3 Jenis Najis Dalam Kitab Shahih Al-Bukhari

 
3 Jenis Najis Dalam Kitab Shahih Al-Bukhari

LADUNI.ID, Jakarta -  Dalam madzhab Syafi'i ada penjelasan Najis dibagi dalam tiga macam. Ternyata dalil hadisnya terdapat dalam hadis Sahih Bukhari.

1. Najis Ringan (Mukhafafah).
Yaitu najis kencingnya anak laki laki yang belum berusia 2 tahun dan tidak mengkonsumsi makanan kecuali ASI (eksklusif). Jika tidak memenuhi syarat di atas maka masuk kategori najis mutawassithah.

ﻋَﻦْ ﺃُﻡِّ ﻗَﻴْﺲٍ ﺑِﻨْﺖِ ﻣِﺤْﺼَﻦٍ، ﺃَﻧَّﻬَﺎ «ﺃَﺗَﺖْ ﺑِﺎﺑْﻦٍ ﻟَﻬَﺎ ﺻَﻐِﻴﺮٍ، ﻟَﻢْ ﻳَﺄْﻛُﻞِ اﻟﻄَّﻌَﺎﻡَ، ﺇِﻟَﻰ ﺭَﺳُﻮﻝِ اﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ، ﻓَﺄَﺟْﻠَﺴَﻪُ ﺭَﺳُﻮﻝُ اﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻓِﻲ ﺣَﺠْﺮِﻩِ، ﻓَﺒَﺎﻝَ ﻋَﻠَﻰ ﺛَﻮْﺑِﻪِ، ﻓَﺪَﻋَﺎ ﺑِﻤَﺎءٍ، ﻓَﻨَﻀَﺤَﻪُ ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﻐْﺴِﻠْﻪُ»

Dari Ummu Qais binti Mihshan bahwa ia membawa anak kecil yang belum memakan makanan, kepada Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda lalu Nabi memangku anak tersebut dan kencing di pakaian Nabi. Kemudian Nabi minta diambilkan air lalu memercikkan air tersebut ke pakaian beliau dan Nabi tidak membasuhnya (HR Bukhari no 223)

2. Najis Berat (Mughalladzah).
Yaitu najis anjing secara nash hadis. Sedangkan babi adalah dengan metode Qiyas.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِذَا شَرِبَ الكَلْبُ فِي إِنَاءِ أَحَدِكُمْ فَلْيَغْسِلْهُ سبعا»

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: "Jika anjing minum dalam wadah kalian maka basuhlah 7 kali" (HR Bukhari no 172)

3. Najis Sedang (Mutawassithah).
Semua najis selain kencing anak laki-laki dan najisnya anjing, seperti darah, kencing anak wanita, orang dewasa, nanah, kotoran hewan dan sebagainya.

ﻗَﺎﻝَ ﺃَﻧَﺲ ﺑْﻦ ﻣَﺎﻟِﻚٍ : ﺟَﺎءَ ﺃَﻋْﺮَاﺑِﻲٌّ ﻓَﺒَﺎﻝَ ﻓِﻲ ﻃَﺎﺋِﻔَﺔِ اﻟﻤَﺴْﺠِﺪِ، ﻓَﺰَﺟَﺮَﻩُ اﻟﻨَّﺎﺱُ، «ﻓَﻨَﻬَﺎﻫُﻢُ اﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﻗَﻀَﻰ ﺑَﻮْﻟَﻪُ ﺃَﻣَﺮَ اﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺑِﺬَﻧُﻮﺏٍ ﻣِﻦْ ﻣَﺎءٍ ﻓَﺄُﻫْﺮِﻳﻖَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ»

Anas berkata bahwa ada orang pedalaman Arab kencing di sudut masjid. Para Sahabat menggertaknya namun dicegah oleh Nabi shalallahu alaihi wasallam. Setelah ia selesai maka Nabi memerintahkan mengambil air dalam timba lalu air disiramkan ke kencing tersebut" (HR Bukhari no 221)

Oleh: Ustadz Ma'ruf Khozin