Orasi Ilmiah Prof. Arskal Salim GP, Menyongsong Indonesia Menuju G 08

 
Orasi Ilmiah Prof. Arskal Salim GP, Menyongsong Indonesia Menuju G 08

LADUNI.ID | DENPASAR

Prof. Dr. M. Arskal Salim GP, M.Ag., Direktur PTKI (Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI sabtu (7/12) kemarin menyampaikan orasi ilmiah dalam acara Wisuda VII Sekolah Tinggi Agama Islam Denpasar di Hotel Harris, Jalan Cokroaminoto, Denpasar-Bali. Dalam orasi ilmiahnya, Prof Arskal menyampaikan tantangan besar bangsa Indonesia di tahun-tahun mendatang yang harus dipersiapkan dari sekarang.

"Tantangan di tahun 2045 bukanlah tantangan kecil. Indonesia masuk tantangan G.20. Lebih dari itu, Pemerintah menargetkan masuk negara-negara ekomoni meningkatkan masuk G.08," papar beliau.

Tahun 2045 mendatang, Indonesia menjadi negara yang maju dalam bidang ekonomi. Untuk menuju hal tersebut bukanlah hal yang mudah, perlunya mempersiapkan dari sekarang salah satunya dari para Wisudawan STAI Denpasar.

"Tidak menutup kemungkinan Indonesia masuk papan atas bidang ekonomi. Karena tantangan masa depan yang begitu rumit dan komplek kita harus mempersiapan sejak dini. Dan Wisudawan adalah aktor yang akan memasuki tantangan tersebut," lanjut beliau.

Prof Arskal juga mengingatkan seluruh elemen untuk tidak terlalu berlarut dalam perdebatan yang dinilai tidak produktif. Karena sedikit banyak justru membuat masyarakat lupa akan tantangan besar bangsa Indonesia.

"Hari ini kita disibukkan oleh perdebatan  dan polemik. Memang adanya kontroversi itu perlu, agar kita dapat berpikir kritis namun jika terus berlarut Akibatnya kita lupa dengan tantangan besar di depan kita."

Menurut Prof Arskal, setidaknya ada 4 komponen suatu ketrampilan yang dibutuhan jika ingin tetap survive di abad 21, diantara adalah;

Yang pertama Komunikasi, yaitu kemampuan bagaimana untuk berbicara pada pihak lain, menyampaikan pendapat, gagasan dan berargumen untuk meyakinkan pihak lain agar menerima masukan kita.

Yang kedua adalah Kolaborasi, yaitu mengajak semua pihak bersama-sama mencapai cita-cita.

Yang ketiga adalah Nalar kritis, tanpa mengembangkan sikap curiga atau antipati tanpa bukti yang jelas. Selama ini masyarakat cenderung banyak terpengaruh oleh hoax. Hal itu harus di cerna dengan nalar yang sehat dan kritis agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Yang terakhir adalah Kreativitas, yaitu kemampuan dalam melahirkan inovasi dan bagaimana melihat peluang-peluang out of the box. 

Selain empat hal tersebut, Prof Arskal meningkatkan kembali tentang moderasi beragama. Hal itu dimaksudkan agar dapat menjalin kebersamaan, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

"Islam wasathiyah, yaitu cara pandang yang tidak ekstrim terlalu kanan atau kiri.
Tidak pula yang berlebih-lebihan dan tidak memberat-beratkan, tapi di tengah-tengah. Karena dengan moderasi beragama, kita bisa hidup bersama-sama di negeri ini. NKRI dapat hidup bersama karena moderasi beragama. Maka wajib mempertahankan moderasi beragama demi tegaknya NKRI," pungkasnya.