Abuya H. Ibrahim, lahir di Sawarna sekitar tahun 1890, beliau merupakan putera dari KH. Ahmad (Sawarna) dan Hj. Zahroh (Bayah).
KH. R. Ahmad Masyhud di Subang pada tanggal 22 April 1916 M. Beliau merupakan anak pertama dari kedua bersaudara, ayahnya bernama KH. Aceng Muhammad Qolyubi dan Ibunya bernama Hajjah Siti Maemunah, beliau mempunyai seorang adik yang bernama KH. Ahmad Syahid.
Dengan berbekal keilmuan agama yang KH. R. Muhammad Hambali miliki sewaktu belajar di berbagai pesantren, beliau memutuskan untuk mendirikan pondok pesantren, dengan nama Pondok Pesantren Najahut Tholabah.
KH. A. Rifa’i Romly adalah sosok yang sangat bersahaja, memandang hidup apa adanya sehingga terkesan tanpa beban. Kalau berceramah kerap kali menggunakan bahasa yang elementer dan akrab dengan bahasa harian orang-orang Jawa Timur, karenanya mudah dipahami mulai dari jamaah Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah maupun santri-santri Darul Ulum.
Syekh Kyai Haji Raden Muhammad Zarkasyi, dikenal sebagai Mama Eyang Cibaduyut. Beliau putra dari KH. Rd. Muhammad Ali atau Mama Antapani. Mama Eyang Cibaduyut, lahir 16 Syawal 1285 H/1864
KH. Nurcholis Misbah atau lebih dikenal dengan panggilan “Cak Nur” lahir pada tanggal 15 Agustus 1959 di Sumbersari, Kediri. Ayahnya bernama Misbah. Awalnya nama beliau hanya Nurcholis yang artinya cahaya yang bersih.
KH. Mushlih bin H. Abdurrozi yang lebih dikenal dengan panggilan Mama Ajengan Jenggot
Habib Ali Kwitang Al-Habsy merupakan tokoh penting dalam jejaring habaib pada akhir abad ke-19 dan paruh pertama abad ke-20. Hampir seluruh jejaring habaib di Nusantara dan Haramain terkoneksi dengannya, bahkan beliau juga menghubungkan generasi sebelumnya dengan generasi setelahnya, juga antara ulama pribumi dan ulama hadrami.
Sejak kecil hingga usia 8 tahun Kyai Hasyim Latief tidak pernah mengenyam pendidikan formal. Oleh orang tuanya beliau dan kakaknya dikirim ke Pesantren Tebuireng. Sebab pada waktu itu belum banyak pendidikan formal yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda. Kalaupun ada sekolah formal waktu itu hanya ada di kota-kota besar.
KH. Abdul Wahid Hasyim merupakan putra dari pasangan KH. Hasyim Asy’ari dengan Nyai Nafiqah binti Kyai Ilyas, lahir pada hari Jumat legi, Rabiul Awwal 1333 H, atau dengan 1 Juni 1914 M