jenis melalui telepon pintar kita.

Jika di-ilhaq-kan dengan dunia nyata, berinteraksi dengan lawan jenis melalui fasilitas berpesanan seperti WA pribadi itu seperti khalwat dalam istilah Arab. Sementara interaksi lewat media sosial atau lewat grup WA yang kita bahas ini seperti dalam definisi ikhtilat.

Bedanya, ketika terjadi ikhtilat dalam grup WA tidak bisa dipasang penghalang atau satir atau pintu terpisah seperti di dunia nyata. Makanya biar aman, sang ustadz menganjurkan agar tidak mengikuti grup WA yang beranggotakan laki-laki perempuan.

Apakah sedemikian mengkhawatirkan ikhtilat lawan jenis di grup WA sehingga perlu dihindari? Apakah grup berpesanan ini mendekatkan kita kepada perzinaan? Kalau saya sih tidak sampai berpikir demikian.

Pemanfaatan grup berpesanan ini memang sangat tergantung kepada pribadi yang bersangkutan. Pada musim pilpres kemarin bahkan kaum ibu-ibu yang paling rajin berkampanye dan menyebar hoaks sehingga perlu dibikin grup alumni sekolah terpisah laki-laki dan perempuan? Kalau ini yang dikhawatirkan, saya sih yes! 

Oleh: A Khoirul ANam