Merdeka itu, Berkat Rahmat Tuhan

 
Merdeka itu, Berkat Rahmat Tuhan

LADUNI.id - Hari ini, 17 Agustus 2019, umur  Indonesia merdeka telah 74 tahun. Selama itu pula, kita merasakan hidup bebas, rukun, damai dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ikan. Berbagai suku, budaya, agama bersatu di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 

Keberhasilan meraih kemerdekaan ini tidak lepas dari perjuangan para syuhadak kemerdekaan. Pahlawan kemerdekaan. Mereka rela berkorban harta dan nyawa demi meraih kemerdekaan yang hasilnya dapat dirasakan oleh kita bersama kini. 

Perjuangan para pahlawan itu, tidak lepas dari doa yang dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam pembukaan UUD 1945 telah disebutkan bahwa kemerdekaan adalah "berkat rahmat Tuhan yang Maha Esa".

Teks pembukaan itu menunjukkan pengakuan para pendiri bangsa yang sangat agamis. Meskipun perjuangan merebut kemerdekaan telah dilakukan oleh para pahlawan, jutaan orang syahid karenanya, namun ketika kemerdekaan telah berhasil diraih, mereka menyatakan dengan tegas bahwa kemerdekaan tersebut berkat rahmat Tuhan yang Maha Esa.

Salah satu pernyataan yang dikeluarkan LDNU Kediri sangat menarik untuk disimak soal kemerdekaan Indonesia yang tidak luput dari ketentuan Tuhan.

Disebutkan, Perjuangan adalah sebab dari kemerdekaan, sedangkan kehendak dan rahmat Allah adalah penentu kemerdekaan itu.

Pernyataan ini adalah bukti bahwa Indonesia didirikan oleh umat Islam Ahlussunnah wal Jama’ah, bukan oleh Qodariyah sebagaimana yang dianut oleh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), yang menyatakan bahwa manusia yang menentukan taqdirnya sendiri, bukan Allah yang mentaqdirkanya. 

Konsekuensi dari pengakuan para pendiri bangsa tersebut yang mesti kita sadari sebagai orang-orang yang bertugas mengisi kemerdekaan adalah syukur.

Dalam Al Qur'an, Allah ta'ala berfirman :
(لَىِٕن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِیدَنَّكُمۡۖ وَلَىِٕن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِی لَشَدِیدࣱ)
"Apabila kalian bersyukur maka Aku benar-benar akan menambah (nikmat) pada kalian dan apabila kalian mengkufuri nikmat maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih" 
[Surat Ibrahim 7]

Syukur dapat diungkapkan setiap tanggal 17 Agustus seperti sekarang dengan kegiatan-kegiatan yang positif yang tidak melanggar syara' seperti slametan (shodaqohan), tahlil, dzikir, Istighotsah dan lainnya yang telah lumrah dilaksanakan oleh warga Nahdliyyin.

Namun hakekat syukur adalah "tidak menggunakan nikmat yang Allah berikan untuk bermaksiat kepada-Nya, sebaliknya menggunakannya untuk beribadah kepada-Nya".

Allah ta’ala berfirman :
(وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِیَعۡبُدُونِ)
[Surat Adz-Dzariyat 56]
"Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk aku perintahkan beribadah kepada-Ku". 

Di negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila, umat Islam merdeka untuk melaksanakan ajaran agama (syariat) . Tidak ada orang yang melarang umat Islam untuk shalat, puasa, zakat, haji, menutup aurat, menikah secara Islam, membagi warisan secara Islam dan seterusnya, bahkan semua itu justru difasilitasi oleh negara.

Maka mensyukuri kemerdekaan adalah dengan, Pertama, Mempertahankan kemerdekaan RI dari penjajahan dalam bentuk apapun. Kedua, Mempertahankan aqidah pendiri bangsa (Aswaja), agar tetap menjadi Aqidah umat Islam Indonesia, tidak merelakan Indonesia direbut oleh kelompok non Aswaja yang sama sekali tidak punya andil dalam perjuangan kemerdekaan, seperti halnya HTI. 

3). Memanfaatkan nikmat kemerdekaan dengan amal sholeh, baik yang bersifat ta'abbudiyah maupun yang bersifat sosial kemasyarakatan. 4) Bahu-membahu untuk menghilangkan segala bentuk kemungkaran yang terjadi di Indonesia (*)