Islam dan Nasionalisme

 
Islam dan Nasionalisme

LADUNI.ID, Jakarta - Nasionalisme telah mendarah daging dalam diri umat Islam Indonesia, terutama mereka yang itba' (mengikuti) ulama Ahlussunah wal Jamaah. Dalam pandangan ulama yang dianut mereka itu, cinta tanah air itu penting dan menjadi bagian dari iman. 

Ulama Ahlussunah wal Jamaah tak memungkiri kualitas hadits “Hubbul wathan minal iman” yang rendah; dhaif dan bahkan maudhu’: Bagaimana mungkin Kiai Hasyim Asy’ari yang ahli hadits mensahihkan hadits dhaif dan maudhu’? 

Akan tetapi beliau menggunakan kalimat adagium hubbul Wathan minal iman untuk tujuan menggelorakan semangat perjuangan mengusir penjajah, dengan berbagai pertimbangan: Diantaranya:

Pertama, maknanya benar sesuai dengan kalimat mutiara orang Arab, bahwa: “Jika engkau ingin tahu kepribadian seorang pria maka lihatlah harapannya terhadap bangsanya, rindunya kepada saudara-saudaranya, dan tangisnya mengingat masa lalunya”. 

Ada lagi pribahasa Indah yang menyebutkan bahwa: Ada 3 ciri utama makhluk sejenis hewan yang baik –kita tahu manusia juga disebut hewan yang berpikir- yaitu: (1) onta yang selalu mengendus tanah asalnya walaupun berada di tempat yang jauh, (2) burung yang selalu terbang jauh di waktu pagi mencari makan namun sorenya kembali ke sarangnya; (3) Manusia yang merindukan kampung halamannya sekalipun lebih nikmat tinggal di kampong orang lain.

Rasullah SAW sendiri pernah bercerita kepada Ibnu Abbas tentang perasaan beliau sewaktu keluar dari Mekkah: “Demi Allah saya akan keluar sekalipun aku tahu kamu (Mekkah) adalah daerah yang paling dicintai menurut Allah. Sekiranya mereka tidak memusuhiku maka aku tak akan keluar darimu. (As-Suyuthi dalam Al-Durr al-Matsur jilid I halaman 300). 

Saat tinggal di Madinah beliau selalu merindukan tanah kelahirannya di Mekkah sehingga Allah menurunkan ayat : “Sesungguhnya Dzat yang mewajibkan kamu mengamalkan al-Qur’an akan mengembalikan kamu ke tempat asal usulmu” (QS. Al-Qashas ayat 85).

Kedua, pesan yang terkandung dalam Hubbul wathan minal iman itu teramat indah sebab tidak ada yang bertentangan antara cinta tanah air dan iman. Dalam iman terkandung dua pilar utama yakni; syukur dan sabar. 

Syukur dikarenakan Allah SWT telah menetapkan tempat lahir, tempat mencari penghidupan, dan tempat dikuburkannya jasad manusia. Begitupun iman menuntut kesabaran manusia mengadapi kondisi maupun ujian yang menerpa lingkungan dan tanah airnya. 

Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa cinta terhadap tanah air merupakan tanda-tanda iman.


================
M. Ishom el-Saha
(Dosen UIN Sultan Maulana Hasanuddin, Banten)