Hati-hati Menggunakan Kata 'Hijrah', Ini Makna Sebenarnya

 
Hati-hati Menggunakan Kata 'Hijrah', Ini Makna Sebenarnya

Oleh MENACHEM ALI

LADUNI.ID, Jakarta - Hijrah itu dari sesuatu yang formalis menjadi yang substansialis, dari tindakan yang "biadab" menjadi "bil adab."

Dalam hal ini, saya bicara tentang "Hijrah" dalam konteks Islam. Itulah pentingnya memahami dua kata kunci secara benar, yakni istilah "Jahiliyah" dan istilah "Madaniyah." Dua istilah ini mewakili periode Mecca dan periode Medina. Dua istilah tersebut tidak ada kaitannya dengan konteks sekuler.

Saya tidak akan tinggal diam bila simbol-simbol agama menjadi ternoda akibat ulah kebiadaban. Sebaliknya, saya akan mendukung bila simbol-simbol agama sebagai penanda keadaban (bil-adab).

Simbol agama itu perlu, tetapi substansi beragama jauh lebih penting. Bila simbol agama dijadikan "alat kebiadaban" maka harus dilawan dan diluruskan.

Kalau Anda tidak paham dengan bahasa thread saya ini, barangkali Anda tidak membaca komen-komen saya sebagai rinciannya. Kalau Anda paham dengan bahasa saya dan terlibat dengan tindakan keadaban (bil adab), pasti komennya santun.

Namun kalau Anda sudah terbiasa dengan bahasa dan tindakan yang menanggalkan keadaban, pasti merasa terpojok dengan tulisan saya, dan langsung komen yang menstigma saya sebagai anti-Arab.

Padahal istri saya Arab, saya juga berjubah. Mungkin Anda memahami lebih baik thread saya secara cermat.

Thread itu ibarat "saya sedang menyalakan api", bila Anda merasa sebagai "air", maka Anda akan merespon secara arif  dan santun. Namun bila Anda merasa sebagai "bensin" maka Anda akan tersulut dan terbakar, reaktif. Itu hukum alam, natural.


Essai ini ditulis oleh Menachem Ali