Begini Cara Mursyid Membimbing Agar Murid Bisa Mengenal Diri Sendiri

 
Begini Cara Mursyid Membimbing Agar Murid Bisa Mengenal Diri Sendiri

 

“Mursyid itu bila dicari (melalui pertanyaan-pertanyaan) maka takkan ketemu. Tetapi apabila amal perbuatannya diikuti, maka pasti ia dijumpai...”

LADUNI.ID, Jakarta - Dalam hal ini seorang wali yang mursyid itu dapat diketahui dengan meriset amalan-amalannya secara tekun dan gigih (mujahadah), baik amalan lahiriyah maupun batiniah dalam tempo yang relatif lama dan benar, maka pasti Allah akan menunjukkan ke jalan-Nya yang lurus.

Artikel ini merupakan suatu ringkasan dan refleksi dari ceramah yang disampaikan oleh Buya Syakur Yasin dalam sebuah unggahan video beliau di Youtube. Di mana, video tersebut membahas mengenai bagaimana seorang mursyid membimbing murid supaya bisa mengenal dirinya sendiri.

Seorang mursyid akan memberikan exercise (latihan) kepada seorang murid tergantung dengan keadaan murid tersebut. Dan latihan tersebut bermacam-macam. Jika murid sombong, maka latihannya disesuaikan, begitupun jika muridnya malas, gampang berburuk sangka, dan semacamnya, akan mendapat exercise yang berbeda-beda.

Jika sang murid adalah orang yang malas, maka exercise-nya mungkin disuruh sembahyangnya sebanyak 17 waktu selama 1 hari, bukan 5 waktu. Memang sengaja seperti itu. Ketika malam, mungkin disuruh shalat taubat, shalat tasbih, shalat hajat, shalat tahajud, shalat witir, shalat fajar. Kemudian dilanjutkan shalat qabliyah subuh, subuh, terus dhuha, qabliyah dhuhur, dhuhur, bakdiyah dhuhur, qabliyah asar, ashar, maghrib, bakdiyah maghrib, qabliyah Isya, Isya bakdiyah Isya.

Jika penyakitnya nafsu, tukang marah-marah, itu juga lain terapinya. Begitu pula kalau penyakitnya tukang demenan, mungkin terapinya sekaligus dengan istrinya, dikasih pelatihan-pelatihan khusus, supaya suaminya setia. Sebab, perselingkuhan lelaki itu, ternyata juga terdapat kesalahan yang dilakukan perempuan.

Hal ini salah satunya disebabkan misalnya karena istrinya sering memperalat kebutuhan biologis suami, untuk tujuan tertentu. Buya Syakur juga menekankan agar kebutuhan biologis itu jangan dijadikan alat untuk menekan. Jika suami minta, ya dikasih saja. Biasanya yang menggunakan kebutuhan biologis sebagai alat tekan, biasanya istrinya itu cantik biasanya.

Namun, Buya Syakur juga menegaskan bahwa hal tersebut hanya merupakan sebuah paradigma, sehingga anggapan tersebut bisa saja benar tetapi bisa juga salah.

Oleh karena itu, taroo ‘ujubaka, dan juga nanti setelah mujahadah lama, nanti engkau baru bisa melihat keburukan-keburukan dirimu. Melihat keburukan dirimu itu, namanya metodenya adalah, introspeksi. Dalam melakukan instrospeksi, ada beberapa kelemahan-kelemahan, antara lain yaitu sulit untuk jujur dengan diri kita sendiri. Karena kita cenderung selalu ingin menyalahkan orang lain. Oleh karena itulah diperlukan mujahadah juga.

Terakhir, bagaimana pun kita mencoba berupaya untuk mengawinkan antara kajian tasawuf dengan psikologi seperti yang dijelaskan dalam tulisan ini, tidak akan lepas dari permasalahan yang akan timbul. Akan tetapi, sebagai sebuah kajian, hal tersebut sangat penting.