Fenomena Gus Baha'

 
Fenomena Gus Baha'

LADUNI.ID - Dua teman saya pengurus MUI, ibu-ibu muda kelahiran Jakarta berbincang di dalam mobil dalam perjalanan Bogor-Jakarta. Obrolan mereka tentang Gus Baha. Salah satu di antara ibu itu ternyata adalah seorang penyiar profesional yg suaranya diabadikan oleh perusahaan Korea di "lift assalamualaikum" PBNU. Mereka berdua ada di bagian belakang. Saya di depan bersama pak Thobib Al-Asyhar.

Seorang ibu yang lebih muda usianya menyampaikan kekagumannya kepada Gus Baha. Ia mengaku menyebarkan ceramah-ceramah pendeknya via grup whatsapp. Ia sebarkan ke banyak grup.

Salah satu ceramah Gus Baha yang membuat dia klepek-klepek adalah tentang seorang istri yang marah-marah. Ceritanya, istri Gus Baha komplain begini: "Njenengan ini kog diam aja kalau saya marah-marah." Jawab Gus Baha: "Kalau kamu marah-marah kepada saya itu cara Allah memberikan pahala kepada saya secara gratis." Lho kog bisa? "Ya kan saya ga perlu mengajak kamu ke mall, kasih uang belanja, membahagiakan kamu dengan materi! Kalau kamu marah kemudian saya diam dan menerima kemarahanmu maka saya dapat pahala."

Ceramah-ceramah Gus Baha menggunakan bahasa campuran Jawa. Tadinya saya mengira ini menjadi masalah. Ternyata tidak. Dari obrolan ibu-ibu Jakarta tadi saya jadi menyimpulkan bahwa para memirsa memaklumi jika dalam ceramah terdapat istilah-istilah bahasa daerah. "Wajar saja, kan beliau orang Jawa," kata ibu tadi. Sama juga dengan ustadz yang berceramah dengan menggunakan campuran bahasa Betawi, bahasa Minang atau Bugis. Apalagi sekarang para santri kreatif menyiapkan sub titel bahasa Indonesia di setiap video pendek ceramahnya sebelum share.

Fenomena Gus Baha ini menarik. Bukan saja karena materi-materi yang disampaikannya mengena banget di hati. Ia sederhana, dan tidak berapi-api seperti ustadz lelaki kebanyakan. Ia juga sangat pakar di bidang Al-Qur'an berikut kandungannya dan kisah-kisah yang melingkupinya ketika ayat-ayat itu diturunkan. Kelancarannya dalam menyampaikan materi dan variasi penjelasannya menunjukkan betapa luas pengetahuannya. Hampir semua materi ceramahnya juga mengajak jamaah untuk berpikir dan merenung. Zaman sekarang, para jamah tidak cukup dicecar bahwa ini boleh dan ini tidak.

Oleh: A Khoirul Anam

 

 

Tags