NU Bagaikan Pasukan Semut Ibrahim

 
NU Bagaikan Pasukan Semut Ibrahim

LADUNI.ID - Dari sejarah yang termaktub di banyak literatur Islam tentang kisah diselamatkannya Nabi Ibrahim oleh Alloh SWT, menurut pandangan penulis bahwasanya kisah yang menimpa Ibrahim ini tak jauh berbeda dengan nasib NU dalam menjaga Islam dan mengamalkan tujuan berdirinya jam'iyyah ini. Seperti halnya Ibrahim yang diselamatkan dari hukuman sang raja, Alloh pun menyelamatkan NU dari musuh-musuh yang berniat menghancurkannya. Bahkan, satu persatu musuh-musuh NU itu hancur berkeping-keping. Dengan atau tanpa tindakan represif dari NU itu sendiri.

Seperti yang sering kita dengar dari para ulama dan juga dari buku, diketahui bahwa Nabi Ibrahim diselamatkan Allah SWT ketika dibakar dalam gunung api oleh Raja Namrud. Bukannya kepanasan, ketika itu Nabi Ibrahim malah menggigil kedinginan sehabis dibakar. Ada satu kisah dimana saat Raja Namrud memerintahkan pasukannya untuk membakar Nabi Ibrahim, seekor semut mendengar kabar itu. Semut itu kemudian berpikir bagaimana caranya menyelamatkan Nabi Ibrahim meski ia sadar keadaan dirinya yang bertubuh kecil dan keterbatasan kemampuannya. Hanya karena punya tekad tak boleh berdiam diri, si semut pun membuat bejana dari kayu kecil, lalu pergi ke danau sambil membawa bejana tersebut untuk membawa setetes air yang akan ia gunakan untuk menolong Nabi Ibrahim yang dibakar Raja Namrud.

Si Semut sangat yakin bahwa kemampuan dirinya tidak seberapa, betapa lemahnya dia, dan betapa dahsyatnya api yang berkobar, ia pun tahu jika ia tidak akan mungkin bisa memadamkan api itu, dia pun tahu resiko besar yang akan menimpanya yakni mati konyol tersulut panasnya api. Namun apa kata semut itu? "AKU TAHU SETETES AIR YANG KU BAWA TIDAK AKAN BISA MEMADAMKAN API BESAR NAMRUD, TETAPI DENGAN INI AKU BISA MEMASTIKAN DI PIHAK MANAKAH AKU BERADA (di Pihak Alloh/Ibrahim).

Terkait dengan kisah semut diatas, sudah selayaknya setiap warga Nahdliyin di manapun berada bisa mengambil i'tibar dari kisah ini. Menanggapi serangan terhadap NU dan juga terhadap organisasi yang berafiliasi dengan NU, yakni Lembaga, Banom, dll yang pada intinya menyerang NU, seorang Nahdliyin tidak pantas diam, berdiam diri ataupun mendiamkan. Apalagi ketika tahu bagaimana ulama-ulama NU di bunuh karakternya satu persatu. Apalagi ketika banyak fitnah, tuduhan, dan berita miring dialamatkan pada NU.

Penulis yakin, kita semua faham bahwa NU bukan organisasi sembarangan, ribuan ulama sampai waliyullah ada di barisan NU. NU pun isinya bukan hanya orang-orang yang ecek-ecek, tidak faham tasrif dan keilmuan dasar gramatika arab. Ulama-ulama NU terlalu kudus jika sekedar dihadapkan pada fitnah dan propaganda murahan. Toh kita pun tahu, bagaimana nasib mereka yang memusuhi NU. Namun, seperti apa yang dilakukan semut terhadap api Namrud, tidak elok rasanya jika kita warga Nahdliyin secara umum justru mendiamkan. Meski kita tidak bisa memastikan apa yang kita lakukan akan berefek banyak pada NU, setidaknya kita dapat memastikan jika kita masih berada di barisan NU.

Lalu pertanyaannya, apa yang bisa mulai kita lakukan untuk NU?
Hal pertama yang harus dilakukan adalah memahami kapasitas, kemampuan, dan potensi diri sendiri. Apa jadinya jika seseorang hanya punya tekad kuat berjuang di NU, namun tidak mampu memahami dirinya sendiri. Setidaknya, pasti dia tidak akan mampu mengidentifikasi kontribusi apa yang akan diberikan kepada NU. Berbeda jika dia faham dan mengerti seberapa kemampuan, kapasitas dan potensi dirinya, haqqul yaqin dia akan mampu menempatkan di posisi mana dan bagaimana cara untuk turut berjuang di dalam tubuh NU. NU itu organisasi besar yang mempunyai misi sosial keagamaan dan kemasyarakatan yang begitu kompleks. Seseorang yang berjiwa organisatoris, setelah menyadari dan memahami dirinya sendiri tentu akan bisa 'empan papan' dan menempatkan diri. Setidaknya tekad kuatnya akan sejalan dengan apa yang akan diusahakannya demi kemajuan organisasi. 
Kedua, setelah memahami diri sendiri dan membulatkan tekad, seseorang harus mampu menata hati untuk berniat 'ndandani awak' / 'memperbaiki diri' ketika berkhidmah di organisasi. Hal ini penting dilakukan sebagai kontrol diri agar tidak 'kemajon' , berniat memperbaiki NU. Seorang yang berniat memperbaiki NU, pasti suatu ketika akan salah jalan. Hal yang terburuk adalah berbalik menjadi pembenci NU. Naudzubillah.
Ketiga, setelah mengetahui hal-hal diatas serta maksud dan tujuan NU didirikan, seseorang harus bisa bereksplorasi dan berkreasi untuk menemukan pos-pos tertentu untuk turut serta menguatkan pergerakan. Dalam konteks membentengi NU dan Ulama serta Kyai NU di zaman revolusi industri 4.0, dimana dunia sedang memasuki era Zettabyte dengan ditandai arus informasi dan revolusi industri yang demikian pesat, ada banyak hal mulai skala kecil hingga besar yang dapat dijadikan bidang garap oleh generasi millenial NU. Misalnya, mengelola media sosial berbasis organisasi/banom NU dan aktif post sebagai counter dari firehose of falsehood, meramaikan masjid/musholla milik NU, menjadi buzzer akun2 medsos NU, dan hal-hal kecil lainnya. Sekecil apapun seseorang mengambil peran di NU, secara de jure dapat dikatakan dia sudah menjelma menjadi pasukan semut di NU. Tampak mata tidak seberapa berjasa, namun aksi-aksinya merupakan ujung tombak perjuangan NU. Jadilah satu diantara ratusan ribu bahkan mungkin jutaan pasukan semut di NU yang berjuang dan berkhidmah di NU. Setidak-tidaknya, Mbah Hasyim Asy'ari tahu dan dapat memastikan bahwa kita berada di posisi mana dan barisan apa.

Oleh: Erik Kurniawan

Aktivis NU Ponorogo

 

 

Tags