Di fase inilah, Ali menjadi sosok dirinya yang lain, yaitu seorang pemikir. Keperkasaannya yang melegenda telah diubahnya menjadi sosok yang identik dengan ilmu. Ali benar-benar terinspirasi oleh kata-kata Rasulullah, "jika aku ini adalah kota ilmu, maka Ali adalah pintu gerbangnya."
Setidaknya, ada sembilan tokoh NU yang menjadi komandan perang dan ikut mempertahankan kemerdekaan dengan mengusir penjajah dari tanah air. Kontribusi NU dalam membebaskan tanah air dari penjajahan tidak bisa lepas dari peran Laskar Hizbullah dan Sabilillah.
Dalam Kitab Ar-Raudlul Unuf wa Ma’ahu As-Sirah An-Nabawiyyah li Ibni Hisyam, dijelaskan bahwa Imam Ibnu Hisyam bercerita, sebagaimana yang dikutip dari Imam Ibnu Ishaq tentang peralihan kekuasaan kerajaan Yaman kepada Hassan bin Tubban As’ad.
Kita mulai pembahasan ini dengan menjelaskan secara ringkas kondisi umat-umat yang hidup di sekitar Jazirah Arab tidak lama sebelum Islam datang. Penguasa dan pemimpin dunia saat itu adalah dua negara adidaya, yaitu Persia dan Romawi.
Mulanya KH. Wahab Hasbullah mengajak KH. Mas Mansur dan KH. Achmad Dahlan Achyad untuk mendirikan perkumpulan diskusi. Forum diskusi tersebut didirikan di Surabaya tahun 1914 dengan nama “Tasywirul Afkar” (Dialog Para Pemikir).
Termasuk pada kasus konflik di Palestina, sejak awal NU memberikan perhatian yang lebih khusus dalam bentuk dukungan moral dan uang. Sejarah mencatat komitmen dan konsistensi sikap NU tersebut.
Berbagai tulisan yang akan disajikan akan menggunakan referensi otoritatif dari berbagai kitab sirah karya para ulama. Selanjutnya, Sirah Nabawiyah ini juga dimaksudkan agar kita mengenal dengan baik Rasulullah SAW dan meneladaninya dalam setiap aspek kehidupan.
Selain itu, dalam catatan sejarah disebutkan sekali lagi bahwa fatwa jihad tersebut juga mengilhami adanya peristiwa 10 November 1945. Tidak hanya itu, resolusi ini juga mendorong perjuangan mempertahankan kemerdekaan hingga empat tahun kemudian dan seterusnya.
anggal 5 Oktober 1945 diperingati sebagai Hari Lahir TNI. Tanggal tersebut adalah awal baru sejarah terbentuknya jaringan santri dan tentara nasionalis, yang dimulai dari kemunculan basis kaderisasi kemiliteran di Jawa Timur.
Seperti disebut Tome Pires dalam Suma Oriental, Wangsa Daha (Dayo dalam bahasa Pires karena duta atau intel Portugis dari Malaka tahun 1514 ini mendengar bunyi "Daho" dari mulut orang Jawa kala mengucapkan Daha kala itu) berniat membangun aliansi strategis Kedhiri-Portugis.